Gapura Kuno di Mojokerto Ini Dulunya Gerbang Makam Orang Kaya di Zaman Belanda, Intip Kisahnya
Sampai sekarang gapura ini masih terlihat kokoh dan estetik.
Sampai sekarang gapura ini masih terlihat kokoh dan estetik.
Gapura Kuno di Mojokerto Ini Dulunya Gerbang Makam Orang Kaya di Zaman Belanda, Intip Kisahnya
Terdapat bangunan gapura kuno sisa peninggalan zaman kolonial Belanda di Kota Mojokerto, Jawa Timur.
Menurut warga sekitar, dari cerita nenek moyang mereka, diketahui bahwa gapura ini merupakan pintu masuk menuju area pemakaman yang cukup luas.
Namun ada kisah kontroversial yang berkelindan dengan keberadaan makam ini.
Di zaman dulu, konon keberadaannya menuai pandangan negatif oleh warga pribumi.
-
Apa yang ditemukan di hutan jati Mojokerto? Di kawasan hutan jati tersebut ditemukan sejumlah benda yang diduga peninggalan era kerajaan, seperti pecahan cangkir gerabah, bata merah, hingga cerupak (lampu ublik kuno).
-
Bagaimana Masjid Ar Rahman di Mojokerto didanai? Mnegutip laman NU Online Mojokeryo, dana yang dihabiskan terbilang besar karena digunakan untuk membuat bangunan, menata interior di dalam bangunan, dan fasilitas penunjang lainnya.
-
Apa yang menjadi keunikan dari Masjid Ar Rahman di Mojokerto? Masjid ini memiliki lima lantai dengan luas 45 x 25 meter persegi. Adapun peruntukan bangunan bak kapal pesiar itu meliputi lantai 1 untuk asrama putri, lantai 2 untuk beribadah, lantai 3 sebagai aula, lantai 4 dan 5 untuk menerima tamu.
-
Di mana kompleks pemakaman orang Jawa Kristen di Mojowarno berada? Kini, jejak-jejak kejayaan agama kristen masih berdiri megah di Kecamatan Mojowarno. Sayangnya, salah satu bukti sejarah yakni kompleks pemakaman orang-orang Jawa Kristen di sana terbengkalai.
-
Kapan Desa Panggungharjo dibentuk? Desa Panggungharjo dibentuk berdasarkan maklumat monarki Yogyakarta tahun 1946 yang mengatur tentang tata kalurahan saat itu.
-
Siapakah Mbah Buyut Modjo? Sosok yang dimakamkan di sini dikenal dengan sebutan Mbah Buyut Modjo. Mengutip Instagram @lovesuroboyo, ia adalah sesepuh yang melakukan babat alas di wilayah Kaliasin, Kota Surabaya.
Kini, gerbang tersebut jadi salah satu bukti sejarah bahwa Mojokerto jadi salah satu kota yang memiliki bangunan peninggalan masa silam dengan arsitektur yang megah.
Gambar: Youtube Lentra Biru MJK.
Dikenal dengan Nama Begraafplaatsen Mojokerto
Mengutip Instagram @ceritamojokerto, bangunan ini dulunya dikenal dengan nama Begraafplaatsen Mojokerto atau gerbang pemakaman di Mojokerto. Nama lain dari gapura ini adalah Sekar Putih.
Bentuknya mirip gapura, dengan pilar di sisi kanan dan kiri yang saling terhubung di bagian atasnya. Bahannya dibuat dari bahan agregat beton yang kokoh, dengan warna khas art deco yakni putih susu.
Persisnya, Begraafplaatsen Mojokerto berada di Mergelo, Kelurahan Kedundung, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto.
Sempat Menuai Kontroversi
Kembali ke zaman Belanda, didapati cerita bahwa gapura ini dulunya pintu masuk menuju pemakaman elit di Mojokerto. Keberadaannya sempat menuai cibiran warga sekitar, karena timbul kesenjangan antar masyarakat.
Permasalahan muncul ketika pemakaman hanya diperuntukkan bagi kaum elit Eropa dan Tionghoa, sedangkan warga sekitar tidak mendapatkan hak tersebut. Ketika status peruntukan berbeda, maka timbul kecemburuan sosial di masa itu.
Terlebih saat itu yang dimakamkan adalah orang-orang Eropa yang posisinya hanya sebagai pekerja di Mojokerto.
Walau demikian, pembangunan area makam tetap dilakukan dan pemerintah kolonial belakangan juga diketahui meraup keuntungan di balik keberadaan makam tersebut.
- Ganteng dan Gagah Potret Eks Wapres Try Sutrisno saat Jadi Taruna, Bikin Salfok
- 40 Pantun Teka Teki Lucu dan Jawabannya, Bikin Mikir & Cocok Sebagai Hiburan
- Geger Temuan Mayat Perempuan dalam Koper di Kalimalang Bekasi, Ini Kronologinya
- Gapura di Sidoarjo Ini Konon Pintu Suci Menuju Kerajaan Majapahit, Ini Potretnya
Ide Perencanaannya Sejak 1889
Mengutip Facebook Serpihan Catatan Ayuhanafiq, ide perencanaan gapura dan area pemakaman sebelumnya sudah ada sejak tahun 1889.
Ketika itu, residen Belanda di Surabaya terpikirkan untuk membuat area pemakaman di wilayah Mojokerto bagi warga Belanda yang bekerja di kota satelit.
Namun, ide ini baru terealisasi setelah penetapan gemeente Mojokerto pada 1911. Setelahnya, upaya perencanaan dilakukan melalui pencarian lahan sampai pengukuran, hingga ditemukan wilayah strategis di kawasan Kedundung, Magersari.
Ini kemudian diklaim bisa memudahkan orang Eropa dan Tionghoa untuk memakamkan anggota keluarganya, setelah sebelumnya harus dibawa jauh menuju Surabaya. Di sini, pemerintah setempat kemudian menentukan tarif tertentu untuk pemasukan kota.
Kini Jadi Taman Heritage
Menurut warga sekitar, dulu luasan makam terbagi menjadi dua. Bagian timur merupakan area pemakaman Belanda, sedangkan barat adalah khusus bagi warga Tionghoa.
Dulu bahkan kabarnya makam sampai ke dekat jalan By Pass dan berbatasan dengan area persawahan milik warga.
"Ini gapuranya yang bangun Belanda, makamnya dari dekat jalan terus tidak jauh ada sawah zaman dulu itu," kata warga sekitar, mengutip Youtube Zahira Aisya.
Agar aksesnya maksimal, pemerintah kota melakukan revitalisasi dengan melakukan perkerasan aspal pada jalan, juga memberikan susunan paving semen menuju area masuk makam.
Saat ini, kawasan makam sudah beralih fungsi menjadi lahan dan permukiman warga. Di sekitar Begraafplaatsen Mojokerto ini juga sudah ditata menjadi area taman heritage dengan diberi kursi dan lampu taman yang estetik.
Lokasi ini juga tak jarang menjadi tempat berswafoto bagi warga di sekitar Kedundung maupun luar wilayah. Lokasinya juga jadi lebih rapi, dan nyaman untuk dikunjungi.