Alternatif dan strategi pembiayaan bisnis
Jadi, sebenarnya modal utama bukanlah biaya atau kapital sheet. Lebih dari itu adalah mental, mindset, dan ide usaha.
Banyak orang memakai alasan, batal berbisnis membuka perusahaan karena alasan modal alias biaya. Lalu membunuh seumur hidup keinginannya, kecuali ada modal cukup. Lalu, mereka bekerja terus mengumpulkan uang sampai cukup. Makin lama, ketika sudah cukup, tak terasa dia di posisi establish, masuk zona nyaman, dan lupa keinginanya mau jadi perngusaha. Makin nyaman, makin tua, maka makin takut mengambil risiko.
Itulah salah satu penyebab, orang takut berusaha. Hanya orang yang punya tekat kuat, semangat tinggi, dan memiliki visi yang jelas saja yang berani melawan kemapanan untuk memulai sebuah usaha.
Jadi, sebenarnya modal utama bukanlah biaya atau kapital sheet. Lebih dari itu adalah mental, mindset, dan ide usaha.
Di sini kolom inspira menyoroti satu hal, yaitu ide usaha dalam kaitannya dengan pembiayaan perusahaan. Kalau Anda punya ide usaha yang bagus, yang prospektif, memiliki banyak keunggulan yang beda dengan lainnya, itu adalah sebuah potensi penting yang bisa diandalkan.
Suatu hari saya diundang oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf), yang mengumpulkan pengusaha muda yang baru mulai berbisnis termasuk kalangan start-up. Mereka pengin maju, tapi terbentur biaya. Artinya faktor-faktor lain seperti pemasaran, manajemen operasi, produk, sales, sementara diabaikan atau terpenuhi dan mereka perlu fokus mencari dana pengembangan usaha.
Ada beberapa jenis sumber biaya pengembangan bisnis, yaitu (1) menambah biaya dari kantong sendiri, (2) dengan utang bank, (3) strategic partner, (4) ambil dana dari pasar saham (Tbk), (5) sistem anjak piutang (factoring), dan (6) angel investor dan atau venture capital.
Pertama, peningkatan pembiayaan dari kantong sendiri, ini adalah hal lumrah dan kuno. Kalau Anda punya uang, mau mengembangkan usaha, ya sudah ambil tabungan, kuras dana pribadi buat perusahaan. Perusahaan Anda tetap milik Anda tapi kalau gagal, Anda semua yang menanggung kerugiannya (risiko kegagalan).
Kedua, adalah mengembangkan usaha dengan utang bank. Ini juga teori atau strategi kuno. Kalau perusahaan punya aset, baru bisa dapat utang. Bank ini bisa jadi sadis, artinya kalau Anda untung sukses akan ditawari lagi kredit, kalau gagal tidak mau tahu, tetap ditagih walau bangkrut. Aset pribadi Anda atau aset perusahaan Anda akan terancam disita.
Ketiga, strategic partner (partner strategis). Ini ada beberapa model dan tipe. Intinya bukan saja pertimbangan investasi modal uang semata, tapi yang memiliki kelebihan lain yang bisa membuat usaha kita maju. Misalnya kita bisnis produksi minuman, lantas ada perusahaan distribusi minuman handal yang menguasai pasar, maka kalau masuk jadi investor misalnya perusahaan kita bernilai Rp 100 miliar, bila perushaan distribusi ini masuk dengan uang Rp 30 miliar, bisa saja dinilai sampai Rp 49 persen, yakni sisanya dibayar dengan keunggulan distribusinya. Sehingga perusahaan kita berpotensi berkembang dan fokus di produksi karena distribusi sudah ditangani partner strategis tersebut. Potensi berkembang bagus, risiko kecil, tapi kita sudah tidak bebas membuat keputusan, harus dibicarakan dengan partner strategis. Dan, kalau sukses, hak kita sudah tidak 100 persen.
Keempat, adalah dengan mengambil dana dari pasar saham. Ini sering jadi incaran dan acuan perusahaan sukses, ke bursa saham (Tbk). Sebenarnya tidak sepenuhnya benar. Yang pasti ini cara mendapatkan uang rakyat atau mengajak masyarakat partisipasi di perusahaan kita. Namun perlu ada due diligent, akan dinilai oleh penilai independen, dan kalau gagal ada yang menjamin. Anda mesti siap data room keuangan Anda dibongkar habis karena harus terbuka, tidak ada lagi kerahasiaan. Karena kemudian perusahaan Anda jadi banyak pemilik. Maka siap-siap usulan-usulan atau rencana Anda untuk gagal dilaksanakan atau ditolak. Bisa jadi dapat duit banyak tapi keputusan perusahaan sudah di masyarakat. Anda sendiri bisa di-PHK meski pendiri. Dan lagi, biaya mendaftarkan ke bursa bisa sampe belasan miliar sendiri. Untuk perusahaan baru atau start-up agak mustahil.
Kelima, adalah sistem anjak piutang (factoring). Ini adalah cara mendapatkan biaya dari bank atau lembaga pembiayaan tanpa harus menjaminkan aset tak bergerak (fixed asset). Lalu apa yang dijaminkan? Ada dua kemungkinan besar, yakni jaminan proyek (misalnya bukti menang tender) dan jaminan tagihan (piutang) pelanggan.
Untuk jaminan piutang pelanggan ini, biasanya investor/bank/leasing/asuransi mendapatkan hak menagih langsung ke pelanggan. Jadi misalnya perusahaan kita punya tagihan bulanan Rp 1 miliar, maka biasanya dapat sekitar 70% persen dana pengembangan masuk perusahaan. Selanjutnya dana bisa dipakai untuk beli mesin produksi, dan tagihan-tagihan di pelanggan sudah bukan hak kita. Pindah tangan ke bank atau pemberi utang. Sebab yang diagunkan itu tagihan (invoice). Ini menarik tapi tidak mudah mendapat kepercayaan. Reputasi perusahaan kita penting, juga reputasi pemiliknya dan pengelolanya. Semakin besar respek pada kita, maka potensi pembiayaan makin bagus. Maka jaga reputasi Anda dan perusahaan Anda. Perusahaan baru dan kecil yang menjadi bagian dari grup besar sering mendapatkan fasilitas factoring ini karena jaminan reputasi grup besarnya. Bahkan dana factoring kadang tak dipakai mengembangkan usaha sebelumnya, tapi ada yang dipakai investasi bikin perusahaan baru yang beda core bisnis sekalipun.
Yang keenam, adalah angel investor (AI) an venture capital (VC). Karena banyak perusahaan IT dan start-up susah mendapatkan pengembangan usaha karena bisnisnya dan asetnya tidak bankable (susah dapat biaya dari bank), maka lahirlah AI dan VC ini. Ini adalah investor non bank. Beda antarkeduanya, biasanya ada pada tingkat kepercayaannya. Biasanya VC menanamkan orang di perusahaan yang dibiayai. Sedang AI biasanya hanya memberi dana, dalam beberapa termin.
Bagi pemberi investasi, memang cukup berisiko tinggi. Sebab tanpa agunan sama sekali. Selain itu, tingkat risiko tinggi sebab keberhasilan perusahaan yang dibiayai, kadang lebih rendah dibanding tingkat kesuksesan. Makanya biasanya nilai investasinya hanya di kisaran 20-30 persen saja. Yang sering menjadi patokan dari nilai perusahaan untuk dapat pembiayaan, bukan pada nilai aset, bukan juga kinerja perusahaan, tapi justru terletak pada mimpi perusahaan yang akan dibiayai tersebut. Yang dituangkan dalam proposal ide bisnis alias prospektus. Semakin unik dan masuk akal ide pengembangan usaha, semakin menarik bagi VC. Banyak VC yang jagoan mengendus potensi perusahaan, sehingga beberapa perusahaan yang sebelumnya bukan apa-apa, tiba-tiba dibiayai VC dengan sangat berani, bernilai jutaan dolar, dan kemudian perusahaan itu berkembang pesat. Meski demikian banyak juga yang gagal. VC terkadung kepincut dengan proposal indah, atau pada nama tenar pengelola, tapi tidak memperhatikan kualitas pengembangan produk, maka uang investasi para VC banyak yang ludes.
Nah, demikian beberapa alternatif strategi pembiayaan yang dimungkinkan. Bila Anda perusahaan baru atau start-up atau yang sudah jalan tapi butuh dana pengembangan, beberapa pilihan di atas bisa jadi pertimbangan. Silakan dan perhatikan tingkat risiko. Apakah Anda mau berbagi atau tidak, itu pilihan. Dan bukan saja ini, mungkin ada alternatif lain pembiayaan misalnya pinjam tanpa agunan dari orang tua, teman, dan lain-lain.
Yang pasti, paling penting dari semua itu, adalah proposal bisnis dan laporan kinerja perusahaan yang dicerminkan dalam bentuk financial report. Selamat mencoba. ***