Berkarya Lewat Bank Sampah
Inisiatif mendirikan bank sampah bermula ketika banyak melihat banyak warga masih buruk mengelola sampah.
Sejak pagi aktivitas pria ini tak pernah henti. Semua usaha rela dilakukan. Menjadi pengemudi ojek daring, guru hingga pengumpul sampah. Bukan sekedar berjuang mengumpulkan pundi-pundi. Hidupnya kini untuk mengabdi untuk lingkungan yang dia cintai.
Dia adalah Rachmat Pebritria. Masih mengenakan jaket hijau khas ojek daring, tiap hari harus keliling. Selain mencari penumpang, pria ini juga mengumpulkan sampah dari para nasabah.
-
Kapan Singapura merdeka? Singapore Independence Day was on the 9th of August 1965.
-
Kapan Malaysia merdeka? Negara monarki konstitusional ini baru memperoleh kemerdekaannya pada 31 Agustus 1957.
-
Bagaimana bentuk Sodong Congkok? Batu ini sepintas bentuknya mirip atap rumah dengan bentuk bidang yang rata. Batu ini juga disebut kokoh, dan tidak akan roboh. Di bagian dalamnya terdapat mirip gua, dengan sedikit menyerupai ruangan. Di pinggiran bebatuan itu juga dipenuhi rerumputan.
-
Kapan Indonesia merdeka? Hari ini, tepat 78 tahun yang lalu, Indonesia menyatakan diri sebagai sebuah negara merdeka.
-
Bagaimana KM Soneta tenggelam? Saat kejadian kondisi ombak sedang besar setinggi 2,5 meter dengan angin kencang dan arus deras. Sebanyak sembilan ABK yang terombang ambing diselamatkan oleh kapal KM Bintang Barokah yang sedang melintas.
-
Dimana KM Soneta tenggelam? Kapal nelayan asal Rembang bernama KM Soneta dilaporkan tenggelam di perairan Karimunjawa, Jepara.
Persis seperti menabung di bank. Hasil sampah anorganik berasal dari tiap rumah tangga dikumpulkan. Kemudian dikelola melalui bank sampah yang didirikannya.
Pendirian bank sampah milik Ebi, sapaan akrabnya, memang baru berdiri Juli tahun ini. Hasil didapat juga masih sedikit. Paling besar 10 kilo per hari. Khususnya berasal dari sampah botol plastik, kardus hingga bahan styrofom. Total kini sudah ada 20 nasabah yang tiap hari dijemput sampahnya.
"Untuk pengambilan uangnya, mereka hanya sebulan sekali. Setelah sampah terkumpul banyak, baru saya bawa," kata Ebi bercerita kepada merdeka.com, pekan lalu.
Inisiatif mendirikan bank sampah bermula ketika banyak melihat banyak warga masih buruk mengelola sampah. Sebagai pecinta limgkungan, kondisi ini tentu membuatnya gelisah. Apalagi pemandangan sampah berserakan tidak nyaman dilihat mata.
Bank Sampah Berkah. Nama itu disematkan Ebi buat bank sampah buatannya. Lokasinya di Ciampea, Kabupaten Bogor. Tepatnya di Taman Dramaga Permai 5 blok L 10 nomor 10. Di situ sampah dikumpulkan untuk diolah maupun dijual lagi agar menghasilkan uang bagi para nasabahnya.
Target utama bank sampah memang para kaum ibu. Menurut Ebi, langkah ini seharusnya bisa membuat para ibu di lingkungannya semakin sadar dan mencintai lingkungan. Apalagi mereka banyak mengurusi kebersihan rumah. Tentu dengan adanya bank sampah, diharapkan mereka bisa bersemangat.
"Kalau orangtua atau ibu-ibu tahu kalau ini bisa ditukar dengan uang, insya Allah mereka akan memperlakukan sampah dengan lebih bijak," ucap dia.
Memberi Anak-Anak Edukasi
Bukan sekedar mengumpulkan sampah. Mantan guru sekolah luar biasa itu juga memberikan beragam edukasi bagi masyarakat. Upaya ini tentu penting dilakukan. Membangun kesadaran demi menciptakan lingkungan sehat menjadi tujuan utamanya. Terutama soal daur ulang sampah.
Anak-anak dari para nasabah juga mendapat edukasi tentang sampah. Secara sukarela Ebi memberikan mereka pelajaran. Terutama soal mendaur ulang sampah di sekolah kreatifitas. Bahkan dia rela dibayar dengan sampah anorganik agar bisa mengajari anak-anak di wilayah tempat tinggalnya.
Ebi memang senang mengajari anak-anak. Dia mau mengajar tentang cara mendaur ulang sampah melalui internet maupun yang berbayar. Semua ilmunya dibagikan kepada anak-anak tersebut.
Hadirna sekolah kreatifitas ini, Ebi ingin anak-anak memiliki kegiatan positif selama berada di rumah. Apalagi dalam kondisi menghadapi pandemi corona saat ini. Para anak tentu banyak yang bosan harus berlama-lama di rumah tanpa kegiatan. Sehingga perlu mengajak mereka untuk berbuat kreatif.
"Syaratnya cukup jadi nasabah (bank sampah). Kemudian anak-anak bisa sekolah kreatifitas yang aku dirikan," kata Ebi.
Belakangan ini Ebi mengutamakan menjalankan protokol kesehatan saat memberikan edukasi di sekolah kreatifitas. Walaupun terkadang masih menerima tatap muka langsung dan dibatasi hanya menerima lima orang. Namun, jika tidak memungkinkan, Ebi tetap mengutamakan belajar daring.
Ebi sangat menyukai kegiatan yang berhubungan dengan anak-anak. Banyak tantangan. Namun, semua itu dijalani dengan rasa senang. Sebagai mantan guru, Ebi terus mencari cara untuk terus bisa mengajari anak-anak di tengah pandemi. Apalagi banyak sekolah ditutup. Alhasil Ebi menciptakan sendiri sekolah yang diinginkan.
"Aku ingin memberi makna lewat karya, lewat limbah. Alhamdulillah antusias, karena kan caranya beda," ujar dia.
Pesan yang terus diingatkan Ebi kepada para nasabah adalah menjaga lingkungan. Terutama kepada tiap anak didiknya. Sebagai masa depan bangsa, sudah seharusnya mereka lebih bisa menjaga bumi dan isisnya. Sehingga di masa yang akan datang lingkungan tetap lestari.
Harapan itu tak bosan Ebi tanamkan kepada generasi muda. Dia merupakan satu dari banyak sosok merdeka di Indonesia. Melalui gerakan ini, dia percaya hal kecil yang dilakukan kini bakal berdampak besar di masa depan.