Begini cara BSI sesuaikan dunia digital, pendidikan & kerja nyata
Direktur Utama Bina Sarana Informatika (BSI) Naba Aji Notoseputro mengatakan, bahwa BSI saat ini sudah menerapkan dunia digital dalam dunia pendidikan, guna mempersiapkan mahasiswanya di dunia kerja.
Dunia perkuliahan dan dunia kerja sering kali tak bisa dipisahkan satu sama lainnya. Keduanya menjadi sesuatu hal yang saling beririsan, meski kini dunia digital hadir di antaranya seiring dengan berkembangnya teknologi dan informasi.
Mau tak mau, suka tidak suka, penyelenggara pendidikan dan penyelenggara lapangan kerja menuntut sumber daya manusianya menguasai betul pemahaman digital. Rupanya itu yang dilihat dari Kampus BSI belakangan ini, di mana hampir seluruh manajemen pendidikannya menggunakan metode digital.
Direktur Utama Bina Sarana Informatika (BSI) Naba Aji Notoseputro mengatakan, bahwa BSI saat ini sudah menerapkan dunia digital dalam dunia pendidikan, guna mempersiapkan mahasiswanya di dunia kerja.
"Kita sudah terapkan dari pertama kali masuk, daftar, mereka tak perlu ke kampus, semua bisa online," kata Naba saat berbincang dengan merdeka.com di Gedung BSI, Cawang, Jakarta Timur, Kamis (16/6) lalu.
Naba menerangkan, semua aktivitas mahasiswa BSI melalui digital sudah bisa dipakai melalui aplikasi yang bisa diunduh di Play Store. Lewat aplikasi tersebut, mahasiswa, atau bahkan calon mahasiswa, dapat mengikuti tes, ujian, hingga melakukan perihal administrasi di akhir semester.
"Maka, para mahasiswa minimal harus memiliki laptop atau smartphone," ujarnya.
Namun Naba menegaskan, meski semuanya dilakukan melalui digital, mahasiswa tetap perlu hadir ke kampus, untuk berinteraksi, bersosialisasi, dan berkegiatan dengan teman-teman mahasiswa lainnya. Bagi mahasiswa, kewajiban setelah menuntaskan kewajiban belajar di universitas adalah bekerja, baik sebagai pegawai ataupun menjadi entrepreneur.
Namun, menghadapi dunia kerja nyata usai menyelesaikan masa studi tentu bukan perkara mudah. Ada penyesuaian, baik secara budaya atau teknis pekerjaan yang mesti dilalui terlebih dahulu. Kebanyakan, mereka kesulitan menjalaninya.
Menanggapi itu, Naba beranggapan, ada dua hal yang diberikan para mahasiswanya di Kampus BSI, hard skill dan soft skill. Selain, nantinya akan diberikan sertifikasi sebagai penunjang.
"Kalau dunia kerja itu yang diminta adalah kemampuan si individu, bukan pergaulannya. Soft skill-nya juga kita bangun, bagaimana mahasiswa berinteraksi, bergaul, kerja tim, dan etika karena itu juga dibutuhkan di dunia kerja," tuturnya.
"Sekarang trennya sertifikasi. Misalnya, dari pariwisata dan ingin bekerja di hotel, dia punya sertifikasi apa? Nah, kita siapkan itu," tegasnya.
Lain lagi soal pengangguran, yang, memang, hingga kini belum ditemui formula untuk mengatasinya. Baru-baru ini, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka tingkat pengangguran terbuka (TPT) per Februari 2017. Faktanya, tingkat Diploma menyumbang 6,35 persen dan Universitas 4,98 persen TPT. Tentu, bukan hasil yang sedap dipandang.
Naba pun menyampaikan, untuk menjawab itu, pihaknya sudah mempersiapkan dengan dua cara, yakni dengan membentuk BSI Career Center yang menjalin kerja sama dengan perusahaan-perusahaan apapun. Fungsinya untuk agar mahasiswa yang akan melakukan riset, PKL, atau magang bisa tersalurkan ke perusahaan-perusahaan tersebut sekaligus memperkenalkan dunia kerja.
"Kedua, BSI Entrepreneur Center, fokusnya buat mereka yang tidak ingin bekerja. Sekarang seperti itu trennya sedang tinggi," ungkapnya.
"Sekarang pilihan mereka ada dua, menggeluti dunia kerja, silakan, atau ingin start-up, entrepreneur, ya silakan," tandasnya.