Asal-usul kata dalam bahasa Indonesia
9 dari 10 Kata Bahasa Indonesia adalah Asing.
Seorang munsyi (ahli bahasa), Yapi Tambayong pernah mengutip kontak jodoh yang dibuat harian Kompas:
“Gadis 33, Flores, Katolik, sarjana, karyawati, humoris, sabar, setia, jujur, antimerokok, antifoya-foya, aktif di gereja. Mengidamkan jejaka maks 46, min 38, penghasilan lumayan, kebapakan, romatis, taat, punya charisma”.
-
Apa yang dibahas dalam acara MA Goes To Campus di UIN Jakarta? Mengusung tema 'Hukum, Profesi Jurnalistik & Etika Sosial Media', MA Goes To Campus hadir dengan tujuan untuk mengedukasi para mahasiswa baru agar lebih tertarik dalam berkarier di bidang hukum. Khususnya menjadi hakim di Mahkamah Agung.
-
Kapan MA Goes To Campus di UIN Jakarta diadakan? Acara ini sendiri berlangsung di Auditorium Hasan Nasution, Kampus I UIN Jakarta, Rabu (27/09/2023) lalu.
-
Dimana biasanya tawuran pelajar terjadi di Jakarta? Biasanya tawuran antar pelajar terjadi di rute berangkat dan pulang sekolah. Mereka hapal betul angkutan umum apa saja yang digunakan dan menjadi target sasaran.
-
Di mana acara MA Goes To Campus di UIN Jakarta berlangsung? Acara ini sendiri berlangsung di Auditorium Hasan Nasution, Kampus I UIN Jakarta, Rabu (27/09/2023) lalu.
-
Kapan tawuran pelajar pertama di Jakarta terjadi? Tercatat tawuran itu terjadi pada 29 Juni 1968, di mana dalam catatan tersebut tawuran terjadi antara siswa SMA (Sekolah Menengah Atas) dengan siswa dari STN (Sekolah Tehnik Negeri) dan menimbulkan sebanyak 8 orang korban.
-
Siapa saja yang menjadi korban tawuran pelajar di Jakarta? Dahulu, korbannya tidak hanya sesama pelajar, namun juga para guru juga rentan menjadi sasaran.
Wah wah wah, banyak maunya juga si gadis ini. Gue enggak tahu apakah iklan cari jodoh macam ini masih ada di zaman Tinder, Path, Facebook dan sebagainya. :) Bayangkan, euy! Dulu orang cari jodoh di media massa, se-Indonesia jadi tahu! Atau jangan-jangan orang tua elo dipertemukan berkat kontak jodoh di koran? Hehehe. Baiklah, maksud gue bukan itu. Itu hanya ilustrasi semata.
Mari kembali ke topik bahasan: tentang bahasa, khususnya bahasa Indonesia (BI). Pernah enggak, elo berpikir bahwa bahasa yang kita pakai dan tuturkan sehari-hari ini asalnya dari mana? Terucap begitu saja? Atau para ahli terdahulu sengaja berkumpul untuk merancang dan merapatkan kata-kata apa saja yang akhirnya ditetapkan sebagai Bahasa Indonesia? Atau jangan-jangan terbentuknya BI ini mirip dengan terbentuknya bahasa Inggris yang merupakan kata pinjaman dari bahasa-bahasa rumpun Indo-Eropa lainnya?
Iya, betul sekali, BI memang merupakan bahasa campur-campur dari bahasa para tetua-tetua kita berabad-abad lalu. Buktinya:
“Gadis (Minangkabau) 33, Flores (Portugis: floresce), Katolik (Belanda: katholiek), sarjana (Sanskerta: sajjana), karyawati (Sanskerta: karya+wati), humoris (Belanda: humorist), sabar (Arab: á¹£abr/sabran), setia (Sanskerta: Satya), jujur (Jawa), antimerokok (Belanda: anti+roken), antifoya-foya (Belanda: anti & Menado: foya), aktif di gereja (Belanda: actief; Portugis: igreja). Mengidamkan (Tamil: iá¹á¹am) jejaka (Sunda: jajaka) maks (Belanda: maximal) 46, min (Belanda: minimal) 38, penghasilan (Arab: ḥÄá¹£il) lumayan (Jawa), kebapakan (Cina: bapak {?}), romantic (Belanda: romantisch), taat (Arab: á¹ÄÊ¿a/thawa’iyat), punya (Sanskerta: Empu) karisma (Belanda: charisma)”.
Tidak salah kalau Yapi Tambayong ini membuat buku berjudul 9 dari 10 Kata Bahasa Indonesia adalah Asing.
Nah, sobatZen, pada kesempatan kali ini, gue mau cerita panjang lebar tentang asal-usul kata dalam Bahasa Indonesia, khususnya terkait donor bahasa asing. Perkembangan BI erat sekali kaitannya dengan sejarah perkembangan bangsa ini, dari masuknya para pedagang dan penjajah hingga terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Siapa yang menyangka kata-kata, seperti dahsyat dan gengsi, yang sering dipakai oleh kawula muda zaman sekarang, ternyata berhutang sejarah dengan Islamisasi Nusantara pada abad ke-12? Atau kata-kata cetar membahana yang sering dilontarkan Syahrini ternyata berhutang sejarah ke masa masuknya agama Hindu di Nusantara. Penasaran, kan?!
Buat lo yg tertarik dengan dunia linguistik dan sejarah, bercita-cita mau jadi ahli bahasa, atau lagi kuliah di jurusan sastra, gue sarankan buat baca artikel ini sampai beres. Gue juga bakal kasih tau buku dan referensi menarik yang patut lo pantengin sebagai pecinta bahasa. Baiklah, mari kita mulai pembahasannya.
Etimologi Bahasa Indonesia
Bahasa yang kita pakai sehari-hari ada alasan dan sejarahnya. Berbicara sejarah, tak terpisahkan dari asal-usul atau asal-muasal. Semua kata yang kita pakai dalam tuturan sehari-hari pastinya tidak muncul begitu saja. Entah berasal dari pinjaman bahasa lain, kesalahan yang kemudian dianggap betul, atau rekaan seseorang dan sekelompok orang. Asal-muasal sebuah kata bahkan dikaji secara serius oleh para linguis. Ilmu yang membahas tentang ini disebut etimologi dan termasuk cabang linguistik. Etimologi berasal dari bahasa Yunani (etymos=kata dan logos=ilmu), yang bisa berarti penyelidikan asal-usul kata, serta perubahan bentuk & maknanya.
Kalau elo perhatikan di kamus-kamus besar bahasa Inggris macam Oxford Dictionary atau Cambridge Dictionary, hampir di setiap katanya terdapat penjelasan origin. Origin atau asal-usul tersebut menjelaskan bagaimana kata itu lahir.
Terus kalau di Indonesia? Meskipun kamus kebanggaan kita, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tidak demikian, ternyata beberapa dekade yang lalu sudah ada dua kamus yang mencantumkan asal-usulnya. Pertama, Kamus Modern Bahasa Indonesia, karya Sutan Moh.Zain (terbit pertama kali tahun 1952 dan disempurnakan oleh J.S. Badudu menjadi Kamus Umum Bahasa Indonesia yang terbit tahun 1994). Berikutnya Kamus Umum Bahasa Indonesia, yang dibuat oleh W.J.S Purwadarminta, meskipun tidak semua lema (kata) diterakan asal-usulnya. Sebenarnya sudah ada anjuran agar KBBI buatan pemerintah menerakan asal-usul lema yang ada. Ini merupakan keputusan Konggres Bahasa Indonesia ke-4 tahun 1983 lalu. Sayangnya, dua puluh dua tahun berselang dan empat kamus besar terbit, anjuran ini belum diejewantahkan (diwujudkan). Mungkin jangan pakai kata anjuran, ya? :)
Kita tidak memungkiri bahwa bahasa Indonesia dibentuk dari beraneka ragam bahasa asing. Buku Remy Sylado, nama beken dari Yapi Tambayong di atas, mendokumentasikannya secara apik dan populer dalam buku ‘9 dari 10 Kata Bahasa Indonesia Adalah Asing’. Sebelum Yapi pun, sudah banyak peneliti bahasa yg mencari tahu ragam etimologi bahasa Indonesia. Ada yang sudah dalam bentuk artikel jurnal, buku popular bahkan kamus.
Tahun 1999, Pusat Bahasa terbitkan buku 'Senarai Kata Serapan Dalam Bahasa Indonesia'. Isinya sangat menarik dan ulasan di antaranya: ada 10 donor bahasa Indonesia:
- Belanda (3.280 kata)
- Inggris (1.610)
- Arab (1.495)
- Sanskerta-Jawa Kuna (677)
- China (290)
- Portugis (131)
- Tamil (83)
- Parsi/Persia (63)
- Hindi (7)
Enam tahun berselang (2007), terbit kamus etimologi karya para sarjanawan Belanda: Loan-Words in Indonesian and Malay (LWIN), yang pembagiannya hampir mirip kecuali dalam jumlah kata dan penambahan bahasa Jepang sebagai donor. Benang merah dari kedua buku ini adalah donor yang dituju merupakan donor yang berasal dari luar Nusantara. Jadi, elo enggak akan menemukan donor dari daerah di Indonesia seperti Jawa, Sunda, Minangkabau atau Batak.
Jadi apa saja sumbangan sepuluh donor asing di atas? Yuk kita bahas!
Donor 1: Bahasa Sanskerta Pertama, ihwal asal-usul bahasa Nusantara tentunya tidak lepas dari sejarah. Contoh pertama yaitu bahasa Sanskerta. Sebuah prasasti ditemukan di Kutai (Kaltim), pada abad ke-5 menggunakan bahasa Sanskerta (Prasasti Mulawarman).
Sebenarnya sejak abad ke-9 SM, diperkirakan bahasa Sanskerta sudah ada di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan lantaran disebarkannya agama Hindu. Lalu abad ke-7, kontak dagang bersama orang Arab dan China pun tak terhindarkan (di Malaka).Tentunya persinggungan bahasa pun terjadi. Dari bahasa ini, kita menyerap 775 kata.
Donor 2: Bahasa Arab Kedua, bahasa yang berkaitan dengan Islamisasi di Nusantara, yaitu Arab. Temuan konkret persinggungan bahasa ini baru ada sejak ditemukannya batu nisan raja-raja Aceh di Samudra Pasai (1237). Russel Johns, linguis yang telaten mengurus etimologi, mengutarakan bahwa bahasa Arab baru benar-benar diserap (arabisasi) ke dalam bahasa Melayu pada abad ke-16 karena sudah banyak bukti karya sastra yang ada. Terdapat 2215 kata yang berhasil diserap menjadi BI.
Donor 3: Bahasa Parsi Ketiga adalah bahasa Parsi. Bahasa ini berasal dari kawasan yang sekarang disebut Iran dan sekitarnya. Oleh sebab itu, tidak heran bahasa yang terserap mirip dengan Arab. Dari catatan LMIW, terdapat 214 kosakata yang diserap BI.
Donor 4: Bahasa Hindi Keempat, kita akan beralih ke bahasa Hindi. Bahasa Hindi menjadi bahasa resmi kedua di rumahnya sendiri, India, setelah bahasa Inggris. Meskipun hanya tertera 93 kosakata saja di LMIW, representasi di tabel di bawah ini membuktikan kata-kata ini tetap tergunakan hingga saat ini. Bahkan Syahrini saja pakai ({cetar mem}bahana: bhanak).
Donor 5: Bahasa Tamil Kelima adalah Tamil. Apa pula itu. Kalau elo pernah mendengar sebutan orang keling di daerah Sumatra Utara (masih berhubungan dengan orang India yang kebanyakan berkulit gelap), maka merujuk ke sanalah kata Tamil. Memang, penggunan Tamil lebih terkesan netral dan tidak penuh prasangka. Bahasa yang berasal dari India Selatan dan dikategorikan rumpun Dravida ini ternyata telah bersinggungan dengan bahasa Melayu sejak dua millennium, menurut Tom H. Hoogervorst.
Tidak heran, kan, kalau bahasa ini digunakan juga dituturkan di Negara jiran, seperti Malaysia dan Singapura. Tamil sendiri mengambil peran penting dalam membentuk bahasa nasional. Ada 136 jumlah kata yang diserap dan di antaranya disumbangkan ke dalam ranah gastronomi, politik, militer, milter, ekonomi, pertanian hingga budi pekerti (Tambayong, 2003)
Donor 6: Bahasa Cina Keenam, bahasa dari bangsa yang terkenal dengan bakat alamnya sebagai pedagang: Cina. Sebagian besar bahasa Cina yg diserap ke dalam bahasa Indonesia tidak jauh-jauh dari makanan dan minuman. Bukti awal eksistensinya di Nusantara, yaitu prasasti Jawa Kuno (abad ke-10), yaitu kata: tahu (tau hu). Berbeda dengan donor lain seperti Sanskerta, Arab, dan Eropa yang juga mewariskan aksaranya kepada perkembangan bahasa di Nusantara, Cina ternyata digunakan sebatas lisan saja. Bahasa Cina yang berkunjung ke Nusantara pun diambil dari dialek Hokyan. Ada 395 kata yang berhasil terserap.
Donor 7: Bahasa Portugis Puas membahas Asia, kita akan melompat ke Eropa. Nusantara yang menjadi titik penting dalam perniagaan, membuat bangsa Eropa datang untuk berdagang. Masuklah bangsa Portugis ke Melaka & timur Nusantara serta menjadi donor ketujuh. Uniknya, walaupun armada mereka belum pernah ke Jacatra alias Batavia alias Jakarta, bahasa Portugis sudah beken di sana. Ini terekam saat Belanda mendarat pertama kali di Bantam (Banten).Bahkan sejarawan Jean Gelman Taylor, mengukuhkan bahasa Portugis sebagai bahasa utama dalam perdagangan di Asia (abad ke-16 dan 17). Coba bandingkan dengan kata serapan Cina yang didominasi makanan, bahasa serapan Portugis ini punya karakteristik perkakas, yah?
Donor 8: Bahasa Belanda Walaupun bahasa Belanda banyak terserap ke dalam bahasa Indonesia, tidak menjadikan bahasa itu sebagai lingua franca (bahasa perhubungan/pergaulan) dulunya. Memang, awalnya Belanda berniat menjadikan bahasanya sebagai bahasa resmi di Hindia Belanda. Tapi karena saat itu bahasa Melayu sudah kadung (terlanjur) mengakar kuat, mau tak mau mereka mengalah dan harus puas sebagai bahasa administrasi (hukum, politik, ketentuan dagang dan pencatatan sipil serta pendidikan). Mengapa meskipun tidak menjadi bahasa resmi, bahasa ini tetap menjadi donor nomor wahid di bahasa kita? Selain faktor waktu (lamanya bercokol di Nusantara) dan keterpakaian dalam bidang administrasi serta politik, bahasa ini semakin berpengaruh di abad 19 & paruh awal ke-20. Faktor imigrasi besar-besaran warga dari Belanda juga menjadi pemicunya.
Donor 9: Bahasa Inggris Kemerdekaan di tahun 1945 tidak serta-merta menghilangkan pengaruh bahasa Belanda di Bumi Pertiwi ini. Baru setelah 1966, pengaruh kuat bahasa itu perlahan berkurang. Mengapa? "Pascakudeta" Soeharto kepada Soekarno, Indonesia menjadi lebih akrab dengan barat (AS dan sekutunya). Berbagai kerjasama dagang & pendidikan dibuat Soeharto yang tidak sabar untuk membangun Indonesia yang maju seperti barat, lalu memutuskan untuk impor aneka pengetahuan dari barat. Alhasil, sangat banyak para sarjana dan ilmuwan kita yang dikirim untuk studi ke negara-negara Amerika dan Eropa. Tidak hanya itu, banyak juga buku-buku pengetahuan dan teknologi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dari bahasa Inggris.
Jadilah bahasa Inggris sebagai donor kesembilan. Selain itu, budaya popular barat pun semakin kental di Indonesia. Mau tidak mau, hal ini berdampak terhadap penyerapan bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Sejak kamus LWIM dibuat, baru 2413 kata yang berhasil terdokumentasi dengan kategori serapan dari bahasa Inggris. Namun, arus globalisasi yang semakin kuat membuat serapannya menjadi semakin banyak dan sepertinya akan terus bertambah.
Donor 10: Bahasa Jepang Nah, jauh-jauh ke Eropa, kita sampailah kepada penjajah yang katanya paling kejam daripada bangsa Eropa: Jepang. Sebagai donor kesepuluh, bahasa ini sudah masuk ke Nusantara sejak tahun 1942. Di antara yang tetap bertahan muncul di KBBI (edisi ke-IV): keibodan, kamikaze, dan jibaku. Selain kosakata untuk dunia militer seperti di atas, ada pula kata kimono. Walaupun begitu, kata ini tersua dalam prosa Armijn Pane (1940), sebelum Jepang datang. Yah, namanya sastrawan. Biasanya dia sudah riset dulu sebelum membuat tulisannya. Total dari 69 kata serapan dari Bahasa Jepang.
Source: Zenius.net
(mdk/dzm)