Asmara, Harta dan Lantai Musala
Anak dan ibu itu kemudian menyeret mayat Surono menuju ruang belakang.
Jam menunjukkan pukul 11 malam. Bahar Mario baru sampai rumah di kawasan Dusun Juroju, Desa Sumbersalak, Kecamatan Ledokombo, Jember. Sudah cukup lama pria 27 tahun itu berkelana di Bali. Kepulangannya malam itu membawa petaka.
Menggunakan linggis sepanjang 64 cm dengan berat 10 Kg, Bahar membunuh Surono, ayahnya. Surono dibunuh ketika sedang tertidur. Tidak sendiri Bahar melancarkan aksi keji. Dirinya dibantu Busani. Wanita ini merupakan istri Surono sekaligus ibu kandung Bahar.
-
Kapan Selat Muria mengalami penyusutan? Salah satu periode penyusutan terjadi pada awal abad ke-13.
-
Apa jenis penipuan yang marak terjadi belakangan ini? Salah satunya yang marak belakangan ini adalah social engineering bermodus penipuan melalui permintaan untuk mengklik sebuah file undangan pernikahan berformat APK di WhatsApp (WA).
-
Di mana peti mati kadal dengan patung belut ditemukan? Kedua patung tersebut pertama kali ditemukan di kota Mesir kuno, Naukratis.
-
Kapan sagu mutiara dianggap matang? Setelah direbus selama sekitar tujuh menit, kompor dimatikan, Diamkan sagu mutiara sejenak, paling lama satu menit. Setelah itu, sagu mutiara telah matang sempurna dan dapat disajikan.
-
Kapan musim hujan dimulai? Musim hujan telah tiba. Selain membawa kebahagiaan dan kesegaran, musim hujan juga membawa berbagai penyakit, salah satunya adalah flu.
-
Kapan puncak musim hujan di Indonesia? BMKG memprediksi bahwa puncak musim hujan akan berlangsung dari November 2024 hingga Februari 2025 dengan kategori normal.
Setelah dihabisi menggunakan senjata tumpul, darah terus mengalir dari tubuh korban berusia 50 tahun itu. Kejadian ini sempat membuat Busani panik. Kaget melihat suaminya tewas.
Polisi bongkar lantai musala lokasi kuburan korban pembunuhan ©2019 Merdeka.com
Anak dan ibu itu kemudian menyeret mayat Surono menuju ruang belakang. Kedua kaki Surono dipegang. Di tengah jalan, Busani ternyata tidak kuat melihat ceceran darah dari tubuh suaminya. Pegangan pun dilepas. Bahar melanjutkan sendiri mengubur jasad ayahnya.
"Tidak usah ikut-ikut. Biar saya yang selesaikan ini semua," ucap Bahar kepada ibunya malam itu.
Di belakang rumah sudah disiapkan sebuah lubang sedalam 80 cm dan satu karung semen. Ini menjadi titik penguburan. Busani kembali membantu Bahar. Wanita 47 tahun itu menyiapkan cangkul untuk mengubur mayat ayahnya.
Setelah dikubur dengan tanah, Bahar melapisinya dengan cor-coran semen. Linggis yang digunakan Bahar membunuh ayahnya juga ikut dikubur di dalam.
Untuk menutupi jejak, kedua orang tersebut membangun beberapa bangunan tempat mayat Surono dikuburkan. Di antaranya adalah kamar mandi, dapur dan garasi motor. Persis di atas titik penguburan mayat sang juragan kopi itu di bangun sebuah musala kecil.
Motif Pembunuhan
Selang tujuh bulan, kasus pembunuhan terungkap. Kapolres Jember AKBP Alfian Nurrizal mengamankan Bahar dan Busani. Kejadian pada akhir Maret 2019 itu menyisakan segudang teka-teki. Tiap terduga pelaku memiliki motif masing-masing.
Bahar merasa dendam akibat harta warisan. Alfian Nurrizal menjelaskan, Bahar sakit hati karena mendapatkan bagian sedikit dari penjualan ladang kopi milik Surono.
Ladang kopi Surono memiliki omzet sekira Rp 140 juta dalam setahun belakangan. Bahar dan Busani merasa diberi jatah sedikit selama ini dari hasil panen kopi. Mereka merasa kurang mendapat hasil dari jerih payah Surono sebagai kepala keluarga.
Kapolres Jember AKBP Alfian Nurrizal memimpin proses penggalian jenazah dicor 2019 Merdeka.com
Setelah diamankan. Satu per satu kejadian mulai terungkap. Usai membunuh sang ayah, Bahar mencari tas milik Surono berisi uang Rp 6 juta. Jumlah duit dihitung bareng ibunya. Tidak puas, Bahar juga membawa sepeda motor CB 150 R milik Surono dan kemudian dijual.
Sedangkan Busani lebih ke arah asmara. Akibat duit diberikan Surono sedikit, sang istri menuding Surono selama ini memiliki wanita simpanan. Kepada penyidik, Busani mengaku tega menghabisi suaminya awalnya karena cemburu buta.
Busani merasa Surono sedang main gila dengan seorang perempuan berinisial I. Dugaan perselingkuhan itu akibat berkurangnya 'duit belanja' yang disetorkan Surono kepada dirinya.
Padahal di sisi lain, Busani sendiri selama ini memiliki hubungan khusus dengan Jumarin, tetangga satu desa beda dusun. Hubungan keduanya juga cukup mencolok dan sudah diketahui beberapa tetangga. Kedua orang paruh baya ini tak canggung tampil berdua.
Selain curiga masalah keuangan, niat Busani membunuh suaminya juga agar dia bisa dengan mudah menikah siri dengan Jumarin. "Ada kaitannya," ujar Alfian.
Adapun terungkapnya kasus pembunuhan ini setelah kepolisian mendapat laporan. Ada dugaan Bahar ingin mencoba memfitnah Jumarin setelah menceraikan ibunya yang baru dinikahi secara siri. Selingkuhan ibunya itu lebih memilih melanjutkan biduk rumah tangga dengan istri pertamanya yang baru pulang kerja dari Malaysia.
Pada 3 November 2019, Bahar pulang ke desanya di Jember dengan perasaan sakit hati terhadap Jumarin. Dendam atas perlakuan terhadap ibunya, Bahar berencana memfitnah Jumarin.
Hal itu diungkap Kepala Dusun Juroju, Misri. Dia mengaku diberitahu Bahar bahwa ayahnya, Surono telah dibunuh Jumarin. Jasadnya berada di bawah lantai musala rumahnya. "Bahar cerita ke saya, bahwa di dalam rumahnya, terpendam mayat ayahnya yang dibunuh oleh Jumarin. Persisnya di bawah lantai musala," ungkap Misri.
Untuk menguatkan skenario fitnah, Bahar sempat bercerita kepada salah satu tetangga bahwa dia bermimpi didatangi arwah sang ayah. Dalam mimpi tersebut, sang ayah bercerita kepada Bahar bahwa dirinya dikubur di salah satu sudut rumah.
Pelaku Merasa Ketakutan
Tertunduk dan pasrah. Hanya itu ekspresi Busani ketika menjalani reka ulang dugaan pembunuhan kepada Surono, suaminya. Wanita 47 tahun itu mencoba mengingat berbagai tahapan sampai mayat suami dikubur dengan semen di lantai musala rumah.
Memakai baju tahanan, Busani harus kembali ke rumahnya di kawasan Dusun Juroju, Desa Sumbersalak, Kecamatan Ledokombo, Jember. Memori buruk saat menghabisi nyawa sang suami pada April 2019, harus kembali diingat. Sebanyak 37 adegan akhirnya dilakukan.
Busani terpaksa menjalani rekonstruksi pembunuhan sendirian. Sang putra bernama Bahar Mario diduga bersekongkol menghabisi nyawa Surono belum bisa diminta keterangan. Pria 27 tahun masih mengelak ikut melakukan pembunuhan.
Reka Ulang Pembunuhan Mayat Dicor 2019 Merdeka.com/Muhammad Permana
Aroma pembunuhan berencana begitu kentara dalam kasus ini. Dari reka adegan, tahapan cerita terangkai cukup jelas. Bahar begitu gahar ketika membunuh sang ayah.
Sayangnya Bahar tidak ikut reka adegan. Bahar masih mengelak ikut dalam pembunuhan kepada ayahnya. Padahal peran dia begitu signifikan dalam kasus pembunuhan berencana ini. Keterangan justru disampaikan oleh pengacara kedua terdakwa, D. Feri Sagria.
Adapun alibi dibangun Bahar untuk berkelit, ketika kejadian pembunuhan tidak berada di lokasi. Dia beralibi sampai April berada di Bali. Sedangkan kejadian keji itu terjadi Maret.
"Sampai sekarang Bahar tidak mau mengakui sebagai pelaku pembunuhan. Keterangan masih berubah-ubah," ujar Feri.
Setelah kasus terungkap, Bahar mengaku ketakutan. Polisi sampai mendatangkan psikiater untuk membantu interogasi. Adapun pengacara masih mengumpulkan bahan keterangan lain usai rekonstruksi.
(mdk/ang)