Tertua di Pulau Jawa, Ini Pesona Kemegahan Kelenteng Cu An Kiong di Lasem
Dibangun sejak abad ke-15, Kelenteng Cu An Kiong konon merupakan kelenteng tertua di Pulau Jawa. Di balik sejarahnya yang panjang, Kelenteng Cu An Kiong memiliki pesona kemegahannya sendiri.
Kota Lasem di Rembang terkenal dengan sebutan Tiongkok Kecil. Di sana terdapat tiga kelenteng yang terkenal, yaitu Gie Yong Bio, Pie An Bio, dan Cu An Kiong. Salah satu kelenteng itu, Cu An Kiong, menjadi yang tertua di antara ketiga kelenteng di sana. Bahkan tak hanya di Lasem, konon bangunan itu menjadi kelenteng tertua di Pulau Jawa.
Dikutip dari Kesengsemlasem.com, Kelenteng Cu An Kiong disinyalir telah berdiri pada abad ke-15. Pada waktu itu, Kelenteng Cu An Kiong dibangun orang-orang Tionghoa menggunakan kayu jati yang tersedia melimpah. Bahkan tiang penyangga kelenteng itu merupakan dua buah kayu jati yang belum pernah diganti hingga sekarang. Sejak selesai dibangun, pemukiman di sekitar kelenteng bertambah ramai dan menjadi Kota Lasem seperti sekarang ini.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Walau begitu, sejarah tentang pembangunan kelenteng ini masih simpang siur. Hal ini dikarenakan orang-orang Tionghoa yang membangun kelenteng ini sebagian besar masih buta huruf sehingga sangat sedikit catatan tertulis mengenai berdirinya kelenteng. Selain itu, pada masa penjajahan Belanda, kelenteng ini pernah dijarah sehingga banyak catatan sejarah yang hilang. Namun di balik semua itu, Kelenteng Cu An Kiong memiliki pesona kemegahannya sendiri. Berikut selengkapnya:
Tertua di Jawa
©Kesengsemlasem.com
Beralamat di Jalan Dasun No. 19, Desa Soditan, Lasem, Kelenteng Cu An Kiong merupakan kelenteng tertua di Lasem dan konon menjadi yang tertua pulau di Pulau Jawa. Nama “Cu An Kiong” memiliki makna Istana Ketentraman Welas Asih dan ruang utamanya berisi altar Tian Shang Sheng Mu.
Pada salah satu pintu kelenteng ini, terdapat dua buah daun pintu yang masing-masing terdapat gambar dua tokoh Tionghoa Lasem yang mengajarkan batik pada penduduk, yaitu Bi Nang Un dan istrinya, Na Li Ni.
Bangunan Khas Daerah China Selatan
©Kesengsemlasem.com
Dikutip dari Kesengsemlasem.com, Kelenteng Cu An Kiong memiliki bentuk bangunan khas daerah China bagian selatan. Bangunan itu memiliki bentuk persegi empat dengan atap berbentuk ekor walet.
Selain itu, bangunan ini juga dipenuhi oleh aneka ragam hias simbolik penuh makna yang menggambarkan prinsip Yin dan Yang serta harapan hidup penuh kebajikan dan kesejahteraan. Selain itu terdapat pula mural dewa-dewa dan mural monokrom yang memiliki 100 panel kisah terciptanya dewa-dewi.
Dipenuhi Gambar Mural yang Menawan
©Kesengsemlasem.com
Dinding bagian dalam Kelenteng Cu An Kiong dipenuhi oleh mural-mural yang unik dan berbeda dibandingkan mural-mural kebanyakan yang memajang Roman Tiga Negara. Mural-mural di Kelenteng Cu An Kiong diambil dari kisah Mitologi Dewa-Dewi Taois yang diterbitkan pada tahun 1550.
Karya mitologi yang terpampang pada mural-mural itu memiliki kisah mitos, sejarah, cerita rakyat, dan legenda yang diperkuat oleh fantasi sang pengarang. Goresan tinta itu tampak begitu detail sehingga gambar mural itu terlihat lebih hidup.
Pernah Dipugar
©Kesengsemlasem.com
Pada 1838, kelenteng ini pernah mengalami pemugaran besar-besaran. Hal ini dikarenakan bangunan ini sering mengalami kebanjiran mengingat lokasinya yang berada di tepi Sungai Lasem.
Menurut tradisi setempat, Laksamana Cheng Ho pernah mendarat di depan Kelenteng Cu An Kiong mengingat Sungai Lasem dulunya menjadi sarana lalu lintas kapal yang dermaganya kini sudah tak bersisa keberadaannya.