26 Desember 2004: Terjadinya Gempa dan Tsunami Aceh 18 Tahun Lalu
18 tahun yang lalu, tepatnya pada 26 Desember 2004, sebuah bencana alam dahsyat berupa gempa dan tsunami menghampiri wilayah Aceh, Indonesia, beserta beberapa pesisir negara-negara di sekitarnya seperti Thailand, India, dan Srilanka.
Delapan belas tahun yang lalu, tepatnya pada 26 Desember 2004, sebuah bencana alam dahsyat menghampiri wilayah Aceh, Indonesia, beserta beberapa pesisir negara-negara di sekitarnya seperti Thailand, India, dan Srilanka.
Bencana gempa berkekuatan 8,9 skala richter ini disusul dengan terjangan tsunami yang memporak-porandakan sebagian besar Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Seketika hal tersebut menjadi salah satu bencana alam terburuk dalam sejarah Aceh dan dunia, yang menelan banyak sekali korban jiwa dan harta benda.
-
Kapan gempa dan tsunami Aceh yang menghancurkan Rumah Sakit Umum Meuraxa? Peristiwa gempa dan tsunami Aceh pada 2004 masih terus dikenang sampai saat ini.
-
Apa penyebab tsunami Storegga? Dipicu oleh tanah longsor besar di bawah air di lepas pantai Norwegia, peristiwa ini menyebabkan gelombang raksasa setinggi lebih dari 20 meter (65 kaki) menghantam Kepulauan Shetland, yang terletak di utara daratan Skotlandia.
-
Kapan Museum Tsunami di Banda Aceh didirikan? Museum Tsunami menjadi monumen untuk memperingati bencana tsunami yang melanda Aceh pada penghujung 2004.
-
Kapan tsunami Storegga terjadi? Tsunami kolosal yang melanda Eropa utara lebih dari 8.000 tahun yang lalu mungkin telah membinasakan penduduk Zaman Batu di Inggris utara.
-
Di mana tsunami Storegga terjadi? Tsunami kolosal yang melanda Eropa utara lebih dari 8.000 tahun yang lalu mungkin telah membinasakan penduduk Zaman Batu di Inggris utara.
-
Kapan tsunami terjadi? Tsunami merupakan gelombang air laut besar yang dipicu oleh pusaran air di bawah laut akibat pergeseran lempeng bumi, erupsi gunung berapi bawah laut, hingga jatuhnya meteor ke laut.
Diperkirakan, sekitar 600.000 orang meninggal dunia sementara triliunan rupiah harta benda tenggelam dalam musibah tersebut. Berikut kilasan tentang bencana gempa dan tsunami Aceh yang pada tahun 2022 ini memasuki peringatannya yang ke 18 tahun.
Aceh Indonesia Terdampak Paling Besar
Gempa bumi yang terjadi pada 26 Desember 2004 lalu dan diikuti oleh terjangan tsunami telah menempatkan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) ke dalam krisis kemanusiaan. Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) menderita dampak yang sangat serius akibat bencana alam ini.
Bencana tersebut menghancurkan bagian utara dan pantai barat Sumatera serta pulau-pulau terpencil di sekitarnya. Kerusakan besar menimpa 14 kabupaten pantai Provinsi NAD, mengakibatkan 600.000 perempuan dan laki-laki kehilangan mata pencaharian dan pekerjaan mereka, serta meluluhlantakkan sarana infrastruktur di sektor publik maupun swasta.
Mengutip Mohd. Robi Amri, dkk., dalam RBI: Risiko Bencana Indonesia (2015), diketahui pusat gempa berada di perairan Samudera Hindia (255 Km terhadap Kota Banda Aceh), dengan magnitudo 9,2 pada kedalaman pusat gempa 30 km dan ketinggian gelombang mencapai 10-12 meter. Selain Aceh, ada juga beberapa kota di negara tetangga yang ikut terdampak lantaran wilayahnya yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia.
Bencana tsunami terjadi di 10 negara yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, yaitu Indonesia (Aceh dan Nias), Malaysia, Thailand, Srilanka, Maladewa, Bangladesh, India, Kenya, Somalia, dan Tanzania. Menurut data dalam buku keluaran BNPB, khusus bencana tsunami Aceh, jumlah korban jiwa secara keseluruhan ditaksir kurang lebih mencapai 283.100 jiwa.
Indonesia adalah negara yang terkena dampak paling besar. Gelombang tsunami yang puncak tertingginya mencapai 30 meter (98 ft) ini menewaskan lebih dari 230.000 orang di 14 negara dan menenggelamkan banyak permukiman tepi pantai. Korban meninggal di Indonesia mencapai 108.100 jiwa, dan 127.700 jiwa hilang. Lalu, menurut laporan World Health Organization (WHO), ada sekitar 500.000 orang mengalami luka-luka.
Akibat Pergeseran Lempeng Bumi
Dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia adalah laut, tsunami menjadi salah satu ancaman bencana di wilayah pesisir Indonesia. Bencana ini umumnya dipicu oleh gempa bumi bawah laut yang menyebabkan pergeseran secara vertikal di dasar laut. Selain gempa bumi, letusan gunung api juga dapat memicu terjadinya tsunami.
Aceh sendiri adalah provinsi paling barat dari negara Indonesia, yang letaknya di ujung utara pulau Sumatera. Aceh merupakan wilayah rawan bencana gempa bumi yang berada di ujung pertemuan tiga lempeng bumi yang bergerak aktif setiap hari, yakni Australia, India, dan Eurasia. Aceh juga termasuk wilayah zona merah gempa bumi.
Badan Geologi menempatkan daerah ini sebagai zona merah gempa yang merupakan kawasan berpotensi terlanda guncangan gempa bumi kuat dengan skala intensitas lebih besar dari VIII MMI dan berpotensi terjadi retakan tanah, pelulukan, longsoran pada topografi terjal, dan pergeseran tanah. Zona merah tersusun batuan kuarter berupa aluvium, endapan pantai, dan rombakan gunung api muda yang bersifat lepas, belum kompak, sehingga memperkuat efek guncangan gempa bumi.
Pada tanggal 26 Desember 2004, tepatnya 18 tahun yang lalu, di Aceh terjadi gempa bumi Samudra Hindia yaitu gempa bumi berskala tinggi di bawah laut dengan episentrum di lepas pesisir barat Sumatera. Gempa bumi ini terjadi ketika Lempeng Hindia disubduksi oleh Lempeng Burma dan menghasilkan serangkaian tsunami mematikan di pesisir sebagian besar daratan yang berbatasan dengan Samudra Hindia.
Indonesia adalah negara yang terkena dampak paling besar, diikuti Sri Lanka, India, dan Thailand. Hiposentrum gempa utamanya kira-kira terletak di Samudra Hindia, 160 km (100 mi) di sebelah utara pulau Simeulue, lepas pantai barat Sumatera Utara, pada kedalaman 30 km (19 mi) di bawah permukaan laut (awalnya dilaporkan 10 km (6,2 mi)). Bagian utara megathrust Sunda patah sepanjang 1.300 km (810 mi).
Gempanya, yang diikuti oleh tsunami, secara bersamaan mengguncang Bangladesh, India, Malaysia, Myanmar, Thailand, Singapura, dan Maladewa. Saat ini, Aceh telah bangkit dari trauma dan kembali menata kota serta kehidupannya. Bantuan dari dalam dan luar negeri kala itu turut berkontribusi pada perbaikan kondisi wilayah yang terdampak sekaligus juga pada pemulihan korban selamat dari tragedi ini.