Si Kumis dan posisi dubes di Jerman
Sebelum men-Dubes, sebaiknya si kumis, tentu duet dengan si raja dangdut, melakukan serangkaian tur dangdut di Jerman.
Di depan sidang Parlemen Uni Eropa 22/04/2012, Presiden Republik Federasi Jerman (RFJ) Guenter Gauck, menyerukan agar negara-negara anggota, lebih aktif menegakkan hak-hak asasi manusia (HAM). "HAM itu harga mati dan gak bisa ditawar," katanya. Maka, salah satu tugas pokok perjuangan penegakan HAM adalah keterlibatan menentang rasisme dan intoleransi lewat pengambilan sikap dan sanksi hukum.
Itulah sebabnya, Gauck ngomong dalam hal bani Muslim. "Saya mengatakan, bahwa kaum Muslim yang menetap di sini itu tergolong keluarga kita," ujarnya. "Pidato pelantikan saya bicara soal persamaan dan perbedaan. Seseorang menjadi penghuni di Jerman bukan lantaran kelahiran, melainkan karena sikap setujunya terhadap tempat bermukim dan nilai-nilai yang berlaku di negeri ini."
Meraup 991 dari 1228 suara sah, Gauck, calon independen, mantan warga Jerman Timur (Jertim), terpilih di Bundesversammlung (Majelis Fderal) Maret 2012 sebagai presiden RFJ ke 11. Perolehannya setara dengan dukungan masyarakat berdasarkan jajak pendapat (67%). Sepanjang sejarah RFJ, belum pernah seorang capres mendapat simpati setinggi itu.
Semasa rezim palu arit, berprofesi pastor agama Nasrani sayap Evangelis-Luther (1967-89). Menjelang pailitnya Jertim, Gauck itu aktivis gerakan oposisi Neues Forum (Forum Baru). Sejak reunifikasi 1990 s/d 2000, Gauck ngebosin otoritas negara penanganan dokumen Stasi (Staatssicherheit alias Badan Intelejen Jertim), yang menggeluti dan menuntaskan masa silam Jertim.
Tak heran, jika akhir Agustus lalu, Gauck menyelenggarakan Buergerfest (pesta warga) di istananya, Schloss Bellevue. Mayoritas 3.800 undangan adalah kelompok-kelompok yang terlibat dalam kemasyarakatan. Termasuk LSM-LSM anti toleransi atau SARA.
Jika masyarakat Jakarta itu penduduk Jerman, pastilah para wakilnya diundang, sebab telah menggugurkan si kumis yang kubunya melakukan kampanye beraroma SARA atas rivalnya.
Begitu melangitnya simpatinya terhadap LSM, mudahlah Gauck nadah bocoran sepak terjangan si kumis selama pencalonan Gubernur. Maka, dusta besarlah bila gak bertabrakan dengan sikap presiden RFJ itu.
Alasan pendubesan si kumis gara-gara "doktor dari Jerman," "sudah terbiasa tinggal dan memahami budaya Jerman" (Ramadhan Pohan, Wakil Ketua Komisi I DPR) itu bisa mendubes (dusta besar), sebab justru akan membikin senjata makan tuan. Soalnya, si kumis jelas tahu, bahwa hal-hal bernuansa SARA itu amat peka di Jerman. Pembiaran kampanye kubunya dapat menggugah impian buruk, si "kumis" terbeken Jerman maujud jadi si kumis. Hal ini tentu menyudutkan Gauck, seolah ikhlas menampung si "kumis" dan mengabaikan sikap masyarakat Jakarta, apalagi Jakarta itu mitranya Berlin. Sekaligus mendusta-besarkan World Statesman Awardnya SBY. Sesuai klenikan, pendubesan si kumis akan bikin alienisasi KBRI dengan tuan rumah.
Kalau toh dipaksakan men-Dubes, si kumis, brojolan 10/04/1948, Sabtu Pon, berwuku Galungan, harus bersesajen nasi dang-dangan beras senilai zakat fitrah, lauknya kambing atau ayam hitam mulus dipindhang. Juga ritual kungkum di Ciliwung, sekalian cukur kumis. Maklum, sesuai gaiban watak wukunya, hatinya keras, sering terlena pada keinginan yang mengharu-biru hatinya dan berkeinginan tidak baik buat memiliki barang orang lain. Lantas, sebagai Tikus Aries, bersifat rakus, agresif dan bermuka tebal.
Selain itu, agar Gauck kepelet sama kedusta-besaran pas mesti menerima si kumis, bagusnya Gauck disesajeni kentang uduk, berlauk Currywurst dan Sauerkraut. Pasalnya, Gauck lahir 24/01/1940, Rabu Wage, berwuku Wukir, berwatak nampak indah dari kejauhan, bila didekati berbahaya. Sebagai Naga Aquarius, Gauck itu naga terang dan mahir mengeritik.
Atau sebelum men-Dubes, sebaiknya si kumis, tentu duet dengan si raja dangdut, melakukan serangkaian tur dangdut di Jerman, musik tergolong khas dan iramanya menarik publik Jerman. Jika simpati sudah digaet, barulah men-dubes. Peduli amat sama alienisasiannya KBRI dan Aliansi Masyarakat Peduli KBRI di Jerman.