Berbagi ilmu sampai bui
Penjara menjadi titik baliknya dalam dunia tulis-menulis.
Pendidikan formal dikecap Khairul Ghazali (51) hanya sampai kelas 2 SMP. Namun, dia tak berhenti membaca, bahkan hingga kini bergelut dengan dunia tulis-menulis.
Beragam hal dibaca Ghazali kecil. Mulai buku agama, sastra, hingga sejarah. Ada yang dibeli, sebagian dia pinjam dari perpustakaan.
"Saya mulai gemar membaca, bahkan menulis, sejak kelas 1 SMP. Walau sekolah sampai kelas 2 SMP, saya tetap membaca. Dulu saya sekolah di SMP Muhammadiyah Gang Jawa, Sei Sikambing, Medan," kata Ghazali kepada merdeka.com.
Menurut Ghazali, sebagian besar anggota keluarganya juga senang membaca. Lelaki kelahiran Medan, 29 April 1965, itu memiliki 11 saudara.
Ghazali belajar menulis secara otodidak. Buat mengasah kemampuannya, dia mengikuti sejumlah pelatihan singkat, seperti kursus pemahaman agama Islam, bahasa, hingga jurnalistik.
Ghazali bahkan sempat merantau ke Malaysia. Di negeri jiran, dunia baca dan tulis tidak ditinggalkannya. Dia bahkan pernah menjadi jurnalis di sana. Tidak kurang dari 25 buku ditulis Ghazali terbit di sana. Temanya beragam, mulai dari agama, pendidikan, rumah tangga, kesehatan hingga motivasi.
Buku yang ditulis Ghazali di antaranya "30 Wasiat Imam Syafi'i"; "Siri Gaya Hidup Sehat: Berita Gembira buat Pesakit dan Doktor", "Kisah-Kisah Taubat dan Doa Para Nabi", "Awasi Empat Strategi Syaitan", "Kecendekiawanan Imam Ghazali : Ulama Tasawuf dan Aqidah", "Keajaiban Ayat Kursi", "Berdialog dengan Allah di Keheningan Malam", serta "Berdialog dengan Allah Menerusi Solat" .
Lama merantau, Ghazali lantas kembali ke Indonesia. Dia kemudian menetap di Tanjung Balai, Sumatera Utara. Dia kemudian berbagi ilmu agama hingga akhirnya membuka Majelis Taqlim Al Quds serta Tahfidz Alquran.
Di Tanjung Balai yang menjadi salah satu pintu keluar-masuk ke Malaysia ini, terjadi peristiwa tak mungkin dilupakan Ghazali. Selasa, 19 September 2010, dia ditangkap Detasemen Khusus 88 Antiteror di rumahnya, Jalan Bahagia Gang Sehat, Bunga Tanjung, Datuk Bandar. Dia terlibat membantu dan menyembunyikan perampok Bank CIMB Niaga, di Jalan Aksara, Medan, pada Agustus tahun sama.
Walau dibui, Ghazali tak kehilangan kreativitas. Dia terinspirasi Buya Hamka dan Pramoedya Ananta Toer yang tetap berkarya dari penjara. Belum genap sebulan setelah ditangkap Densus 88 Antiteror, Ghazali mulai menulis lagi. Ketika itu modalnya hanya ingatan, kertas, pulpen, dan Alquran. Di dalam bui, buku-buku yang ditulis Ghazali berubah arah dari pemahaman sebelumnya.
"Kita kan melakukan perenungan dan evaluasi," ujar Ghazali.
Sekitar November 2010, buku "Aksi Perampokan Bukan Fa'i" rampung ditulisnya. Buku setebal 109 halaman itu kemudian diterbitkan Grafindo Khazanah Ilmu pada Juni 2011. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) membantu penerbitannya.
Dua bulan setelah buku itu diterbitkan, Agustus 2011, majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Medan menyatakan Ghazali bersalah. Dia diganjar hukuman lima tahun penjara. Jaksa tidak terima dan banding. Majelis hakim Pengadilan Tinggi (PT) Medan menerima permohonan itu dan menambah hukumannya menjadi enam tahun penjara.
Saat menjalani hukuman, Ghazali terus saja menulis. Kali ini semakin mudah karena dia mendapatkan bantuan laptop. Buku "Mereka Bukan Thaghut", novel "Kabut Jihad", "Aksi Teror Bukan Jihad" dan "Tazkirah untuk Pengantin Jihad" pun diterbitkan.
Karya itu membuat Ghazali seakan berseberangan dengan kawan-kawan seperjuangannya. Dia dianggap pengkhianat. Beberapa pihak menyindir "kebebasannya" menghadiri peluncuran dan bedah buku di hotel meski berstatus tahanan. Namun, Ghazali membantah tudingan itu. Ghazali merasa karya dia tulis merupakan hasil perenungan, sehingga menyadari penyimpangan yang dilakukan sebelumnya.
"Saya hanya ingin meluruskan pemikiran kawan-kawan, juga pemikiran diri sendiri," ucap Ghazali.
Setelah menjalani hukuman penjara selama 50 bulan, Ghazali bebas bersyarat tahun lalu. Lepas dari penjara, dia lantas mendirikan Pesantren Darusy Syifaa di Dusun 4 Desa Sei Mencirim, Kutalimbaru, Deli Serdang, Sumut, pada Agustus 2015. Modal awalnya berasal dari royalti buku-bukunya dan bantuan kerabat.
Misi pesantren didirikan Ghazali memang khusus, yakni rehabilitasi teroris. Lembaga ini diklaim pertama dan satu-satunya di Indonesia, karena mengkhususkan diri mendidik anak-anak tersangka atau terpidana kasus terorisme. Dia berharap anak-anak itu mendapatkan pendidikan, tentunya soal Islam.
-
Bagaimana para ilmuwan mempelajari dunia di bawah es kutub utara? Mereka mengirim kamera di bawah melalui es ke perairan Samudra Arktik.
-
Apa buku termahal di dunia? Codex Leicester oleh Leonardo da Vinci merupakan buku termahal di dunia yang dibeli oleh Bill Gates.
-
Bagaimana Paguyuban Asep Dunia dibentuk? Adapun grup Asep Dunia ini dibentuk secara tidak sengaja di Facebook tahun 2008 lalu. Ketika itu penggagas, Asep Iwan Gunawan membuat postingan untuk mencari nama Asep lainnya di lingkar pertemanan. Melihat respon yang antusias, dirinya kemudian berkomunikasi lebih lanjut dengan Asep-Asep di Facebook hingga lahir lah Paguyuban Asep. Paguyuban ini menjadi organisasi yang berdiri melalui pertemuan rutin, sejak 1 Agustus 2010, melalui inisiasi beberapa Asep lainnya.
-
Bagaimana cara membaca buku dapat membantu kita memahami dunia? Buku adalah jendela dunia di mana kita bisa melihat isi dunia tanpa melakukan perjalanan, hanya cukup membaca sebuah halaman.
-
Apa yang dilakukan komunitas ini untuk menanamkan budaya gemar membaca? Menanam budaya gemar membaca Mengutip Liputan6, Kamis (5/10) kegiatan yang dilakukan komunitas ini tak hanya sebatas mengenalkan berbagai bahan bacaan di buku.Namun mereka juga bergerak untuk menanamkan budaya gemar membaca karena hal tersebut terbilang sulit.
-
Kapan Hari Buku Sedunia dirayakan? 23 April diperingati sebagai Hari Buku Sedunia.
Baca juga:
Pidi Baiq dan wejangan untuk gengster
Sekilas tentang Dilan
Jangan beda karena agama
Melarat jika tak menjilat
Kontroversi Denny JA, dari iklan SBY, Jokowi dan sastra