Sebabkan 4 Warga Tewas Tertimbun, Ini 5 Fakta Tebing Longsor di Banjarnegara
Jumat malam (19/11) mungkin akan menjadi malam yang membekas dalam ingatan warga Desa Pagentan, Banjarnegara. Malam itu sebuah tebing setinggi 25 meter longsor dan menimpa dua rumah di bawahnya. Sebanyak 4 orang dilaporkan tewas tertimbun material longsor.
Jumat malam (19/11) mungkin akan menjadi malam yang membekas dalam ingatan warga Desa Pagentan, Kecamatan Pagentan, Banjarnegara. Malam itu, sebuah tebing setinggi 25 meter longsor dan menimpa dua rumah yang berada di bawahnya.
Dalam proses evakuasi, sebanyak empat orang ditemukan dalam kondisi meninggal dunia di dalam rumah mereka yang tertimbun longsoran. Sedangkan satu orang lainnya ditemukan dalam kondisi selamat dan langsung dibawa ke puskesmas terdekat untuk mendapatkan perawatan karena mengalami luka-luka.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Korban meninggal dunia adalah B (14), F (11), A (bidan), dan P (38). Sedangkan korban luka-luka adalah PO (7) yang langsung dibawa ke Puskesmas 1 Pagentan begitu dia ditemukan.
Kronologi Kejadian
©2016 merdeka.com/chandra iswinarno
Kepala Desa Pagentan Abdul Kohar mengatakan bahwa saat kejadian salah seorang warganya sedang berada tak jauh dari lokasi tebing longsor. Warga tersebut mendengar suara yang sangat keras sehingga langsung berlari menuju sumber suara untuk melakukan pengecekan.
Sampai di lokasi, ia menemukan ada dua rumah yang tertimbun longsor. Warga itu langsung menuju kediaman kepala dusun untuk melaporkan kejadian naas itu. Dari kepala dusun, informasi diteruskan ke kepala desa serta pihak terkait lainnya.
Kabar duka itu langsung menyebar cepat ke seluruh desa. Warga yang mendengar informasi itu langsung berbondong-bondong menuju lokasi longsoran. Mereka pun berinisiatif melakukan evakuasi secara manual.
Kondisi Darurat
©2016 merdeka.com/chandra iswinarno
Tak lama kemudian, tim gabungan dari berbagai unsur datang untuk melakukan evakuasi secara lebih menyeluruh. Malam itu jadi malam yang amat panjang. Evakuasi berlangsung dari saat kejadian bermula hingga keesokan harinya pada Sabtu (20/11) pukul 05.00 WIB.
Akhirnya lima korban dengan rincian empat meninggal dan satu luka-luka ditemukan. Usai kejadian BPBD Banjarnegara langsung melakukan kegiatan tanggap darurat dan penanganan bencana. Kegiatan itu juga melibatkan hampir 37 organisasi mulai dari BPBD, TNI, Polri, PMI, Tagana, Basarnas, dan unsur relawan lainnya termasuk warga setempat.
BPBD Banjarnegara contohnya, saat operasi pencarian korban, mereka mengerahkan satu alat berat serta alat pendukung lain. Selain itu, tim menggunakan alat-alat ekstrikasi yang dikerahkan dan dioperasikan oleh Basarnas Pos SAR Wonosobo.
Imbauan pada Warga
©2016 Merdeka.com
Berkaitan dengan kejadian ini, BPBD Banjarnegara meminta warga segera melakukan evakuasi mandiri apabila hujan terjadi lebih dari dua jam, khususnya bagi mereka yang tinggal di lereng. Mereka baru disarankan kembali ke rumah saat hujan sudah reda dan kondisi sudah cukup aman.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Banjarnegara Aris Sudaryanto juga meminta warga berperan aktif dalam melakukan kontrol lingkungan di sekitar rumah masing-masing. Warga diminta untuk melapor ke perangkat desa setempat apabila ditemukan tanda-tanda rekahan tanah.
Solusi Mitigasi Tanah Longsor
©2016 merdeka.com/chandra iswinarno
Terkait kejadian tersebut, akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Dr. Indra Permanajati mengingatkan tentang pentingnya mitigasi bencana longsor dengan cara penguatan lereng sebagai solusi yang perlu dilakukan pada kawasan perumahan yang dekat dengan tebing-tebing. Indra mengatakan, salah satu bentuk mitigasi adalah dengan menanam pohon berakar kuat hingga mitigasi struktural seperti membuat talud atau bronjong.
Sementara itu, rumah-rumah yang terlanjur dibangun tanpa pengaman lereng harus segera dilakukan penguatan dengan bahan sederhana seperti kayu dan bambu. Dia menjelaskan, bambu bisa ditancapkan secara horizontal di sepanjang bukit untuk menahan tekanan dari atas tanah, agar lebih kuat maka bisa dibuat dua atau tiga tingkat sesuai kondisi lereng.
Cara Penyusunan Bambu Harus Tepat
©2014 merdeka.com/arie basuki
Namun yang perlu diperhatikan lagi adalah cara penyusunan bambu harus tepat yaitu dengan disusun secara horizontal searah dengan panjang lereng. Kemudian dibuat saluran-saluran air yang teratur untuk mengurangi air masuk ke tanah secara berlebihan.
Ini perlu dilakukan karena kalau air masuk ke tanah secara berlebihan, maka tekanan air bisa mengubah tanah menjadi plastis dan tanah kehilangan kekuatan untuk bertahan di lereng. Inilah yang dikhawatirkan menyebabkan longsor.
Oleh karena itu, saluran perlu dibuat secara teratur sehingga air akan diarahkan ke saluran-saluran yang arahnya menuju sungai. Dengan berbagai pendekatan tersebut, harapannya risiko dampak bencana yang ditimbulkan semakin kecil.