Bersolo karier lewat media sosial
"Rp 1 juta bersih," kata Jovanka menyebut tarif sekali kencan.
Jovanka langsung merespon undangan pertemanan melalui pesan BlackBerry. Dia memasang jelas status bersedia untuk diajak tidur. Tak segan-segan dia menyertakan nomor identitas pribadi Blackberry mencari lelaki pemburu kenikmatan.
Wajahnya menggoda dihiasi rambut keriting gantung. Kulitnya putih bersih dan berdada montok. Dia berbikini dan bercelana jins biru.
"Rp 1 juta bersih," katanya kepada merdeka.com melalui pesan BlackBerry Rabu pekan lalu. Jovanka menolak menurunkan tarif sekali kencan.
Jovanka merupakan pelacur beroperasi di Internet. Dia menjajakan diri tanpa perantara atau germo. Jika calon pelanggan setuju dengan tarif sekali tidur, dia berangkat menanti pelanggannya melayani hingga lemas.
Jovanka biasa mengaku lebih memilih bersolo karier menjalani pekerjaan sampingan sebagai pelacur. Sehari-hari dia bekerja sebagai gadis promosi di sebuah agen penjualan mobil. Dia terpaksa menjual kemaluannya untuk dijamah para lelaki buat menutupi biaya sewa apartemen di bilangan Jakarta Selatan.
Tidak setiap hari dia bisa dipesan. Jika sedang banyak fulus, Jovanka menolak diajak tidur. "Nggak bisa kurang, kalau mau segitu, saya servis sampe puas sekali main," ujarnya.
DD, 65 tahun, penikmat pelacur kampus, mengaku kerap berburu penjaja seks dari kalangan mahasiswi melalui Twitter. Dia mengatakan lebih bergairah jika mampu melobi gadis berusia 20 tahun untuk tidur semalam dengannya. Tarif paling murah untuk sekali kencan dengan mahasiswi perguruan tinggi swasta ternama di Jakarta sebesar Rp 7 juta. " Itu sekali main," katanya saat berbincang dengan merdeka.com di sebuah kafe di Plaza Semanggi .
Perburuan DD dilakukan tidak dalam waktu singkat. Untuk meniduri seorang pelacur mahasiswi dia memerlukan waktu sepekan. Maklum, penjaja seks dari golongan ini tidak menjual diri sembarangan. Dia melihat isi kantong dari calon pelanggannya.
"Saya lebih senang cari sendiri karena lebih menantang," ujarnya. Kebanyakan pelacur mahasiswi dia kencani merupakan orang berada. Pengakuan mereka untuk memenuhi gaya pergaulan di komunitas mereka bertabur barang-barang berkelas.
Menurut DD, sangat mudah menebak pelacur mahasiswi untuk bisa diajak bercinta. Biasanya mereka berkelompok dan nongkrong di sebuah kafe, seperti di Senayan City. Saban hari mereka kerap berkumpul ditemani seorang gay menjadi perantara.