Mitos Telaga Sarangan, Ini Kisah dan Potensi Wisatanya
Kesejukan dan ketenangan akan kamu rasakan di Telaga Sarangan, meski banyak mitos mengelilinginya.
Kesejukan dan ketenangan akan kamu rasakan di Telaga Sarangan, meski banyak mitos mengelilinginya.
Mitos Telaga Sarangan, Ini Kisah dan Potensi Wisatanya
Telaga Sarangan menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Jawa Timur. Di balik ketenarannya, terdapat cerita awal mula penemuan telaga yang selama ini belum banyak diketahui publik.
Cerita mengenai Telaga Sarangan dikisahkan oleh Ki Atmosentono, sesepuh Desa Sarangan, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Ki Atmo menuturkan bahwa selama ini orang salah kaprah menyebut telaga di kaki Gunung Lawu itu.
-
Di mana letak Telaga Sarangan? Kota Magetan memiliki Telaga Sarangan yang pesonanya siap memanjakan mata Anda. Terletak di Kaki Gunung Lawu Julukan The Nice of Java Kabupaten ini memiliki tempat wisata yang mendunia yaitu Telaga Sarangan yang sudah lama menjadi destinasi wisata utama.
-
Dimana letak Telaga Sarangan? Telaga Sarangan adalah sebuah danau alami yang terletak di lereng Gunung Lawu, Magetan, Jawa Timur.
-
Bagaimana Telaga Sarangan terbentuk? Menurut legenda, terbentuknya telaga ini bermula dari sepasang suami istri bernama Kyai Pasir dan Nyai Pasir yang tinggal di lereng Gunung Lawu.
-
Dimana Telaga Sarangan berada? Telaga Sarangan (Kab. Magetan)
-
Bagaimana Michael Tolotos meninggal? Tolotos meninggal dunia pada tahun 1938, saat berusia 82 tahun, tanpa pernah melihat seorang perempuan.
-
Apa yang dimaksud dengan mitos? Mite atau mitos adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa Yunani muthos yang secara harfiah bermakna sebagai cerita atau sesuatu yang dikatakan orang. Dalam arti yang lebih luas bisa bermakna sebagai suatu pernyataan, di samping itu mitos juga dipadankan dengan kata mythology dalam bahasa Inggis yang memiliki arti sebagai suatu studi atas mitos atau isi mitos.
“Selama ini orang menyebut telaga ini Telaga Sarangan. Padahal yang benar adalah Tlogo Pasir. Saya perlu meluruskan karena saya tidak ingin nilai cerita mengenai telaga ini menjadi terhapus dari ingatan anak cucu nanti,” ujarnya, dikutip dari Majalah Mossaik edisi November 2005.
Kesejukan dan ketenangan akan kamu rasakan di Telaga Sarangan. Cocok buat santai sekaligus healing menikmati hidup ini, Telaga Sarangan kini menjadi salah satu destinasi wisata yang ramai dikunjungi di Magetan. Ini kisah dan mitos Telaga Sarangan yang menarik diketahui.
Legenda Ki Pasir dan Nyi Pasir
Keberadaan telaga ini tidak bisa dipisahkan dari legenda Ki Pasir dan istrinya, Nyi Pasir. Pasangan suami istri tersebut memulai hidup dengan melakukan babat alas di daerah yang kini disebut Sarangan.
Ki Atmo melengkapi pemahaman tentang awal mula keberadaan telaga dengan menjelajah sekian perpustakaan, mulai dari perpustakaan-perpustakaan di Jawa Tengah hingga Perpustakaan Nasional di Jakarta. Ia membaca buku-buku terkait babat tanah Jawa hingga tuntas.
Perang
Ki Pasir merupakan seorang pujangga kenamaan yang hidup pada zaman Kerajaan Pengging. Saat perang antara Kerajaan Pengging dan Mataram pecah, Ki Pasir dan Nyi Pasir keluar dari kerajaan karena tidak ingin terkena ekses peperangan.
Keduanya memutuskan pegi ke Jowo Wetan (sekarang Jawa Timur). Saat tiba di daerah Surakarta di tepi Bengawan Solo, pasutri itu bertemu bocah laki-laki berumur sekitar 10 tahun.
Bocah yang tidak punya orang tua dan tempat tinggal itu akhirnya diangkat sebagai anak oleh Ki Pasir dan Nyi Pasir. Ia diberi nama Joko Lilung. Ketiganya kemudian melakukan perjalanan hingga di hutan Gunung Lawu. Ki Pasir memutuskan mendirikan pondok sebagai tempat berlindung di lereng Gunung Lawu sebelah timur.
Kejadian Aneh
Pondok sederhana itu dibuat dari kayu hutan dan atapnya dari dedaunan. Meski sangat sederhana, Ki Pasir dan Nyi Pasir sudah merasa aman dari marabahaya.
Sementara itu, Joko Lilung tidak pernah berada di rumah. Sejak kecil ia suka berkelana dan bersemedi. Hanya sesekali ia mampir ke rumah, namun kemudian pergi lagi.
Sehari-hari, Ki Pasir memanfaatkan waktunya untuk membuka lahan dan bercocok tanam di sekitar pondok sederhananya. Hingga suatu hari, kejadian aneh menimpanya. Saat hendak berladang, ia menemukan dua buah telur. Ia mengamati telur tersebut sambil bertanya-tanya, telur binatang apa yang baru saja ditemukannya. Padahal di sekitarnya tidak tampak seekor pun binatang unggas yang bisa bertelur.
Ki Pasir pun merebus sebutir telur, sementara satu lainnya ditimbun dalam tanah. Telur rebus itu kemudian dibelah menjadi dua, satu bagian dimakannya, sementara yang satu lagi disimpan untuk diberikan kepada Nyi Pasir jika nanti datang mengirim makanan.
Sesaat setelah makan telur tersebut, Ki Pasir merasakan sesuatu yang aneh. Tubuhnya kepanasan dan gatal tidak keruan. Ki Pasir segera mencari sumber air yang terletak di sebelah barat telaga sekarang. Di sana, ia berendam untuk menghilangkan rasa panas dan gatal yang dideritanya.
Saat Nyi Pasir datang mengirim makanan, ia tak menemukan suaminya di ladang. Panggilannya untuk segera makan justru dibalas sang suami dengan permintaan supaya Nyi Pasir makan terlebih dahulu dengan lauk separuh telur yang direbusnya tadi. Kejadian serupa juga dialami Nyi Pasir setelah memakan telur tersebut. Ia kemudian ikut Ki Pasir berendam di sumber air.
Bukannya sembuh, kondisi pasangan suami istri itu justru makin parah. Saat mereka saling pandang, keduanya kaget mendapati wajah satu sama lain tidak berwujud manusia lagi, melainkan telah berubah menjadi seekor naga.
Keduanya marah, menggeliat dan menyibakkan tubuhnya ke sana kemari. Mereka menggempur gunung, merobohkan pohon-pohon. Di tengah amarahnya, tiba-tiba Ki Pasir mendengar suara yang memerintahkannya untuk segera bertaubat.
Ki Pasir dan Nyi Pasir pun segera menghantarkan doa agar diberi maaf oleh Yang Maha Kuasa. Namun, sekitar sumber yang menjadi arena pelampiasan kemarahan telah berubah menjadi kubangan besar.
Moksa
Menurut cerita yang bergulir, di kubangan besar itulah keduanya moksa, menghadap Tuhan Yang Maha Esa tanpa meninggalkan jejak. Joko Lilung pun kehilangan jejak kedua orang tua angkatnya itu.
Ia mencarinya di tempat-tempat yang biasa dikunjungi kedua orang tuanya, namun tak juga menemukannya. Suatu ketika, ia bersemedi di tepi telaga dan mendapatkan wangsit bahwa kedua orang tuanya mengalami kejadian aneh dan ia sudah tidak bisa menemuinya lagi. Dalam wangsit tersebut, Ki Pasir memberi pesan kepada Joko Lilung supaya telaga tersebut diberi nama Telaga Pasir.
Pesan berikutnya ialah agar pada setiap malam Jumat Pon pada Bulan Ruwah, ia menghadiahi sesaji di Telaga Pasir. Pesan ketiga, Joko Lilung diminta mencari telur yang ditimbun Ki Pasir waktu itu. Ki Pasir penasaran telur binatang apa yang membuat ia dan istrinya berubah menjadi naga.
Joko Lilung pun keliling mencari keberadaan telur yang dimaksud Ki Pasir. Betapa kagetnya, telur yang disimpan Ki Pasir itu sudah pecah dan dari cangkangnya muncul seekor ular.
Tubuh ular itu makin membesar hingga menjadi seekor naga. Uniknya, naga tersebut bisa berbicara. Joko Lilung pun menjadikan naga tersebut sebagai saudaranya. Namun, naga tersebut kemudian berpindah tempat di Telaga Ngebel, Ponorogo, Jawa Timur.
Sementara Joko Lilung moksa di Telaga Pasir, setelah pesan-pesan bapak angkatnya sudah disebarkan satu persatu kepada orang-orang yang mendiami kawasan Sarangan saat itu.
Mitos Telaga Sarangan
1. Mitos Hubungan Kekasih yang Kandas
Bila dua sejoli yang sedang bercinta di dekat Telaga Sarangan maka mereka akan terkena radiasi gaib dari tempat tersebut yakni berupa kutukan akan kandasnya hubungan kekasih terutama bagi mereka yang belum menikah atau sedang berpacaran.
Mitos ini sudah lama dipercaya masyarakat dan sudah menjadi buah bibir di kalangan kaum muda mudi sejak zaman dulu hingga sekarang.
Terbukti dari kesaksian beberapa pasangan kekasih yang dulunya memadu cinta di Telaga Sarangan ini keesokan harinya atau dalam waktu dekat hubungan mereka langsung putus di tengah jalan. Namun ada beberapa yang sampai menikah namun akhirnya tidak bisa menjaga keharmonisan rumah tangga dan akhirnya bercerai.
Untuk itu bagi siapapun yang mempunyai pacar atau kekasih atau pasangan tidak disarankan untuk mengunjungi Telaga Sarangan ini. Jadi Telaga Sarangan ini hanya diperuntukkan untuk para jomblo dan jomlowati yang sedang mencari jodoh.
2. Mitos Ritual Ngebleng
Di Telaga Sarangan sering dilakukan ritual setiap tahunnya untuk menghormati Nyai Jailung dan Kiyai Jalilung yang dipercaya sebagai penunggu Telaga Sarangan tersebut. Setiap Jum'at keliwon pada bulan rewah area sekitar Telaga Sarangan selalu ramai oleh para tetua adat dan penduduk asli Sarangan yang menebarkan sesaji ke dalam telaga.
Ritual ini bertujuan untuk tolak bala dan penghormatan terhadap roh leluhur sekitar. Dalam ritual ini biasanya mereka melarung semua sesajen yang berupa hasil pertanian dan peternakan.
3. Mitos Lubang Aneh
Misteri ini adalah penampakan lubang aneh yang menyedot air telaga menuju ke dasar lubang, belum diketahui pasti tentang misteri yang satu ini. Namun dalam foto ini terlihat sangat nyata dan asli, mungkinkah ada retakan tanah di dasar telaga ataukah ulah ular naga raksasa penunggu Telaga Sarangan semua ini masih misterius.
4. Mitos Kabut Misterius
Pada saat-saat tertentu kabur tebal menyelimuti Telaga Sarangan bahkan menyentuh air telaga itu. Sangat misterius dan mengerikan banyak pengunjung yang takjub dan takut ketika fenomena ini terjadi.
5. Mitos Pohon yang Tak Bisa Ditebang
Di Telaga Sarangan, terdapat pohon langka bernama pohon liwung. Pohon liwung ini memiliki bentuk seperti pohon pinang yang tidak memiliki cabang.Konon katanya, pohon tersebut tidak bisa ditebang sama sekali. Menurut mitos Telaga Sarangan yang beredar, dulu ada seseorang yang ingin menebang pohon liwung. Namun, saat hendak menebang, pohon liwung tersebut justru hilang tanpa ada bekas.
Wisata Telaga Sarangan
Telaga Sarangan merupakan danau yang terbentuk secara alami. Danau ini memiliki luas sekitar 30 hektare, sedangkan kedalamannya mencapai 28 meter.
Danau Telaga Sarangan berada di ketinggian 1.200 meter dari permukaan laut (mdpl) dengan suhu sekitar 15-20 celcius. Lokasinya dekat dengan Gunung Lawu, tepat di Jalan Raya Telaga Sarangan, Sarangan, Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
Pepohonan yang rindang di tepian membuat Telaga Sarangan semakin sejuk. Jika pagi, kamu akan menghirup udara segar. Jiwa-jiwa semangat semakin menggelora dengan suasana Telaga Sarangan. Tidak salah kalau objek wisata di Magetan ini menjadi tempat liburan favorit.
Selain itu, air Telaga Sarangan terlihat bersih. Saking jernihnya, pemandangan gunung dan langit cerah yang indah pun kadang kala memantul di permukaan danau. Kamu bisa berkeliling danau dengan menyewa speedboat. Satu putaran tarifnya Rp60.000, sedangkan tiga putaran sekaligus cukup Rp150.000 saja.
Namun, itu bukan per orang. Kamu bisa mengajak 2-3 orang lainnya untuk menyewa speedboat. Kamu akan diajak menjelajahi danau sembari menikmati pesona keindahan Telaga Sarangan dari dekat.
Jika ingin lebih santai, kamu bisa menyewa perahu untuk mengelilingi Telaga Sarangan. Kamu bisa pilih antara perahu dayung atau perahu kayuh.
Kalau masih belum puas mengelilingi Telaga Sarangan dengan speedboat atau perahu, kamu bisa berkuda. Tarif satu putaran Rp50.000. Kamu akan diajak ke tepian danau sembari menikmati pemandangan sekitar.