Italia jago menyerang, Inggris kuat bertahan
Inggris boleh punya pertahanan kuat, tetapi eksperimen baru Prandelli bakal memberi kejutan.
Italia datang ke Brasil dengan rentetan kabar buruk. Pertama cederanya Riccardo Montolivo, roh lini tengah dalam formasi 4-1-3-2 atau bisa berganti menjadi 4-3-1-2 milik Cesare Prandelli. Biasanya, Montolivo bersama Danielle de Rossi dan Claudio Marchisio menjadi dirijen serangan di depan Andrea Pirlo sebagai regista. Atau pada situasi lain, Montolivo sebagai trequartista dengan disokong de Rossi, Pirlo dan Marchisio di belakangnya. Permutasi empat pemain lini tengah ini sulit sekali ditebak.
Formasi ini yang membawa kebangkitan Italia pada Euro 2012 hingga menembus laga final. Dua tahun sebelumnya di Afrika Selatan, Italia terpuruk di penyisihan grup tanpa sekalipun menang.
Lini tengah berbasis kuartet Pirlo, Montolivo, de Rossi, dan Marchisio plus ledakan Mario Balotellimenjadi titik terkuat Italia dua tahun lalu. Tetapi kini tanpa Montolivo, jelas pengaruh besar bagi skuad Prandelli. Bagaimana mengakali absennya Montolivo menjadi pekerjaan besar Prandelli.
Faktanya, sejauh ini Italia belum menemukan formula terbaik jelang duel melawan Inggris di Manaus, tengah belantara Amazon, Minggu (15/6) subuh besok. Dua ujicoba terakhir hasilnya mengecewakan dengan imbang lawan Republik Irlandia dan Luksemburg.
Kabar buruk kedua adalah absennya Mattia de Sciglio karena cedera saat latihan di Brasil. Otomatis, tanpa de Sciglio di posisi bek kiri akan mengubah formasi lini belakang Italia yang sebelumnya sudah paten bersama Giorgio Chiellini, Leonardo Bonucci (bek tengah) serta Ignazio Abate atau Matteo Darmian (bek kanan).
Melawan Inggris, Prandelli terpaksa mengubah susunan pemain yang sebelumnya sudah disiapkan pada dua ujicoba jelang melawan Inggris. Posisi Chiellini sebagai bek tengah kemungkinan digeser ke kiri menggantikan de Sciglio. Untuk bek tengah akan berduet Andrea Barzagli dengan Gabriel Paletta. Di posisi bek kanan Matteo Darmian mungkin lebih dipilih dibandingkan Abate sebagai faktor counter Danny Welbeck.
Di lini tengah juga terpaksa bakal dirombak. De Rossi akan ada di depan kuartet pertahanan ditemani Pirlo dan Marco Verratti. Dua gelandang dengan karakter lebih menyerang yaitu Antonio Candreva dan Marchisio akan menopang striker tunggal Balotelli dalam formasi pohon Natal 4-3-2-1.
Apapun formasi dan komposisi yang dipasang Prandelli tetap mencirikan Italia yang jauh dari filosofi dan stereotipe bertahan. Italia kini bukan lagi tim dengan kemampuan gerendel tetapi lebih proaktif dan menghibur. Justru titik terlemah Italia kini dipandang banyak pengamat adalah lini belakang, utamanya posisi bek kanan di mana 44% kebobolan di kualifikasi datang dari sektor ini.
Meramal formasi Inggris rasanya lebih mudah daripada Italia. Utamanya karena Inggris tidak punya problem cedera dan Roy Hodgson sudah memantapkan skuad intinya dalam laga uji coba. Hodgson kemungkinan menggunakan formasi 4-2-3-1 dengan kuartet pemain bertahan Glenn Johnson (bek kanan), Gary Cahill dan Phil Jagielka (center back) serta Leighton Baines (bek kiri). Dua gelandang poros adalah duo Liverpool, Steven Gerrard dan Jordan Henderson. Wayne Rooney sedikit di belakang striker utama Daniel Sturridge sementara dua penyerang sayap Adam Lallana di kanan dan Welbeck di kiri.
Berbeda dengan Italia yang kini lebih menghibur, Hodgson tipikal pelatih lawas yang sangat konsentrasi pada pertahanan. Kekuatan Inggris kini terletak pada pertahanan yang tangguh dan serangan balik cepat lewat sayap.
Duel Inggris lawan Italia bukan sekadar penentuan siapa yang lebih bersinar antara Mario Balotelli atau Wayne Rooney. Lebih dari itu, akan banyak ditentukan lini tengah Italia yang bernafsu menguasai permainan melawan strategi counter attack sayap Inggris. Pertanyaan besarnya, mampukah skuad Roy Hodgson mengekploitasi titik terlemah Italia yang justru menjadi sektor paling kuat milik Inggris. 48 persen gol Inggris selama kualifikasi datang dari sektor sayap.
Mayoritas bursa taruhan meramal laga ini akan berakhir imbang. Tapi ada pula yang sedikit mengunggulkan Italia.
Dalam bukunya 'Italian Job', Gianluca Vialli mengungkap temuan bahwa bagi pemain Italia sepak bola adalah pekerjaan sementara bagi pemain Inggris, sepak bola adalah permainan. Jika para pemain Italia memegang kata-kata Vialli, tentu Inggris adalah pekerjaan yang harus dituntaskan. Inggris boleh punya pertahanan kuat, tetapi eksperimen baru Prandelli bakal memberi kejutan.