50 Juta akun diretas jelang Pilpres, Menkominfo didesak minta penjelasan Facebook
Galang juga meminta Kemkominfo untuk tetap waspada terhadap setiap kemungkinan gangguan keamanan dan stabilitas ‘kehidupan’ di media sosial terlebih memasuki tahun politik.
50 juta akun pengguna Facebook yang dibobol pada Sabtu (29/9). Himpunan Pemerhati Hukum Siber Indonesia (HPHSI) meminta Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk proaktif menghadapi peristiwa peretasan 50 juta akun Facebook via fitur ‘View As’.
Ketua HPHSI Galang Prayogo mendesak agar Menteri Rudiantara lebih aktif untuk segera meminta penjelasan kepada Facebook mengenai daftar akun yang diretas.
-
Siapa saja yang menjadi korban serangan hacker? Distributor kimia asal Jerman, Brenntag SE, dilaporkan membayar uang tebusan sebesar USD4,4 juta atau Rp71,9 miliar dalam bentuk Bitcoin kepada kelompok ransomware DarkSide untuk mendapatkan dekripsi file yang dienkripsi oleh para peretas selama serangan ransomware terhadap perusahaan tersebut.
-
Bagaimana cara hacker melakukan serangan? Tahun ini, fokus serangan beralih dari penghancuran atau keuntungan finansial melalui ransomware ke upaya pencurian informasi, pemantauan komunikasi, dan manipulasi informasi.
-
Bagaimana cara hacker sampingan menawarkan jasanya? Salah satu contoh iklan yang ditemukan adalah seorang pengembang Python yang menawarkan layanan pembuatan chatbot VoIP, chatbot grup, chatbot AI, peretasan, dan kerangka kerja phishing dengan harga sekitar USD 30 per jam.
-
Apa saja jenis serangan yang dilakukan hacker? Serangan-serangan ini meliputi serangan siber yang merusak hingga yang melibatkan pemata-mataan (spionase), pencurian informasi, dan penyebaran misinformasi atau disinformasi.
-
Bagaimana "red hat hacker" biasanya melancarkan aksinya? Mereka mungkin menyerang atau melacak penjahat siber, meretas perusahaan dan organisasi pemerintah untuk membocorkan data, dan bahkan menambal kelemahan keamanan.
-
Apa yang dilakukan hacker setelah berhasil meretas perusahaan? Perusahaan yang berbasis di Chicago membayar para peretas sekitar dua minggu setelah sejumlah data perusahaan dicuri, dan pejabat CNA dikunci dari jaringan mereka.
"Kementerian Kominfo sudah seharusnya proaktif. Facebook harus terbuka, adakah daftar akun yang diretas berasal dari Indonesia? Jangan lupa, saat ini Indonesia memasuki tahun politik. Bisa saja akun-akun itu digunakan oknum tak bertanggung jawab untuk kepentingan kampanye hitam," kata Galang saat dikonfirmasi, Senin (1/10).
Galang juga meminta Kemkominfo untuk tetap waspada terhadap setiap kemungkinan gangguan keamanan dan stabilitas ‘kehidupan’ di media sosial terlebih memasuki tahun politik.
"Sejak awal kita semua memprediksi hoaks akan merajalela menjelang Pilpres 2019, semua setuju hoaks menjadi musuh bersama, tetapi tidak ada langkah konkret untuk mencegah itu semua," ungkapnya.
Galang pun menyinggung mengenai penanganan situs hoaks yang menimpa Sandiaga Uno. Dari peristiwa tersebut, pihaknya menilai kinerja Kemkominfo masih belum efisien dan membahayakan untuk budaya bermedia sosial di Indonesia.
"Kalau setiap persoalan dibiarkan menjadi fenomena yang meluas. Situs yang jelas-jelas berisi konten negatif sangat lambat ditutup. Persoalan yang ada di depan mata saja lambat, bagaimana nasib pencegahannya?," tegasnya.
"Inilah yang menjadi persoalan dasar media sosial di Indonesia. Pemerintah kerap abai dengan fenomena yang belakangan kita sudah ketahui menjadi sumber permasalahan dan kerap lambat menanganinya," imbuhnya.
Kemkominfo diharapkan tidak menganggap enteng terkait peretasan akun Facebook yang telah berulang ini.
"Pemerintah harus meningkatkan kewaspadaan. Media sosial dari multiplatform hanya salah satu dari beragam persoalan komunikasi dan informatika. Kalau pemerintah tidak proaktif menganalisa kemungkinan buruk yang akan terjadi dan mencari solusi dari itu semua, tentu kekacauan media sosial akan menjadi sebuah keniscayaan," ujar Galang.
Baca juga:
Ini cara BKN tangkal hacker saat seleksi penerimaan CPNS dimulai
Dibekuk polisi, peretas situs KPU Jabar bocah usia 16 tahun
Data pasien diretas, jaringan internet di RS Singapura akan diputus sementara
Ini komentar PM Singapura ketika data kesehatan pribadinya dicuri peretas
1,5 juta data kesehatan pribadi warga Singapura dibobol, termasuk perdana menteri