Kisah Orang Inggris jadi Crazy Rich Berkat Tembakau Bojonegoro, Tinggalkan Warisan Megah Ini
Pasca konfrontasi Indonesia-Malaysia, seluruh gudang tembakau miliknya diambil alih pemerintah RI.
Pasca konfrontasi Indonesia-Malaysia, seluruh gudang tembakau miliknya diambil alih pemerintah RI.
Kisah Orang Inggris jadi Crazy Rich Berkat Tembakau Bojonegoro, Tinggalkan Warisan Megah Ini
Kompleks bangunan lawas di Jalan Jaksa Agung Suprapto, Kabupaten Bojonegoro sering mencuri perhatian para pengguna jalan. Bangunan-bangunan megah yang berdiri di lahan seluas sekitar satu hektare itu sarat nilai sejarah, ada kisah menarik di baliknya.
-
Kapan Sujiwo Tejo tampil di acara Jagong Budaya di Bojonegoro? Budayawan Sujiwo Tejo menyemarakkan acara Jagong Gayeng bertemakan "Budaya Rasa Melu Handarbeni" di Pendopo Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojoengoro, akhir pekan lalu.
-
Kenapa kerupuk klenteng Bojonegoro terkenal? Kerupuk ini diburu banyak orang. Kerupuk sering hadir di meja makan sebagai lauk pelengkap. Bahkan tak jarang ia jadi lauk utama. Rasa kerupuk yang gurih membuat nafsu makan bertambah.
-
Bagaimana asal mula patung Gajah Bolong di Bojonegoro? Mengutip Instagram @bojonegorohistory, nama Gajah Bolong berkaitan dengan patung gajah yang ada di rumah almarhum bapak H.M. Soedjono (Mbah Jono). (Foto: Pemkab Bojonegoro) Rumah yang dibangun sekitar tahun 1930 itu dinding bagian dalamnya dilapisi porselen dari China. Di halamannya yang luas, dibangun patung gajah.
-
Apa yang Sujiwo Tejo ajarkan di acara Jagong Budaya Bojonegoro? Sastrawan kondang kelahiran Jember itu juga berbagi petuah bagaimana seseorang bisa bertahan hidup di tengah kemajuan zaman. Menurut dia, orang harus punya harapan. Namun, selain membuat seseorang semangat hidup, harapan juga sumber kekecewaan. Seseorang mengalami kekecewaan saat realita tidak sesuai dengan harapan.
-
Kapan Bojonegoro menjadi ibukota Provinsi Jawa Timur? Ada sejumlah daerah yang sempat menjadi Ibu Kota Jawa Timur selain Kota Surabaya. Daerah-daerah ini menjadi pusat pemerintahan Jatim sejak 11 November 1945 hingga 24 Desember 1949.
-
Di mana letak Kubur Kalang di Bojonegoro? Kubur Kalang ditemukan di Desa Kawengan, Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro.
Mewah
Memasuki kompleks bangunan lawas yang kini bernama UD. Supianto, kita disuguhi tiga bangunan yang didirikan pada era kolonial Belanda. Luas keseluruhan bangunan ini sekitar 3.000 meter persegi. Ketiga bangunan lawas yang terdiri dari dua gudang tembakau dan satu rumah (kini jadi mess karyawan) tersebut sudah digunakan sejak tahun 1950-an, artinya pembangunannya sudah dilakukan sebelum tahun tersebut. Selain itu, ada satu bangunan yang kini bernama Gudang C baru dibangun sekitar tahun 1980-an akhir.
“Dulu bangunan yang di sini (Gudang C) udah jelek banget, tidak layak. Jadi kami bongkar, kami bangun seperti sekarang,” ungkap Rudy Julius, pemilik UD. Supianto, saat ditemui merdeka.com pada Minggu (28/1/2023).
Bangunan Gudang A dan B tetap berdiri megah meski usianya sudah lebih dari 70 tahun. Ciri khas kedua bangunan tersebut yakni memiliki lebih dari sepuluh tiang di dalamnya dan seluruhnya berupa kayu jati utuh, seluruh kerangkanya juga kayu jati. Selain itu, atapnya menggunakan genteng dan memfungsikan daun lontar sebagai plafon. Konstruksi bangunan ini menyebabkan udara di dalamnya tetap sejuk meskipun panas matahari sedang terik-teriknya.
Kondisi bagian dalam Gudang A dan B yang berusia lebih dari 70 tahun.
“Belum pernah direnovasi besar-besaran, paling kalau ada bocor diurus,” terang Rudy mendeskripsikan daya tahan bangunan era kolonial Belanda tersebut.
Selain bangunan megah dan kokoh, era Machlim Watson juga mewariskan mesin press tembakau merek Carl Schlieper. Hingga kini, mesin tersebut masih berfungsi dengan baik.
- Kisah Hidup Agha Hovsep Hovhanes Amirkhan, Crazy Rich Pertama Semarang Sebelum Raja Gula Oei Tiong Ham
- Kisah Crazy Rich Pemilik Pabrik Gula di Probolinggo, Punya Rumah Mewah di Daerah Terpencil
- Potret Kehidupan Keluarga Tionghoa Terkaya di Jawa Timur, Beli Tanah untuk Bantu Negara
- Kisah Ibu Asuh Sunan Giri, Menguasai Berbagai Bahasa dan Pandai Berdagang hingga Jadi Crazy Rich Gresik
Tembakau Bojonegoro
Pada tahun 1920-an, tembakau sudah ditanam di Bojonegoro. Bahkan, kualitas tembakau Bojonegoro menarik PT British American Tobbaco (BAT) Indonesia. Mengutip situs gangkecil.com, pada tahun 1928 penananam tembakau di Bojonegoro diperluas. Tahun 1930 areal tembakau di Bojonegoro mencapai 200 hektare, 10 tahun kemudian mencapai 5.000 hektare. Mengutip AVATARA, Jurnal Pendidikan Sejarah UNESA (2018), pada tahun 1954 jumlah lahan pertanian tembakau di Bojonegoro mencapai 12.365 hektare.
Sang Crazy Rich
Potensi tembakau Bojonegoro membuat Machlim Watson, warga negara Inggris tertarik datang dan berbisnis komoditas berjuluk emas hijau itu di Bojonegoro. Pada tahun 1950-an, Machlim Watson memiliki dua gudang tembakau di Kabupaten Bojonegoro. Satu di Jalan Jaksa Agung Suprapto (kini UD. Supianto), satu lagi di Jalan KH. Mansyur, Ledok Wetan (kini Gedung Serbaguna).
Selanjutnya, konfrontasi Indonesia-Malaysia yang berlangsung pada tahun 1963-1966, membuat perusahaan-perusahaan milik orang Inggris di Indonesia diambil alih oleh pemerintah RI, termasuk seluruh gudang tembakau milik Machlim Watson.
Gudang Tembakau di Bojonegoro
Beralih Kepemilikan
Pasca diambil alih pemerintah Indonesia, pengelolaan gudang-gudang tembakau yang tersebar di beberapa daerah ini diserahkan kepada Departemen Pertanian (Deptan). Departemen ini kemudian membentuk PD. Dwikora sebagai induk usaha gudang-gudang tembakau ini. Gudang-gudang ini kemudian disewakan kepada masyarakat khususnya perusahaan tembakau.
Sejak saat itu hingga sekarang, kompleks gudang tembakau ini jadi tempat Julius meraup cuan dari bisnis tembakau. Perusahaan yang diberi nama UD. Supianto ini bergerak sebagai supplier dan pengekspor tembakau.
Perusahaan milik Rudy membeli tembakau kering dari petani untuk kemudian diperlakukan sedemikian rupa jadi tembakau yang siap digunakan oleh pabrik rokok.
“Kami sortir tembakau sesuai kualitasnya, mulai kelas satu hingga kelas lima. Ada pabrik yang minta dilepas gagangnya, ada yang minta dikeringkan lagi. Semua tergantung permintaan pabrik,” ungkap Rudy.
Pelaksanaannya, pihak UD. Supianto mengirim tembakau ke rumah para pekerja borongan tersebut, selanjutnya saat pekerjaan sudah selesai, pihak UD. Supianto menjemput hasil pekerjaan mereka.