Anies: Pemimpin itu menyatukan bukan memecah belah
Anies: Pemimpin itu menyatukan bukan memecah belah. Saya akan bikin jalan dulu. Apa sih yang enggak jalan, membangun keadilan sosial bagi warga Jakarta, membuat akses bagi kesejahteraan (warga) Jakarta. Saya akan hentikan pembiaran para orang miskin.
Calon Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, seorang pemimpin itu seharusnya bisa mempersatukan, bukan justru memecah belah. Hal itu lah yang saat ini tidak ada pada diri calon petahana, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Hal itu Anies sampaikan saat berbincang dengan jajaran redaksi merdeka.com, Selasa (3/1/2017) lalu. Berikut petikan wawancara dengan Anies Baswedan.
Anies:
Izinkan saya akan cerita sedikit mengenai proses. Mungkin saya garis bawahi. Saya ini menjadi calon gubernur, sesudah dicukupkan tugas di Kementerian. Dua bulan setelah itu dan saya sendiri enggak pernah mengajukan ini atau melamar atau apapun itu. Jadi ketika proses, penunjukan pun saya tidak terlibat tetapi ketika menanyakan pun saya itu dua-tiga minggu sebelum keputusan. Saya sampaikan pada waktu itu bersedia dan siap.
Dan Bang Sandi (Sandiaga Uno) itu November setahun yang lalu, ketika mau maju calon nanya kepada saya. 'Ini saya mau maju calon, gimana?'. Lalu saya jawab 'Ya Go, I think will need a new the governor'. Ya kan dia nanya pendapat saya, ya saya bilang, kita memang butuh Gubernur yang baru di Jakarta. Dan waktu itu belum ada, any way, tuhan punya rencana lain prosesnya panjang lebar dan akhirnya saya berpasangan dengan orang yang pada bulan November 2015 ngobrol sama saya. Apa sih yang menurut saya perlu perubahan di Jakarta ?
-
Siapa kakek dari Anies Baswedan? Sebagai pria berusia 54 tahun, Anies Baswedan adalah cucu dari Abdurrahman Baswedan, seorang diplomat yang pernah menjabat sebagai wakil Menteri Muda Penerangan RI dan juga sebagai pejuang kemerdekaan Indonesia.
-
Siapa yang dijemput Anies Baswedan? Calon Presiden (Capres) nomor urut satu Anies Baswedan mendatangi kediaman Calon Wakil Presiden (Cawapres) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin di Jalan Widya Chandra IV Nomor 23, Jakarta Selatan, Jumat (22/12).
-
Apa yang disindir Anies Baswedan tentang Gubernur DKI? Anies Sindir Ada Gubernur DKI Tak Tuntas Janji Jabat 5 Tahun: Jangan Hukum Saya Capres Anies Baswedan menyinggung soal pemimpin yang tidak memenuhi janjinya.
-
Bagaimana Anies Baswedan menanggapi kekalahan Pilpres? "Mau perjalanan yang nyaman dan enak, pilih jalan yang datar dan menurun. Tapi jalan itu tidak akan pernah mengantarkan kepada puncak manapun," ujarnya."Tapi kalau kita memilih jalan yang mendaki, walaupun suasana gelap ... kita tahu hanya jalan mendaki yang mengantarkan pada puncak-puncak baru."
-
Apa yang dikatakan Anies Baswedan dalam video yang beredar? "Dengan kekalahan saya pada pemilu presiden yang lalu, saya memutuskan untuk menjadi gamer," Anies terlihat mengatakan hal itu dalam sebuah video yang beredar."Untuk itu saya akan memperkenalkan gim yang saya mainkan, Honor of Kings."
-
Siapa kakek buyut dari Anies Baswedan? Umar merupakan kakek buyutnya.
Pertanyaan: Tapi sebelumnya mungkin saya mau bertanya, kenapa Pak Anies bisa bertemu dengan Pak Prabowo?
Anies: Ini kenapa pertanyaannya kenapa tidak bisa bertemu ya? Iya maksud saya diasumsikan tidak bisa bertemu gitu?
Pertanyaan: Kan di Pilpres beda?
Anies: Jadi bayangkan setiap perbedaan itu dijadikan langgeng. Anda ikut pemilu, habis itu enggak bisa punya teman lagi. Iya betul, karena setiap selesai pemilu, sebagian pilih A dan sebagian pilih B. Habis itu musuhan enggak mau ketemu lagi, itu 3-4 pemilu itu habis. Jadi gini, kita sudah terlalu lama dalam posisi perbedaan yang ada adalah berbasis indentitas. Sekali anda orang Flores seumur hidup anda orang Flores. Kalau saya Jawa, seumur hidup saya Jawa.
Nah kita terlalu lama dengan berbasis indentitas. Indentitas tidak bisa diubah. Ya tapi kalau perbedaan pilihan menyangkut kebijakan itu bisa, itu gini misalnya, dalam urusan tax amnesty saya dengan mas bisa sama. Dalam urusan ujian nasional jadi berbeda. Dalam urusan yang lain, Laut China Selatan saya sama lagi, nah kan saya bisa sama beda, nah kebiasaan itu enggak ada di Indonesia.
Kita ini diwarnai karena indentitas sehingga berubah itu jadi berat. Sebenarnya masa itu sudah lewat tuh. Di mana kaum intelektual kita, para pendiri republik ada masa di mana, PKI bisa bersama PSI bekerja sama dengan yang lain biasa saja. Di dalam forum debat dia keras, pulang boncengan bareng. Di ruang perdebatan mereka berbeda, tapi tidur bareng di asramanya, mereka sekamar. Dan ini cerita kakek saya. Masyumi di ruang debat kerasnya luar biasa dengan tokoh PKI. eh pas tidur kamarnya bareng PKI. Tidurnya sekamar sama PKI dan ngobrol, nah rasa ini mulai hilang.
Ada ibu-ibu nanya kepada Pak Prabowo, 'kenapa bapak mencalonkan Anies Baswedan, bukankah Pak Anies itu mendukung pak Jokowi dan kami-kami di sini yang mendukung Pak Prabowo?'. Beliau (Prabowo) ditanya seperti itu dan menjawab. 'Saya tidak pernah menyapa Anies, saya tidak pernah memperkenalkan siapa saya dan saya tidak pernah menyapa dan berdiskusi karena Anies tidak kenal saya. Jadi kalau anda tidak kenal jangan salahkan orang itu, salah anda yang tidak menyapa'. 'Saya sama Anies berseberangan, kenapa saya tunjuk dia, karena dia berseberangan dengan saya dulu, saya pendekar dia pendekar. Kita pernah bertarung. Tapi pendekar selesai bertarung bersalaman dan jalan bersama-sama,' kata Anies sambil tersenyum.
Kalau orang yang enggak mau berhadapan berarti bukan pendekar. Jadi Pak Prabowo sangat eksplisit sekali berbicara, saya itu pernah dikirim ke Aceh tempur ke Timor Timur, Papua, ketika peperangan selesai, ya selesai dan kami menurunkan senjata. Dan setelah selesai peperangan kita masih salaman. Selesai,". Kira-kira gitu, dan saya tumbuh dengan tradisi intelektual aktivis dan berbeda pandangan.
Dan menurut saya, kita harus memiliki tradisi berbeda dan matang. Itu sebabnya, saya merasa siap bersilaturahmi dengan siapa saja. menurut saya, salah satu problem masalah ini adalah terputus. Saya merasa kepemimpinan di Jakarta ini memecah belah. Statmentnya pun memecah belah, saya beri contoh: Pancasila sempurna bila minoritas jadi pemimpin jadi presiden. Itu pernyataan memecah belah. Seorang pemimpin harus mengekspresikan gagasan yang mempersatukan. Membuat orang fokus. Kalau saya bilang, Pancasila sempurna jika terjadi keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pak Basuki ini mungkin bekerja dengan baik dengan apa yang dikerjakan, tetapi Jakarta juga membutuhkan kepemimpinan yang mempersatukan. Tapi kepemimpinan yang mempersatukan itu enggak selalu mudah, apalagi jadi jembatan. Kenapa jembatan itu tempat orang yang diinjak-injak. Tapi kalau enggak ada jembatan itu gak bakal ketemu.
Pertanyaan: Anda dikenal santun, padahal Jakarta butuh pemimpin keras?
Anies: Nah ini ada masalah tersendiri di sini. Kalau kita punya kebaikan di tengah ketidakbaikan mau cara yang baik atau tidak baik? Justru kalau ingin Jakarta yang baik mungkin bisa memperbaiki kepemimpinan saling menghormati. Jangan pernah mengasosiasikan santun dengan lembek.
Pertanyaan: Setelah maju ke Pilgub sering dapat fitnah, tanggapannya?
Anies: Kalau saya lihat ini proses pembelajaran umat manusia. Dahulu informasi itu disampaikan melalui selektif agen. Selektif media masa dan ini tersaring. Sekarang ketika ada desentralisasi, informasi pembuat berita tidak semua kita memiliki kematangan punya variasi. Yang menarik mayoritas dari kita hanya bergaul dengan yang sepaham. Mayoritas kita ini, dan sehingga melihat perbedaan ini kerasnya luar biasa. Ini juga bukan sesuatu yang baru. Di Amerika juga enggak kalah keras.
Pertanyaan: Kalau terpilih apakah masih mau nerusin program gubernur sebelumnya?
Nomor satu yang akan saya lakukan adalah menjalankan semuanya yang belum dijalankan oleh gubernur sebelumnya. Karena yang tidak dijalankan lebih banyak dibanding yang sudah dijalankan. Saya akan bikin jalan dulu. Apa sih yang enggak jalan, membangun keadilan sosial bagi warga Jakarta, membuat akses bagi kesejahteraan (warga) Jakarta. Saya akan hentikan pembiaran para orang miskin. Ini lebih mendasar. Saya akan membangun manusianya bukan benda mati. Karena itu politisi senang dengan benda mati, karena kelihatan. Membangun manusia itu kalau difoto tidak ada bedanya, itu kualitasnya. Dan saya akan fokus dengan keadilan sosialnya.