Condet, antara pohon Ondet dan jawara bercodet
Hampir 90 persen warga Condet mengalir darah betawi.
Akhir pekan lalu, 30-31 Juli 2016, pemandangan kawasan Condet lain dari biasanya. Sepanjang 300 meter di Jalan Buluh yang terhubung dengan Jalan Raya Condet, hingga persimpangan Batu Ampar, ratusan tenda berdiri menjajakan makanan, pakaian dan pernak-pernik khas Betawi.
Empat buah panggung tak terlalu besar berdiri menyajikan beragam hiburan lokal khas Jakarta. Mulai dari silat, kirab budaya, band betawi, pemutaran film betawi, lenong, dan Abang None. Bukan rahasia lagi, Condet adalah salah satu kampung Betawi yang masih kental nuansa budaya lokal di tengah modernisasi ibu kota. Hampir 90 persen warga Condet mengalir darah betawi.
-
Pajak apa yang diterapkan di Jakarta pada masa pasca kemerdekaan? Di dekade 1950-an misalnya. Setiap warga di Jakarta akan dibebankan penarikan biaya rutin bagi pemilik sepeda sampai hewan peliharaan.
-
Apa usulan Bamus Betawi terkait pemerintahan Jakarta? Kita sudah berembuk di dalam internal majelis adat, ada empat usulan itu. Yang pertama tentang susunan pemerintahan. Kita mengusulkan agar gubernur dan wakil gubernur ditunjuk oleh presiden," kata Oding saat dihubungi merdeka.com, Kamis (7/12).
-
Dimana tempat wisata sejarah di Jakarta yang memiliki penjara bawah tanah? Menariknya, di bawah museum fatahilah ini terdapat berbagai penjara bawah tanah yang bisa kamu kunjungi dan dapat merasakan bagaimana di dalam penjara tersebut.
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Apa yang diresmikan oleh Jokowi di Jakarta? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan kantor tetap Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) Asia di Menara Mandiri 2, Jakarta, Jumat (10/11).
-
Kenapa Dewi Perssik merantau ke Jakarta? Ia memulai kariernya dari nol setelah mengambil keputusan untuk merantau ke Jakarta demi mewujudkan impiannya sebagai penyanyi.
"Sejarah Betawi ada di sini," kata Iwan Setiawan, tokoh masyarakat Condet saat berbincang dengan merdeka.com, akhir pekan lalu.
Gubernur Ali Sadikin menerbitkan Surat Keputusan (SK) Gubernur No D. IV-1511/e/3/74 tanggal 30 April 1974 dan SK Gubernur No D.I-7903/a/30/75 tanggal 18 Desember 1975, menjadikan Condet sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi dan Cagar Buah-buahan. Wilayah membentang dari Jalan Buncit Raya hingga Jalan Raya Bogor ini dulunya memiliki pemandangan menakjubkan. Lembah hijau membentang indah, sungai Ciliwung mengalir jernih, udaranya juga menyegarkan. Tapi itu cerita orang tua Iwan dulu. Sangat berbeda dengan saat ini di mana jalanan Condet selalu padat kendaraan bermotor.
Iwan menceritakan, sebelum tahun 1965, sebagian besar tanah di daerah Condet digunakan masyarakat untuk bertani dan berkebun buah-buahan. "Buyut saya semua orang Betawi dan lahir di Condet. Dulu orang Condet ini bertani dan berkebun salak dan duku. Melinjo juga banyak. Jadi, dulu rindang di sini, enggak kayak sekarang," kenang pria 55 tahun ini.
Perihal asal muasal nama Condet, ada beberapa versi yang diceritakan turun temurun dari nenek moyang. Kabarnya, di masa lalu terdapat pohon sejenis buni bernama Ondet di sepanjang aliran sungai Ciliwung yang membelah Condet. Dari situ tercetuslah nama Ci Ondet. Ci berarti air, sementara Ondet diadaptasi dari pohon ini.
Ada juga yang menceritakan bahwa Condet terinspirasi dari adanya jawara Betawi sakti dengan ciri khas memiliki bekas luka di wajahnya alias codet. Pria ini seringkali muncul di daerah Batu Ampar, Balekambang dan Pejaten.
"Emang nama Condet sendiri banyak versinya, kita mah enggak matok ke yang mana-mananya," tutur Iwan.
Sekretaris Jenderal Rumpun Masyarakat Betawi (RMB) Ali menjelaskan dulu ada putra dari Pangeran Geger Polong, penguasa Condet. Dia mau dikawinkan dengan seorang puteri dari Batu Ampar.
"Dia punya muka codetan di pipi kanannya," tuturnya.
Menurut dia, kisah itu paling kuat diyakini masyarakat Condet sebagai sejarah perkampungan mereka.
(mdk/noe)