73 Warga Garut Mengungsi Akibat Rumah Terdampak Longsor
73 Warga itu mengungsi di rumah warga yang dianggap aman. Namun sebagian besar tinggal di rumah ketua rukun warga.
73 Warga Kampung Lebokbintinu, Desa Sukamaju, Kecamatan Talegong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, terpaksa mengungsi dari rumah. Puluhan warga itu mengungsi karena kediaman mereka terdampak bencana longsor pada Senin (17/2) dini hari.
"Ada 24 rumah dan satu masjid yang terdampak longsor, di mana 14 bangunan di antaranya masuk dalam zona merah yang terancam longsor. 14 rumah yang di zona merah sudah tidak bisa lagi ditinggali," ujar Kepala Desa Sukamaju, Yeyet, Kamis (20/2).
-
Mengapa tanah longsor terjadi? Selain itu, waspada juga jika halaman atau lantai pada rumah tiba-tiba ambles, adanya tanah yang runtuh dalam jumlah yang besar, serta munculnya mata air secara tiba-tiba.
-
Di mana saja bencana tanah longsor terjadi di Jawa Tengah? Cuaca ekstrem dalam beberapa hari belakangan membuat sejumlah daerah di Provinsi Jawa Tengah dilanda bencana longsor dan tanah bergerak. Salah satu bencana longsor itu terjadi di Desa Tundagan, Kecamatan Watukumpul, Kabupaten Pemalang, pada Minggu (3/3) petang. Bencana longsor juga terjadi di Dukuh Secang, Desa Jetis, Kecamatan Sambirejo, Sragen.
-
Dimana lokasi retakan tanah yang membentang di Garut? Retakan tampak membentang sejauh 480 meter dengan kedalaman mencapai 12 meter. Sudah dua bulan terakhir masyarakat di Desa Sukamulya, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut hidup dalam ketidaktenangan.
-
Dimana tanah longsor terjadi di Kabupaten Karangasem? Tanah longsor menimpa sebuah rumah di Banjar Dinas Ngis Kaler, Desa Tribuana, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Bali, pada Jumat (7/7) pagi.
-
Mengapa terjadi longsor di Kampung Gintung? Longsor terjadi setelah hujan deras mengguyur lokasi tersebut dan membuat bukit setinggi 100 meter di daerah tersebut longsor dan menimpa permukiman warga.
-
Kapan longsor di Kampung Gintung terjadi? Polda Jabar mengerahkan tim K-9 (tim anjing pelacak) untuk membantu pencarian Sembilan warga yang diduga menjadi korban longsor di Kampung Gintung, Desa Cibenda, Kacematan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB) Minggu (24/3/2024) sekitar pukul 23.00 WIB.
Yeyet mengatakan, 73 warga itu mengungsi di rumah warga yang dianggap aman. Namun sebagian besar tinggal di rumah ketua rukun warga.
"Kondisinya masih aman, kebutuhan logistik juga Alhamdulillah terpenuhi. Pos kesehatan juga didirikan di dekat tempat mengungsi sehingga saat ada yang sakit bisa langsung memeriksakan diri," katanya.
Dia mengungkapkan, bencana juga menyebabkan warga tidak bisa beraktivitas di kebun milik mereka karena terancam longsor. Aktivitas yang bisa dilakukan hanya mencari rumput untuk memberi makan hewan ternak.
Yeyet mengungkapkan belum bisa memastikan hingga kapan warganya akan diungsikan. Namun dia menyebut bahwa bantuan logistik hanya akan dilakukan hingga H+3 sejak warga mengungsi. Walau begitu, dia mengaku akan menggalang bantuan dari warga agar bisa membantu.
Selain itu, kata Yeyet, pemerintah desa berencana untuk merelokasi rumah warga yang terdampak longsor. Namun untuk relokasi harus melalui beberapa tahapan, dan ia mengaku akan berbicara kepada Bupati Garut terkait rencana itu.
Yeyet menyebut bahwa pihaknya pun sudah mencari tempat yang aman untuk relokasi. "Kalau tidak direlokasi pemerintah kabupaten, dari desa juga siap walau dana desa tidak diperbolehkan beli tanah, tapi kalau membuat rumah siaga bencana bisa," kata dia.
Sementara itu, salah seorang warga yang mengungsi, Agus (36) mengaku bahwa rumahnya tidak terdampak langsung longsor namun memilih mengungsi karena takut. Ketakutan tersebut bukan tanpa sebab. "Tanahnya sampai sekarang masih terus gerak," ucapnya.
Agus bersama keluarganya, saat ini tinggal rumah ketua RW. Ia pun tinggal bersama warga lainnya yang mengungsi dan harus berbagi tempat tidur dengan kondisi seadanya. Siang hari, ia mengontrol rumah dan kandang tempat hewan ternaknya yang harus diberi makan.
"Kalau harus tidur di rumah mah enggak berani. Kebayangnya kejadian longsor. Maunya sih pindah, tapi ya gimana baiknya saja," ungkapnya.
Sejak tinggal di Kampung Legokbintinu di 2005, Agus menyebut bahwa longsor baru pertama kali terjadi di kampungnya. Ia juga menyebut bahwa tanda-tanda akan terjadinya longsor tidak nampak. Warga lainnya, Nasih (35) mengatakan tanah longsor itu terjadi saat dirinya sedang tidur. Ia tiba-tiba mendengar suara keras, saat dicek ternyata longsor. Lokasi longsor berjarak sekitar 10 meter dari rumahnya.
"Saya dengan keluarga langsung ke rumah orang tua. Kalau disuruh memilih mending direlokasi karena rumah saya sudah tidak aman," katanya.
Bupati Garut, Rudy Gunawan mengaku bahwa pihaknya sudah berkoordinasi dengan pemerintah desa untuk merelokasi warga. Setidaknya ada dua tempat yang ditawarkan, namun pihaknya akan memeriksa lokasi tersebut sebelum dijadikan tempat relokasi.
"Kita akan minta geologi (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) untuk mengecek lokasi. Kalau bebas gempa atau gerakan tanah, kita beli. Saya sudah intruksikan BPBD Garut untuk mengawal proses itu dan dalam sepekan ini saya meminta agar sudah ada kepastian lokasi. Untuk pembelian tanahnya kita targetkan selesai sebulan," ungkapnya.
Setelah tersedia, Bupati mengaku tidak akan menggunakan pemborong untuk proses pembangunannya, namun warga diharapkan ikut gotong royong.
"Jadi untuk sementara warga tinggal dulu di tempat aman. Pemkab Garut siap menanggung kebutuhan logistik untuk pengungsi," tutupnya.
Baca juga:
Longsor di Bogor, Satu Keluarga Tewas Tertimpa Rumah Ambruk
Seorang Warga Garut Ditemukan Tewas Tertimbun Longsor
10 Rumah di Bandung Barat Rata dengan Tanah Akibat Longsor
Hati-hati Tanah Longsor di Sisi Kanan dan Kiri Tol Cipularang Km 118
Polisi Tegaskan Info Tol Cipularang Terancam Putus Akibat Longsor Hoaks
Satu Warga Meninggal dan Satu Hilang Akibat Longsor di Garut
Tanah Longsor di Depok Ancam Keselamatan Siswa SDIT An-Najah