Rezeki seret topeng monyet
Sarinah menyewakan tiap monyet buat tukang topeng Rp 20 ribu-Rp 30 ribu sehari.
Saban pagi kandang berukuran 1,5 x 1 meter itu dibuka. Monyet-monyet yang lehernya masih dirantai segera keluar sambil berlompatan. Mereka lantas dimandikan satu-satu, kemudian diikat lagi untuk dijemur.
Itulah kenangan Sarinah, 35 tahun, pemilik monyet pernah tinggal di Lapangan La'i, Jalan Basuki Rahmat, Cipinang Besar Selatan, Jatinegara, Jakarta Timur. Persisnya di belakang pasar mainan Gembrong. Suasana itu kini sudah tidak ada karena lokasi tempat tinggal para tukang topeng monyet sudah digusur sekitar Februari lalu.
Sarinah menuturkan hampir tiap pagi dan sore suasana kampung itu ramai. Biasanya kalau pagi para pemilik monyet memandikan dan setelah itu diambil oleh tukang topeng monyet untuk pertunjukan. Sorenya, monyet dikembalikan kepada pemiliknya dan masuk kandang.
Wardi, pedagang asongan di kawasan Pasar Gembrong, mengiyakan hal itu. "Dulu memang dikenal sebagai kampung monyet karena penghuninya kebanyakan tukang topeng monyet," katanya saat ditemui merdeka.com Selasa siang pekan lalu.
Setelah digusur, tukang-tukang topeng monyet itu pindah ke beberapa tempat, seperti Kampung Waduk dekat bantaran Kanal Banjir Timur, Kampung Jembatan, Kali Malang, Bintara di Bekasi, dan kampung-kampung tidak jauh dari Jalan Basuki Rahmat.
Seperti Sarinah, kini menetap di Kampung Jembatan, Cipinang Besar Selatan. Lokasinya tidak jauh dari Lapangan La'i. Dia sengaja bermukim dekat lokasi sebelumnya. "Biasanya masih banyak yang nyari topeng monyet untuk atraksi ke lapangan," ujarnya. Dia tinggal bersama tiga anak buahnya di rumah berukuran sekitar 3x4 meter.
Sarinah adalah juragan monyet. Enam monyet peliharaannya dia sewakan kepada tukang-tukang topeng monyet. "Sehari Rp 20 ribu-30 ribu tergantung ramai apa tidak, biasanya akhir pekan ramai," katanya. Monyet-monyet lihai itu dia beli Rp 1 juta sampai Rp 1,5 juta per ekor.
Pendapatan terbesar dia peroleh kalau ada stasiun televisi ingin menampilkan pertunjukan topeng monyet. Dia mematok Rp 100 ribu-200 ribu tiap jam. Sekali syuting biasanya hingga lima jam. Sehingga dia meraup penghasilan bersih sekitar Rp 1 juta karena makan dan minum sudah ditanggung. "Waktu lima jam itu tidak penuh, yang lama itu disuruh mengulang gerakan-gerakan tertentu dari monyet."
Monyet-monyet milik Sarinah juga ditanggap buat acara ulang tahun. Bayarannya Rp 100 ribu saban jam. Kalau sudah ada pesanan besar semacam itu, satu anak buahnya diminta berhenti libur sehari. Dia ditugasi memandu monyet dengan upah Rp 100 ribu.
Sayang, rezeki nomplok itu jarang datang.