Bakal Jadi Film Dokumenter, Ini 3 Fakta Unik Kampoeng Thengul Bojonegoro
Kampoeng Thengul, gerakan kebudayaan yang diinisiasi warga Dusun Kedungkrambil, Desa Sumberjo, Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro bakal diangkat menjadi film dokumenter. Ini fakta uniknya.
Kabar bahagia yang datang di tengah gegap gempita tahun baru 2023 menyelimuti warga perbatasan Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Kampoeng Thengul, gerakan kebudayaan yang diinisiasi warga Dusun Kedungkrambil, Desa Sumberjo, Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro itu dinobatkan sebagai salah satu penerima hibah dana Festival Dokumenter Budi Luhur (FDBL) 2022.
Kampoeng Thengul berada di urutan teratas dalam hasil akhir proposal yang akan mendapatkan pembinaan produksi film dokumenter. Adapun tiga proposal lain yang lolos hingga babak akhir penyeleksian juri selain Kampoeng Thengul adalah Menari dalam Sunyi karya Ahmad Eko Hadi asal Kediri, Jawa Timur; Bukan Sekedar Pesiar karya Lerthy Menthary Suek asal Oelua, Nusa Tenggara Timur; dan Pelestarian Emas Hijau karya Diaz Alifian asal Bandung, Jawa Barat.
-
Kapan Bojonegoro menjadi ibukota Provinsi Jawa Timur? Ada sejumlah daerah yang sempat menjadi Ibu Kota Jawa Timur selain Kota Surabaya. Daerah-daerah ini menjadi pusat pemerintahan Jatim sejak 11 November 1945 hingga 24 Desember 1949.
-
Dimana Bojonegoro menjadi ibukota Provinsi Jawa Timur? Mengutip Instagram @maliogorostory, Kabupaten Bojonegoro pernah menjadi ibu kota Provinsi Jawa Timur di masa silam.
-
Apa saja yang menjadikan Bojonegoro penting bagi Jawa Timur? Kabupaten Bojonegoro merupakan salah satu daerah di bagian barat Provinsi Jawa Timur. Daerah yang dikenal dengan sebutan kota banjir ini merupakan wilayah penting bagi Jawa Timur sejak dulu.
-
Kenapa Bojonegoro pernah menjadi ibukota Provinsi Jawa Timur? Pemindahan Ibu Kota Jawa Timur, selama kurun waktu 11 November 1945 hingga 24 Desember 1949, terjadi berkali-kali karena serangan dan intervensi oleh sekutu.
-
Kapan Sujiwo Tejo tampil di acara Jagong Budaya di Bojonegoro? Budayawan Sujiwo Tejo menyemarakkan acara Jagong Gayeng bertemakan "Budaya Rasa Melu Handarbeni" di Pendopo Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojoengoro, akhir pekan lalu.
-
Di mana letak Negeri Atas Angin di Bojonegoro? Atas Angin adalah sebutan untuk kawasan perbukitan di Desa Deling, Kecamatan Sekar, Kabupaten Bojonegoro.
FDBL tahun 2022 yang diselenggarakan November tahun lalu itu terdiri dari serangkaian proses seleksi. Mulai dari penerimaan proposal, pitching forum, hingga penentuan empat proposal terbaik yang berhak mendapatkan pendanaan. Proposal Kampoeng Thengul yang ditulis Wintari untuk submisi FDBL 2022 dengan tema Kearifan Lokal berhasil merebut hari para juri.
Proposal mengenai Kampoeng Thengul yang berhasil menjadi pilihan pertama para juri FDBL 2022 menambah daftar panjang prestasi gerakan masyarakat Dusun Kedungkrambil. Berikut sederet fakta unik Kampoeng Thengul di perbatasan Kabupaten Bojonegoro itu.
1. Digawangi Pasutri
©2023 Merdeka.com/Dok. Wintari
Selama proses seleksi FDBL, Kampoeng Thengul tampil mencuri perhatian karena digawangi pasangan suami istri, Joko Eri Prabowo dan Wintari. Selain pasangan muda yang aktif menjadi penggerak masyarakat, keduanya juga perangkat desa setempat.
Joko merupakan Kepala Dusun Kedungkrambil, daerah yang kini tersohor sebagai Kampoeng Thengul. Sedangkan Wintari adalah Kepala Urusan (Kaur) Perencanaan Desa Sumberjo.
Besarnya mimpi keduanya akan kampung halaman memotivasi mereka menulis proposal mengenai Kampoeng Thengul dan mendaftarkannya dalam seleksi FDBL 2022. Kini, mimpi itu terasa kian dekat karena Kampoeng Thengul berhasil mendapatkan hibah pendanaan untuk produksi film dokumenter.
2. Pengrajin Thengul
©2022 Merdeka.com/Faizal Insani
Munculnya inisiasi membentuk Kampoeng Thengul tak lepas dari keberadaan Suwarno. Lelaki yang akrab disapa Mbah Dalang itu merupakan dalang senior Wayang Thengul sekaligus pengrajin wayang. Dia merupakan satu dari dua pengrajin Wayang Thengul yang tersisa di Kabupaten Bojonegoro. Padahal, Wayang Thengul merupakan kesenian tradisional asli Kota Ledre.
Pandemi Covid-19 menyebabkan berbagai lini kehidupan limbung, tak terkecuali bagi para seniman kesenian tradisi. Hal ini pula yang terjadi pada Mbah No, sapaan akrab Suwarno. Selama hampir dua tahun pandemi, ia tak mendapat penghasilan dari pekerjaannya sebagai dalang maupun pengrajin Wayang Thengul. Ia sempat putus asa dengan kondisi tersebut dan berniat mengadu nasib ke Jakarta untuk mencari penghidupan.
Nasib ekonomi Mbah No yang tak tentu di masa pandemi itu disikapi Wintari, penggerak masyarakat di lingkungan itu. Wintari pun menceritakan kondisi Mbah No kepada Camat Margomulyo, Enggarini. Gayung bersambut, Enggarini kemudian mencoba mempromosikan Wayang Thengul karya Mbah No kepada teman-temannya di pemerintahan. Dari situlah, cikal bakal keberadaan Kampoeng Thengul bermula.
3. Kelas Tari Thengul untuk Anak-anak
Lihat postingan ini di Instagram
Berawal dari promosi miniatur Wayang Thengul hingga melayani pemesanan karakter wayang sesuai keinginan konsumen, muncul beragam ide lain dalam diri Wintari. Ibu satu anak itu menjalin komunikasi dengan berbagai pihak hingga akhirnya muncul kesepakatan mengadakan kelas Tari Thengul untuk anak-anak di Dusun Kedungkrambil. Pengumuman mengenai keberadaan kelas tari dilakukan melalui grup-grup WhatsApp masyarakat hingga promosi dari mulut ke mulut.
Saat Merdeka.com berkunjung ke Kampoeng Thengul pada November 2022 silam, puluhan anak perempuan usia SD tampak antusias mengikuti kelas Tari Thengul. Berbaris mengenakan selendang di halaman rumah seorang warga, aura ceria dan antusias memancar dari wajah anak-anak di siang yang terik itu.
Baru latihan dalam hitungan minggu, beberapa penari cilik itu sudah menjadi salah satu penampil dalam acara Kemah Budaya tingkat kecamatan. Bahkan, belum lama ini mereka juga tampil dalam Festival Medhayoh di Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro yang disponsori oleh Pupuk Kaltim.