Dua Pulau Ubi tenggelam sebelum eksekusi
Pulau Ubi Kecil tenggelam pada 1949 dan Pulau Ubi Besar hilang pada 1956.
Nama Pulau Ubi di Kepulauan Seribu mencuat setelah peluncuran buku Hari Terakhir Kartosoewirjo oleh Fadli Zon Library di Galeri Cipta II, Cikini, Jakarta Pusat, Rabu pekan lalu. Buku memuat 81 foto detik-detik terakhir pemimpin Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) itu menginformasikan lokasi eksekusi matinya di Pulau Ubi, Kepulauan Seribu, pada 5 September 1962.
Namun, menurut Lurah Pulau Untung Jawa Agung Maulana Saleh, ada dua nama pulau itu, yakni Ubi Besar dan Ubi Kecil. "Dalam catatan kelurahan ada Pulau Ubi Kecil dan Pulau Ubi besar," katanya saat ditemui merdeka.com kemarin dalam acara Lebaran Betawi di Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Berdasarkan dokumen laporan warga di kantornya, Agung memastikan dua pulau itu sudah tenggelam. Data itu merupakan catatan turun-temurun Kelurahan Pulau untung Jawa. Pihaknya memantau pulau-pulau terdekat berdasarkan laporan warga yang berlayar atau mencari ikan. "Pulau Ubi Kecil tenggelam pada 1949 dan Pulau Ubi Besar hilang pada 1956," ujar Agung.
Mulanya, Pulau Ubi Besar berpenghuni, namun karena mulai terkikis oleh ombak warga terpaksa pindah. Pilihannya adalah lokasi terdekat, yakni Pulau Untung Jawa. Bedol desa itu juga diketahui dan disetujui oleh pemerintah saat itu.
Catatan perpindahan penduduk itu ditandai dengan sebuah tugu. Di sana tercatat perpindahan berlangsung pada 13 Februari 1954. Lokasi tugu di tengah Pulau Untung Jawa. Informasi itu juga dimasukkan dalam brosur perjalanan wisata oleh Mitra Karya Club, agen yang berkantor di Pulau Untung Jawa.
"Sekitar dua tahun setelah kepindahan penduduk, Pulau Ubi Besar sudah hilang," Kata Agung. Sedangkan hasil orolannya dengan sejumlah sesepuh di Pulau Untung Jawa, mereka tidak pernah mendengar Kartosoewirjo dieksekusi di Pulau Ubi. Bahkan, menurut dia, hampir sebagian besar penduduk di kelurahannya hanya mengetahui makam Kartosoewirjo di Pulau Onrust.
Sebelum munculnya buku itu, banyak kalangan meyakini makam Kartosoewirjo di Pulau Onrust, juga bagian dari Kepulauan Seribu. "Saya baru tahu tempat eksekusi itu di Pulau Ubi setelah dihubungi Fadli Zon sebelum peluncuran buku," ujar Sardjono, putra bungsu Kartosoewirjo, kepada merdeka.com, Sabtu siang pekan lalu di Garut, Jawa Barat.
Tenggelamnya pulau Ubi Besar dan Ubi Kecil ini diperkuat oleh keterangan Sobirin, buruh bongkar muat di Pelabuhan Muara Angke, Jakarta Utara. Namun, dia tidak tahu kapan kedua pulau itu lenyap.
Selain karena abrasi, Sobirin memperkirakan Ubi Besar dan Ubi Kecil tenggelam lantaran penggalian pasir besar-besaran buat membangun Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta di Cengkareng, Tangerang, Banten. "Seingat saya, pasir dari Pulau Ubi dulu banyak disedot untuk membangun Bandara Soekarno-Hatta," ujar Sobirin ditemui di lokasinya bekerja, Ahad sore lalu.
Situs Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional, www.bakorsurtanal.go.id masih mencantumkan nama dan koordinat Pulau Ubi Besar. Namun berdasarkan foto satelit, pulau itu sudah tidak ada. Sedangkan situs resmi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, www.jakarta.go.id, hanya menulis nama Pulau Ubi Kecil, bagian dari wilayah administrasi Kelurahan Pulau Untung Jawa.
Fadli Zon yakin lokasi eksekusi sekaligus pusara Kartosoewirjo di Pulau Ubi. itu berdasarkan foto dan keterangan foto yang diperoleh melalui hasil lelang. "Foto itu milik seorang kolektor," katanya saat dihubungi merdeka.com kemarin. Tapi dia menolak mengungkap identitas kolektor itu.
Dia mengakui Pulau Ubi sudah tenggelam. Dia mengaku mendengar soal itu sekitar 1990-an hingga 2000-an. Dia menambahkan stafnya sudah tiga kali ke lokasi, yakni tahun lalu, tiga bulan lalu, dan Ahad pekan lalu. "Menurut cerita Pak Sardjono, sekitar 1963-1964, ada utusan dari Bung Karno menyampaikan eksekusi dilaksanakan di Pulau Ubi," ujar Fadli.