Penganut Yahudi tanpa sinagoge
Rabbi Yobbi Ensel dan jemaatnya sedang mencicil buat membangun sinagoge.
Rumah ibadah bagi penganut Yahudi adalah sinagoge. Namun menurut Rabbi Yobbi Ensel, tidak ada perintah agar ibadah harus dilakukan di sinagoge.
Saat ini jemaat Yahudi dia pimpin belum memiliki sinagoge resmi. Ibadah mingguan saban Sabtu dilangsungkan di rumahnya, Jalan 14 Februari, Teling Atas, Lingkungan Dua, Kota Manado, Sulawesi Utara. “Beribadah bisa di mana saja, tidak harus di sinagoge,” kata Yobbi saat ditemui merdeka.com Sabtu siang pekan lalu di rumahnya.
Sejak tahun lalu Yobbi dan jemaatnya sedang mencicil sebuah bangunan tidak jauh dari rumahnya. Rencananya bangunan itu dijadikan sinagoge untuk jemaatnya atau penganut Yahudi lainnya.
Yobbi mulanya pengikut Yahudi tradisional bermarkas di Tondano, Sulawesi Utara. Komunitas ini memiliki sinagoge dulu bernama Beth Hashem pada 2002. Karena berbeda pandangan dalam menjalankan ajaran Yudaisme, dia memisahkan diri.
Setahun kemudian dia bersama jemaatnya beribadah Sabbath di rumahnya. Namun dia menolak menjelaskan soal perbedaan pandangan itu. "Sesama Yahudi dilarang saling menjelekkan,” ujar Yobbi.
Dia hanya mau bercerita tentang sejarah sinagoge di Tondano itu. Menurut Yobbi, sekitar 2002 Marlina Van Der Stoop, keturunan Batak tinggal dan menikahi Yahudi Belanda, datang ke Manado, Perempuan ini ingin mendirikan sinagoge agar keturunan Yahudi di Manado bisa beribadah.
Sinagoge dibeli Marlina itu mulanya adalah rumah kakek Yaakov Baruch atau dikenal sebagai Toar Palilingan Jr, penganut Yahudi Tondano. Marlina kemudian mempercayakan pengelolaan sinagoge itu kepada Yaakov Baruch.
Sinagoge ini tiga kali berganti nama. Pada 2002-2008 bernama Beth Hashem. Setahun kemudian menjadi Ohel Yakov dan tahun lalu disebut Shaar Hashamayim. “Saya tidak tahu kenapa berganti nama,” tutur Yobbi.
Yobbi mengklaim komunitasnya murni religius tanpa muatan politik. Dia mengaku sampai saat ini belum dihubungi secara resmi oleh Israel.
Namun November tahun lalu, dia kedatangan perwakilan dari Union Jewish Reform, Yerusalem. “Mereka tiga hari di Manado, melihat kegiatan kami dan mengarahkan kita ke tradisi Yahudi sebenarnya,” kata Yobbi. Perwakilan bernama Ehan Cohen itu berstatus imam seperti dalam Islam.
Yahudi memiliki struktur keagamaan. Struktur tertinggi dipegang oleh rabbi, tugasnya mengajar umat. Kemudian chazzan sebagai pemimpin saat beribadah. Lalu syamas sebagai pengurus teknis tata cara sakramen peribadatan. Di bawahnya ada hagbaha atau pengarak Torah saat Torah dikeluarkan dari lemari khusus. Terakhir adalah gelila bertugas membuka dan menutup mantel Torah.
“Nah yang datang menemui kami tahun lalu adalah chazzan. Dalam Islam seperti muazzin," ujar Yobbi. "Chazzan suaranya harus bagus, lantang seperti imam salat, dan fasih membaca ayat-ayat Torah.”
Pada Oktober 2010, Yobbi bergabung dengan the United Indonesian Jewish Community (UIJC). Dia memperkirakan ada 2000-an keturunan Yahudi di Indonesia tersebar di berbagai tempat. Sedangkan di Sulawesi Utara, Yobbi memperkirakan sekitar 200 orang, termasuk jemaatnya.