28.000 Warga di Cilacap rawan terdampak kekeringan dan air bersih
Puluhan warga ini, mayoritas mengalami air sumur yang berubah payau saat kemarau. Dan sebagian lain di kawasan selatan Cilacap, air bersih tergantung tadah hujan sebab tak adanya mata air.
28.862 Warga di Kabupaten Cilacap rawan terdampak kekeringan dan akses air bersih. Puluhan ribu warga tersebut tersebar di 22 desa di 9 kecamatan.
Puluhan warga ini, mayoritas mengalami air sumur yang berubah payau saat kemarau. Dan sebagian lain di kawasan selatan Cilacap, air bersih tergantung tadah hujan sebab tak adanya mata air.
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Cilacap, Martono mengatakan warga lantas banyak melakukan pembelian air bersih dalam galon. Seperti di Desa Binangun Baru Dusun Pekalongan Kecamatan Bantarsari semisal, warga biasanya membeli air galon dari penjual keliling Rp 5000 perjerigen. Hal ini juga secara umum terjadi di beberapa desa di 9 kecamatan yakni di Kawunganten, Bantarsari, Patimuan, Gandrungmangu, Kesugihan, Karangpucung, Cimanggu, Jeruk legi dan Adipala.
"Hari ini kami distribusikan air bersih di RT 02 RW l 11 Desa Binangun Baru. Warga terdampak 50 KK atau 150 jiwa. Apabila tidak ada air bantuan, warga biasanya membeli dari penjual keliling Rp 5000," kata Martono pada merdeka.com, Selasa (12/9).
Martono menjelaskan, warga paling terdampak di daerah rawan kekeringan di kecamatan Patimuan sebanyak 13.323 jiwa dari 4.441 keluarga. Di wilayah ini BPBD dari Agustus sampai awal September ini telah mengirimkan bantuan sebanyak 38 tangki.
"Pertangki kapasitas 5000 liter," katanya.
Di kecamatan Patimuan sendiri, wilayah yang terdampak kekeringan meliputi 9 desa. Penduduk terbanyak di desa Cemrutu sebesar 2745 jiwa dan Bulupayung sebesar 2475 jiwa. Secara total BPBD sendiri telah distribusikan air bersih sebanyak 102 tangki ke 22 desa terdampak sejak satu bulan ke belakang.
"Update posko kekeringan BPBD Cilacap di 22 Desa. Agustus kemarin 66 tangki. September ini 36 tangki. Untuk pemerataan pengiriman ke wilayah rawan kekeringan kami akui memang belum maksimal", ujar Martono.