Sisi Lain Mbah Harjo Kardi, Tokoh Samin Pelopor Nilai-Nilai Luhur di Bojonegoro
Tokoh samin Mbah Harjo Kardi meninggal dunia pada Sabtu (27/5/2023). Ia adalah sosok pelopor nilai-nilai luhur di Bojonegoro.
Salah satu kampung di perbatasan Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur yakni Dusun Jepang, Kecamatan Margomulyo, dikenal sebagai tempat tinggal sedulur sikep, para penganut ajaran Samin. Salah satu tokoh yang dikenal luas pengaruhnya adalah Harjo Kardi.
Pria yang akrab disapa Mbah Harjo itu meninggal dunia pada Sabtu (27/5/2023). Meninggalnya Mbah Harjo tidak hanya menjadi duka bagi para sedulur sikep, tetapi juga bagi masyarakat luas.
-
Kapan Bojonegoro menjadi ibukota Provinsi Jawa Timur? Ada sejumlah daerah yang sempat menjadi Ibu Kota Jawa Timur selain Kota Surabaya. Daerah-daerah ini menjadi pusat pemerintahan Jatim sejak 11 November 1945 hingga 24 Desember 1949.
-
Dimana Bojonegoro menjadi ibukota Provinsi Jawa Timur? Mengutip Instagram @maliogorostory, Kabupaten Bojonegoro pernah menjadi ibu kota Provinsi Jawa Timur di masa silam.
-
Apa saja yang menjadikan Bojonegoro penting bagi Jawa Timur? Kabupaten Bojonegoro merupakan salah satu daerah di bagian barat Provinsi Jawa Timur. Daerah yang dikenal dengan sebutan kota banjir ini merupakan wilayah penting bagi Jawa Timur sejak dulu.
-
Kenapa Bojonegoro pernah menjadi ibukota Provinsi Jawa Timur? Pemindahan Ibu Kota Jawa Timur, selama kurun waktu 11 November 1945 hingga 24 Desember 1949, terjadi berkali-kali karena serangan dan intervensi oleh sekutu.
-
Kapan Sujiwo Tejo tampil di acara Jagong Budaya di Bojonegoro? Budayawan Sujiwo Tejo menyemarakkan acara Jagong Gayeng bertemakan "Budaya Rasa Melu Handarbeni" di Pendopo Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojoengoro, akhir pekan lalu.
-
Di mana letak Negeri Atas Angin di Bojonegoro? Atas Angin adalah sebutan untuk kawasan perbukitan di Desa Deling, Kecamatan Sekar, Kabupaten Bojonegoro.
“Sugeng tindak Kung Harjo Kardi (selamat jalan Mbah Harjo Kardi), semoga kami bisa meneladani ajaran-ajaran luhur Samin. Matur nuwun wejangan dan paweling buat kami, mugi husnul khotimah (Terima kasih atas nasihatnya buat kami, semoga husnul khotimah),” ungkap Camat Margomulyo, Dyah Enggarini Mukti, Sabtu (27/5).
Nilai-Nilai Luhur
Pada masa kolonialisme, Mbah Harjo dan seluruh sedulur sikep kompak menentang keras penjajahan. Sikap ini dipegang teguh hingga akhir hayatnya.
Dikutip dari laman resmi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro, Mbah Harjo adalah sosok pelopor program pemerintahan terbuka di desanya. Menurut dia, orang-orang yang menduduki kursi pemerintahan harus memiliki sikap terbuka terhadap masyarakat, di antaranya harus memiliki sikap eling lan waspodo (ingat dan waspada) serta jujur opo anane (memegang teguh kejujuran). Nilai-nilai luhur itu merupakan pegangan hidup para sedulur sikep dalam menjalani bahtera kehidupan bermasyarakat.
Bambang Sutrisno, anak Mbah Harjo Kardi mengungkapkan bahwa para sesepuh sedulur sikep selalu menanamkan nila-nilai luhur kepada keluarganya untuk membentuk karakter baik. Misalnya, ada kalimat sami-sami sapodo saduluran (semua adalah saudara), jo drengki (tidak iri dan dengki), dan masih banyak lagi.
Penanaman karakter melalui kalimat-kalimat dan contoh nyata yang dilakukan Mbah Harjo dan para sesepuh Samin, kata Bambang, telah mendarah daging kepada para sedulur sikep.
“Terbukti, kampung kami, guyup dan aman,” ujarnya.
Dorong Pendidikan Setara
©2022 Pixabay/ Merdeka.com
Sosok Mbah Harjo juga memiliki peran penting mengupayakan hak pendidikan anak-anak di kampungnya terpenuhi. Pada 1990-an, anak-anak Dusun Jepang harus berjalan kaki sekitar lima meter melewati pinggir hutan jati untuk bersekolah. Jarak Dusun Jepang dengan pusat Desa Margomulyo sekitar lima meter.
Pada 1980-an, Mbah Harjo berinisiatif meminta Pemerintah Desa/Kecamatan membangunkan fasilitas Sekolah Dasar di Dusun Jepang. Tujuannya agar anak-anak bisa lebih mudah menuju sekolah.
Selain belajar di sekolah, anak-aak sedulur sikep juga belajar budaya leluhur melalui kedua orang tuanya (sinau marang bapa lan biyunge). Dikutip dari buku Etnografi Masyarakat Samin Bojonegoro (Kemendikbud, 2015), belajar budaya leluhur diharapkan membuat anak-anak sedulur sikep kelak menjadi sosok yang ulet, baik, dan jujur tidak berbohong.