Dari panjat tower sampai jadi CEO
"No pain, no gain," begitu kata CEO XL Axiata, Dian Siswarini kepada merdeka.com.
Posisinya sekarang ini bukanlah sesuatu yang dicapai dengan mudah, bak membalikkan telapak tangan. Banyak pengorbanan yang telah dia lakukan demi satu titik tertinggi. Terlebih, keberadaan perempuan sebagai engineer tak sebanding dengan banyaknya kaum laki-laki yang menjadi penghuni di industri telekomunikasi.
Alhasil, munculah kesan pesimisme rekan-rekannya terhadap ikhtiar yang sedang dilakukannya. Yang ada di benaknya saat itu, hanyalah bekerja sesuai dengan aturan, tanpa mengeluh, seraya ingin dirinya tampik habis-habisan persepsi bahwa perempuan pun bisa melakukan pekerjaan seperti yang dilakukan kaum lelaki. Sampai pada akhirnya, takdir menuntunnya menjadi seorang pemimpin perusahaan saat ini.
"No pain, no gain," begitu kata CEO XL Axiata, Dian Siswarini kepada merdeka.com dalam wawancara khusus belum lama ini.
Sudah lebih dari 20 tahun dia menjalani kehidupannya di industri yang cepat mengalami inovasi. Proses demi proses, dilaluinya. Dari proses itu, Dian menceritakan, kenangan saat Dian harus membawa peralatan survei yang begitu berat ke daerah pedalaman Sulawesi, bahkan hingga bersedia untuk memanjat tower BTS. Bukan pekerjaan yang mudah bagi
seorang perempuan yang ditakdirkan memiliki kekuatan fisik yang berbeda dengan laki-laki.
"Kalau soal fisik kan berbeda dong. Nah, saat pada waktu itu masih menjadi engineer, tuntutan fisiknya itu lumayan besar, di situ bedanya. Jadi, barangkali tidak mudah buat kaum perempuan. Tapi, kalau sudah naik jadi Manager, GM, dan macam-macam, tuntutannya gak beda dengan laki-laki," ujarnya.
Meski begitu, Dian masih tetap pada prinsipnya, jika para perempuan sepatutnya harus bisa melakukan pekerjaan yang sama dengan lelaki. Maka, berkat pendiriannya itu pun, setahun yang lalu tepatnya pada 1 April 2015, dia diberikan amanah untuk menahkodai XL Axiata untuk lebih berkembang lagi di masa mendatang.