Sepak terjang paedofil Bali
"Banyak korban juga yang mengidap HIV/AIDS," ujarnya serius.
"Ada satu pelaku gencar buat cari brondong," begitu sumber merdeka.com menceritakan kengerian anak-anak di Bali menjadi incaran pelaku paedofil. Menurut dia pelaku sampai saat ini masih berkeliaran mencari mangsa. "Banyak korban juga yang mengidap HIV/AIDS," ujarnya serius.
Sumber merdeka.com dirahasiakan identitasnya ini memang salah satu orang paling keras berbicara kasus paedofilia di Pulau Dewata. Bahkan dia pernah membuat pengaduan ke salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat soal kasus ini, namun tak pernah di tanggapi. Surat pengaduan dikirim melalui pesan elektronik kepada LSM itu tak pernah direspon.
Belakang, dia akhirnya menemui seorang dokter khusus menangani kasus HIV/AIDS. Dari dokter itu juga kemudian dia mengetahui ulah-ulah orang-orang di balik kedok LSM anak di Bali. "kalo ada duit dan media, baru deh mereka sok sok paling gentar menanggapi nya," tutur sumber itu.
Begitulah kondisi kasus kekerasan seksual pada anak dilakukan oleh pelaku paedofilia. Jangan kaget, jika angka kasus ini pun di Bali semakin tinggi. Sepanjang tahun 2014 hingga 2015, ada 125 kasus kekerasan terhadap anak terjadi di Pulau Bali.
Pusat Data dan Informasi Komisi Nasional Perlindungan Anak mencatat, pada tahun 2013, ada 1.620 kasus kekerasan terhadap anak terjadi di Indonesia. Rincian tersebut terdiri dari, kekerasan fisik sebanyak 490 kasus (30%). Psikis sebanyak 313 kasus (19 %). Dan terakhir, paling banyak ialah kasus kekerasan seksual sebanyak 817 kasus (51%).
Dalam data itu disebutkan, paling tidak setiap bulan ada 70 sampai 80 anak menerima kekerasan seksual. "Anak selalu dalam posisi lemah di hadapan orang yang lebih dewasa, bahkan saat bujuk rayu tidak mempan pelaku menggunakan cara-cara kekerasan melampiaskan nafsunya," ujar Prof. DR. Luh Ketut Suryani, Psikiater juga Tokoh Bali saat berbincang merdeka.com, Selasa pekan lalu.
menurut Suryani, tingginya kasus paedofil di Bali terjadi karena kebanyakan para pelaku memiliki fantasi seks berlebihan. Dia pun menjelaskan jika korban paedofil dapat tertular karena disetubuhi oleh pelaku. Korban kata Suryani akan tumbuh dengan orientasi seks sejenis. "Sebagaimana umumnya yang banyak terjadi, anak-anak korban pedofilia biasanya juga akan tumbuh dengan kelainan seksual yang sejenis," ujarnya.
Sumber merdeka.com menyebutkan jika para predator anak ini juga membuat korban mengalami depresi berat. Bahkan ada beberapa korban diungsikan keluarganya karena mengalami gangguan jiwa akibat mengalami kekerasan seksual. Di tambah penyakit HIV/AIDS dibawa oleh pelaku juga ikut menular ketika korban dipaksa melayani nafsu bejat dari si paedofil.
Sumber itu juga menyebutkan, suburnya para predator anak ini tumbuh di Bali juga bukan tanpa alasan. Selain karena Bali menjadi tujuan wisata, para predator ini juga sembunyi dibalik orientasi seksnya yang berbeda. Dia kemudian kata sumber itu biasanya berburu anak-anak untuk dijadikan pelampiasan hasrat seksualnya. Apalagi kebanyakan pelaku juga merupakan Warga Negara Asing.
Dalam pemantauan dia saat ini, ada sekitar 10 orang paedofil berkeliaran di Bali. Mereka hingga kini masih berkeliaran memburu bocah-bocah di bawah umur di daerah Bali Barat. Salah satu yang dia sebut ialah daerah Negara. Di daerah ini kata dia banyak korban-korban paedofil. Namun sayang, korban justru takut membuka identitas si pelaku karena ada ancaman.
Bahkan sumber merdeka.com juga pernah di kejar-kejar bule Australia karena ingin membocorkan kasus ini. Bule uzur pelaku paedofil itu kata dia, mencari-carinya karena banyak mengetahui dan ingin membawa korban untuk diberi perlindungan. Dia pun sampai saat ini tak tahu harus berbuat apalagi, mengingat problem dan pemahaman bahaya paedofilia di Bali juga tidak di pahami jernih oleh masyarakat.
"Asal pelaku dari Kebo Iwa, Denpasar," tutur sumber itu.
Sebetulnya banyak modus dilakukan oleh pelaku paedofil di Bali. Prof Suryani mengatakan jika kebanyakan pelaku paedofil bersikap royal kepada calon korban. Bahkan juga ada pelaku dengan sengaja mendekati keluarga korban agar diberi kepercayaan. Mayoritas pelaku mencari kelemahan keluarga. Contohnya ialah menyasar anak-anak dari keluarga tidak mampu. Dengan cara ini kata Suryani, pelaku bisa dengan leluasa mendapatkan korban.
Pendiri Lentera Anak Bali, Luh Anggraeni juga mengatakan kasus pedofil di Bali sudah dalam tahap mengkhawatirkan. Menurut dia, dari seluruh kasus kekerasan seksual terhadap anak dilakukan paedofil di Bali, kebanyakan pelakunya adalah warga lokal. Bahkan di daerah Denpasar menurut Anggraeni banyak pelaku paedofil masih di bawah umur. "Inilah yang kami sayangkan," ujar Anggraeni.