5 Kerajaan yang melegenda di Indonesia
Indonesia sempat mengalami masa kerajaan, dengan kekuasaan para raja yang ditakuti oleh masyarakat. Di jaman itu, tak hanya perang, juga dilakukan sistem perdagangan.
Indonesia mengalami berbagai masa yang cukup panjang sebelum menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Masa-masa itu pernah dikuasai oleh seorang raja yang amat ditakuti oleh seluruh masyarakat. Hingga saat ini, kerajaan-kerajaan Indonesia tersebut masih dikenal oleh masyarakat karena kekuasaannya.
Seperti dikutip merdeka.com dari berbagai sumber, berikut beberapa kerajaan yang melegenda di Indonesia:
-
Apa peran NU dan Muhammadiyah dalam sejarah Indonesia? NU dan Muhammadiyah berperan penting dalam sejarah perjalanan negara ini dan berpengaruh besar terhadap perkembangan Islam di Indonesia.
-
Kenapa Masjid Nurul Islam Tuo Kayu Jao penting bagi sejarah Islam di Sumatra Barat? Masjid tertua di Sumatra Barat ini menjadi peninggalan dari penyebaran dan peradaban agama Islam.
-
Apa tujuan utama para pelaut Indonesia dalam berlayar di masa kerajaan Islam? Penjelajahan lautan jadi sarana bisnis, dakwah Islam, hingga perebutan kekuasaan.
-
Kenapa Asisi Suharianto membuat konten tentang sisi lain sejarah Nusantara? "Raja itu juga manusia, ada masa mereka berada di titik-titik terendah, rindu kekasih, dan lain sebagainya," kata Asisi.
-
Bagaimana KEK Singhasari memanfaatkan sejarah? Keunggulan lain dari KEK Singhasari yakni adanya sektor pariwisata dengan tema heritage and sejarah. Hal ini dilatarbelakangi nilai situs sejarah kerajaan Singhasari.
-
Apa isi ramalan Jayabaya tentang masa depan Nusantara? Jayabaya meramal Nusantara akan mengalami masa penuh bencana. Gunung-gunung meletus, bumi berguncang, laut dan sungai meluap. Ini akan menjadi masa penuh penderitaan.
Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit merupakan salah satu kerajaan Hindu-Buddha yang paling besar di Nusantara. Raja yang paling terkenal dari Kerajaan Majapahit adalah Raja Hayam Wuruk dan Patihnya, Gajah Mada. Wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit bahkan sampai ke Semenanjung Malaya, atau saat ini dikenal dengan Malaysia.
Gajah Mada sempat ucapkan Sumpah Palapa, yang berbunyi "Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, amun kalah ring gurun, ring seran, tanjungpura, ring haru, ring Pahang, Dompo, ring bali, sunda, palembang, tumasik, saman isun palapa".
Hayam Wuruk pernah mengembangkan sistem perdagangan hingga membuat negeri makmur. Dia juga melakukan hubungan diplomasi dengan banyak kerajaan hingga akhirnya kekuatan Majapahit kian tak bisa ditandingi. Kekuatan Majapahit runtuh dan berganti kerajaan baru setelah Islam mulai masuk negeri ini.
Kerajaan Bima
Dulu, Bima adalah pusat pemerintahan dan merupakan kerajaan Islam yang menonjol di Nusa Tenggara. Raja Bima yang pertama kali masuk Islam adalah Ruma Ta Ma Bata Wada yang bergelar Sultan Bima I atau Sultan Abdul Kahir.
Ketika Sultan Abdul Kahir masuk Islam, terjadilah hubungan Kerajaan Bima dengan Kerajaan Gowa. Kerajaan Bima juga terus menerus melakukan perjuangan melawan politik VOC hingga VOC akhirnya mau tunduk di bawah kekuasaan Kerajaan Bima. Namun, ketika VOC ingin membaharui perjanjiannya dengan Kerajaan Bima, Tureli Nggampo yang menjadi Raja Bima pada saat itu menolaknya dan kemudian merampas kapal VOC di tahun 1675.
Di tahun 1691, Raja Kerajaan Bima ditangkap lalu diasingkan di Makassar. Dalam masa pengasingannya itu, Raja Bima meninggal di dalam penjara. Tidak hanya kerajaan Bima yang menolak kehadiran VOC, tapi semua kerajaan di Lombok, Sumbawa dan Bima masih menolak dan melakukan pemberontakan terhadap pendudukan VOC di wilayahnya, karena pihak VOC selalu memaksakan kehendaknya, mencampuri urusan-urusan kerajaan, menangkapi dan mengasingkan raja-raja yang tidak sesuai dengan keinginannya.
Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan ini dikenal dengan pusat perdagangan, bersama dengan dua kerajaan lainnya, yaitu Kerajaan Tulangbawang dan Kerajaan Melayu. Pada tahun 692 M, kerajaan Sriwijaya mengadakan pengembangan ke wilayah sekitar Melayu. Kerajaan Melayu dapat ditaklukan dan wilayah kerajaan Melayu menjadi milik kerajaan Sriwijaya.
Pusat negara Sriwijaya belum diketahui pasti, ada yang bilang di Palembang dan juga Jambi. Wilayah kekuasaan kerajaan Sriwijaya terbilang luas, bahkan sampai Malaysia.
Ada beberapa prasasti yang jadi bukti kuat adanya kerajaan Sriwijaya, seperti Prasasti Kedukan Bukit dan Prasasti Talang Tuo. Prasasti Kedukan Bukit ditemukan di tepi Sungai Tatang, Palembang, Sumatera Selatan. Prasasti ini ditulis dalam huruf pallawa dan diperkirakan ada sejak tahun 605 tahun Saka atau 683 Masehi. Ada juga prasasti Talang tuo yang ditemukan di bagian barat Palembang. Prasasti ini diperkirakan ada sejak tahun 606 Saka atau 684 Masehi.
Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri dipimpin oleh Jayabaya, seorang raja terhebat dalam sejarah berdirinya kerajaan ini. Salah satu kerajaan yang akhirnya menjadi wilayah dari Kediri adalah Jenggala. Kerajaan ini akhirnya menyebar dan hampir menguasai semua wilayah di Jawa Timur.
Kehebatan perang yang terjadi antara Kediri dan Jenggala pun dianggap sebagai perang yang suci. Mirip sekali dengan perang antara Pandawa dan Kurawa. Hal ini tertulis dalam sebuah kakawin Bharatayuddha yang digubah oleh Empu Sedah da Empu Panuluh pada tahun 1157. Sayangnya Kerajaan Kediri ini akhirnya runtuh akibat perang dengan kerajaan Tumapel.
Kerajaan Singasari
Kertanegara adalah raja terakhir dari Singasari. Dia memerintah selama 20 tahun mulai tahun 1272-1292. Di bawah kepemimpinannya, Singasari menjadi kerajaan yang sangat hebat. bahkan mulai mengalihkan wawasannya ke luar Pulau Jawa. Akhirnya sang raja mulai mengirimkan kapal-kapal untuk melakukan Ekspedisi Palamayu. Ekspedisi ini dilakukan untuk menjadikan Sumatra sebagai benteng yang mampu menghadang serangan tentara dari Mongolia.
Pada masa Kertanegara, persahabatan dengan kerajaan di luar negeri mulai terjalin dengan baik. Kehebatan Singsari bahkan sampai ke telinga Kubilai Khan yang menjadi Kaisar Mongol. Mereka bahkan sampai mengirim utusan dan mengantarkan surat yang isinya agar Singasari mau mengakui kedaulatan Mongolia. Dan tentu saja hal ini ditolak secara tegas. Menurut kita Negarakertagama, Singasari banyak sekali menguasai wilayah di Indonesia dan luar negeri seperti Melayu, Bali, Pahang, Gurun dan Bakulapura.