Margin of error dan margin of horror
Bagaimana terawangan Lingkaran Supranatural Independen LSI yang bermetoda akaldemit dan alamiah?
Juru Bicara DPP Partai Demokrat (PD) Ikhsan Modjo tak mempercayai hasil survei Lingkaran Survei Indonesia LSI yang menyatakan elektabilitas Demokrat merosot tajam. Menurut Ikhsan, hasil survei Lingkaran Survei Indonesia LSI tak independen, karena ada kepentingan dan pemodal yang berada di balik survei itu.
Seperti diberitakan sebelumnya, rezim PD diprediksi runtuh pada Pemilu Legislatif (Pileg) 2014. Elektabilitas partai pemenang Pemilu 2009 ini, menurut Lingkaran Survei Indonesia LSI pada Januari 2014 hanya 4,7 persen dengan "margin of error" 2,9 persen. Dukungannya bisa 7,8 persen atau 1,8 persen.
Diragukannya metoda akademik dan ilmiah Lingkaran Survei Indonesia LSI itu mungkin lantaran ”margin of error”. Masak tinggal 1,8 %, seolah ngejek, pendukungnya cuma dari Kerajaan Wengker Pacitan belaka. Semestinya, elektabilitas naik, sebab sumbernya error, Anas Urbaningrum itu tokh sudah dimarginalkan.
Lalu, bagaimana terawangan Lingkaran Supranatural Independen LSI yang bermetoda akaldemit dan alamiah?
Sebenarnya, dari sisi alam supranatural, kedudukan PD, berdiri 9/9/ 2001, Minggu Pon itu klop banget sama hari penyelenggaraan pileg 9/4/2014, Rabu Pon. Minggu ketemu Rabu, hasilnya tentrem. Juga tentrem adanya, jika hari pengundangan UU No 8/2012 Tentang Pileg 11/5/ 2012, Jumat Kliwon itu kawin dengan hari maujudnya PD, Minggu Pon.
Dan berdasarkan shio, gak seteruan. Walau ularnya PD itu non-pasangannya kuda hari penyelenggaraan pileg 2014, tapi sang ular bukanlah musuhnya sang kuda.
Berdasar wangsit Penasihat Spiritual Ki Kusumo, bahwa pada tahun 2014 gejolak politik masih ada, di mana "ada yang baik banget jadi jahat banget, ada yang jahat banget tiba-tiba jadi baik banget, karena tahunnya tahun kuda, dan banyak perselingkuhan."
Alhasil bisa diartikan, bahwa (a) PD itu selingkuhan kuda, dan (b) jika PD pra 2014 dianggap jahat banget gara-gara kasus-kasus napsu kudanya, maka pada tahun kuda, suratan shio akan membikin PD tiba-tiba jadi baik banget.
Jadi, dari sisi hari kelahiran, hari pileg dan shionya, mustahilah sang ular bakal maujud jadi ulat. Tapi, ramalan gaib mestilah komprehensif. Alam supranatural mengenal “margin of horror”. Horor pertama adalah ulah SBY itu sendiri dengan mengeluarkan musik instrumentalia dalam album bertajuk “Evolusi”. Artinya, ular berevolusi menjadi ulat adalah keinginan SBY, berwuku Bala, bershio Kerbau Virgo, sang perusak.
Horor kedua terletak pada nomor urut 7 PD sebagai peserta pileg 2014. Sebab, 7 adalah bintang kekerasan dan perampokan, begitu wangsitan Engkong Fengshui. Keberuntungannya pada masa silam alias kebuntungannya pada masa mendatang. Atau masa lalu ular, masa depan jadi ulat.
Gak heran, begitu nomor togel KPU 7 ditilep PD Januari 2013, Anas langsung njeplak, kalau nomor 7 itu bukan nomor buntut dan klenik. Pasalnya, Anas yang asli Blitar, tetangga Gunung Kelud, titisan raja sakti berkepala macan, Singabarong, memegang rahasianya itu nomor. Makanya gak boleh diramal.
Horor ketiga, masih wangsitan Fengshui, hari penyelenggaran pileg itu berangka 2 alias bintang penyakit. Lantas horor keempat, angka hari pengundangan UU No 8/2012 Tentang Pileg adalah 3, dibilang bintang cekcok, bintang pembawa perkelahian, pertengkaran dan kecelakaan.
Klimaksnya, horor meletusnya Gunung Kelud tanggal 13/02/2014, berangka 4, yang tergolong dalam dead star, gak menguntungkan, pencipta stres, barangkali akibat pemarginalan titisan Singabarong. Naga-naganya, KPK disihir oleh Anas Singa Baron Ningrum jadi Kutukan Penunggu Kelud. Horor ini serupa dengan mbledosnya Gunung Kelud 1966 seusai Gegeran 30 September.
Praktis, klenikan Lingkaran Survei Indonesia LSI itu sama dengan ramalan
Lingkaran Supranatural Indenpenden LSI. Berbeda dengan Lingkaran Survei Indonesia LSI yang tanpa solusi dan malah menakut-nakuti PD dengan "margin of error”, maka sebab “margin of horror”, Lingkaran Supranatural Independen LSI justru menawarkan solusi: (a) bersesajen sekomplit-komplitnya dan (b) meracun Anas Singa Baron Ningrum.