Gaya main Chile menyulitkan Spanyol
Secara tim dan filosofi bermain, Cile vs Spanyol empat tahun lalu masih mirip dengan sekarang.
Laga Spanyol vs Cile Kamis (18/6) dinihari nanti mengulangi duel kedua tim pada putaran grup Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Hasil akhir saat itu 2-1 untuk kemenangan Spanyol. Baik Spanyol maupun Chile kemudian sama-sama lolos ke putaran berikutnya. Spanyol berakhir sebagai juara sementara Chile takluk di 16 besar dari Brasil.
Sekadar menengok ke belakang, saat itu Chile dilatih Marcelo Bielsa dengan formasi sangat ofensif, 3-3-1-3. Sementara Spanyol diasuh Vicente del Bosque dengan formasi 4-2-3-1. Chile sekarang di bawah asuhan Jorge Sampaoli, murid dan penganut setia filosofo sepakbola super ofensif Bielsa, sedangkan Spanyol masih dilatih Vicente del Bosque.
Beberapa anggota timnas Chile maupun Spanyol empat tahun lalu masih bergabung dalam tim yang sama tahun ini.
Secara tim dan filosofi bermain, Chile vs Spanyol empat tahun lalu masih mirip dengan sekarang. Maka relevan jika mencoba mengulang momen-momen empat tahun lalu, sebelum memproyeksikan tentang apa yang bakal terjadi dinihari nanti.
Pada laga di Pretoria 2010 lalu, selama 20 menit awal Chile lebih unggul dibanding Spanyol. Melawan tiki-taka Spanyol yang sedang berada dalam puncak kejayaan, Alexis Sanchez dkk menerapkan strategi pressing ketat hampir di semua sudut lapangan. Garis pertahanan dibuat setinggi mungkin. Pemain Spanyol sulit berkembang, repot mencari peluang.
Sayang strategi Chile tak dibarengi disiplin pemain. Hingga 21 menit, tiga kartu kuning keluar untuk Gary Medel, Waldo Ponce, dan Marco Estrada. Menit ke-24, garis pertahanan tinggi membuat posisi kiper Claudio Bravo bak seorang sweeper. Sapuannya yang salah justru mengarah ke David Villa yang kemudian menceploskan bola ke gawang kosong dari seperempat lapangan. Chile yang berada dalam kendali bagus justru kebobolan lebih dulu.
Petaka bagi Chile datang ketika serangan balik Spanyol berbuah gol Andres Iniesta menit ke-37. Situasi bertambah runyam menyusul kartu kuning kedua yang berarti kartu merah kepada Marco Estrada. Kalah jumlah pemain, gol cantik Rodrigo Millar di awal babak kedua seakan tak berpengaruh dalam upaya Chile menyamakan kedudukan.
Dinihari nanti, Chile kemungkinan akan tetap memainkan strategi serang, serang, dan serang, tak peduli lawannya Spanyol. Garis pertahanan juga akan dibuat tinggi dengan pressing sejak area lawan.
Trio penyerang Chile, Jorge Valdivia diapit Eduardo Vargas (kiri) dan Alexis Sanchez (kanan) menjadi momok bagi Spanyol yang keteteran dengan serangan balik Belanda. Ancaman dari Chile juga bisa muncul lewat flank, Eugenio Mena (kiri) dan Mauricio Isla (kanan) yang sangat menunjang lini serang. Belum lagi bahaya Arturo Vidal maupun Carles Aranquiz yang selalu berusaha menempelkan diri dengan trio penyerang membuat opsi mencetak gol bagi Chile sangat beragam.
Berkaca empat tahun lalu, gaya main Chile tak akan nyaman bagi Spanyol. Satu hal yang perlu diperhatikan Chile hanya soal disiplin pemain. Kalau emosi bisa dikendalikan, Chile berpotensi memusnahkan harapan Spanyol sang juara bertahan. Tetapi kalau main serampangan, bisa jadi cerita empat tahun lalu terulang kembali.
Sebagai juara bertahan yang berada dalam posisi kritis, Spanyol tentu harus mengubah gaya main dibanding saat lawan Belanda. Pilihan bagi Spanyol hanya satu, percepat tempo tiki-taka dan paksa para pemain Chile membuat kesalahan. Dengan cara itu, Spanyol tak akan pulang terlalu cepat dari tanah Amerika Latin. Sepertinya begitu.