Anak jenderal Polisi dan TNI tak selalu ikuti jejak ayah
Putra Kapolri Jenderal Badrodin Haiti ini belum lama lulus kuliah pascasarjana bidang farmasi di Universitas Indonesia.
Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Pepatah ini nampak jelas dari kehidupan Mayor Agus Harimurti Yudhoyono, anak jenderal yang mengikuti jejak ayahnya Jenderal (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono. Agus memilih berkarir di bidang militer dan kini menjabat sebagai Komandan Batalyon Infanteri Mekanis 203 Arya Kemuning.
Tapi sepertinya tak semua buah jatuh dekat dengan pohonnya. Tidak semua anak jenderal meniti karir dengan bergabung di dunia militer. Roy Valentino (36) salah satunya. Dia memilih menjadi pengusaha di bidang jasa angkutan pelayaran. Dia hidup bersama istri dan dua anaknya di Banyuwangi, Jawa Timur. Dia mengaku tak pernah terpikir untuk mengikuti jejak ayahnya, Mayjen (purn) Tubagus Hasanuddin, sebagai tentara.
"Memang pengen jadi pengusaha," singkat Roy saat berbincang dengan merdeka.com, Kamis (7/4).
Ayahnya sesungguhnya menginginkan Roy mengikuti jejaknya. Namun dia sadar tidak bisa memaksakan kehendaknya pada anaknya. Setelah berdiskusi mengenai banyak hal, TB Hasanuddin legowo tak ada satupun anaknya yang berkarir sebagai tentara. Dia memilih sebagai pengusaha, sementara adiknya berkarir sebagai notaris.
"Papa sempet nanya, kenapa enggak jadi ABRI? Tapi dia demokratis, sharing, diskusi. Yang penting tanggung jawab dengan pilihan. Papa sudah cukup kasih ilmu utk berkembang," katanya bangga.
Cerita serupa disampaikan Karopenmas Divisi Humas Mabes Polri Brigadir Jenderal Agus Riyanto. Agus juga tak menaruh paksaan pada anak-anaknya untuk mengikuti jejaknya sebagai penegak hukum. Dia memberi keleluasaan kepada anaknya untuk menentukan jalan hidup mereka masing-masing.
"Sama saja dengan orang lain. Orang tua mendidik, memberikan pengajaran kepada putra putri untuk berlaku baik. Agar anak melakukan yang terbaik untuk keluarga. Kita sebagai orang tua mempersiapkan kepada mereka sesuai kemampuan. Selebihnya mereka yang memilih," kata Agus.
Fakhri Subhana Haiti juga salah satu anak jenderal yang memilih menjalani karir di luar militer. Putra Kapolri Jenderal Badrodin Haiti ini belum lama lulus kuliah pascasarjana bidang farmasi di Universitas Indonesia, Depok. Pemilihan bidang farmasi tentu menjadi tanda tanya. Apalagi ayahnya merupakan petinggi polisi di negeri ini.
Keputusan memilih farmasi berawal dari pengalamannya sedih melihat sang ibunda mengalami sakit sindrom Stevens Jhonson (SSJ). Penyakit itu semacam alergi terhadap obat. Dari situ, muncul keinginan Fakhri belajar mengenai farmasi.
"Jadi waktu saya masih kecil, ibu sakit. Akhirnya saya masuk dunia farmasi dengan harapan enggak ada lagi keluarga yang sakit," kata Fakhri, Sabtu (6/2).
Pemilihan Fakhri memilih perguruan tinggi negeri (PTN) bukan tanpa halangan berat. Pihak keluarga diakui kerap mendorong untuk melanjutkan sekolah di Akademi Kepolisian (Akpol). Melalui diskusi panjang, akhirnya terbentuk satu perjanjian dengan sang ibu.
"Jadi dulu buat perjanjian sama ibu, kalau PTN enggak lulus baru pilihan keduanya Akpol," ujarnya.
Cita-cita kecilnya akhirnya terwujud. Fakhri lulus PTN dan mengambil jurusan farmasi. Pilihan menjadi Akpol sementara ini dia kubur dalam-dalam. Kini dia telah lulus program pascasarjana farmasi. Untuk sementara, Fakhri menegaskan kalau dirinya akan berkerja terlebih dulu. "Saya nanti mau kerja dulu," terangnya.
Pilihan anaknya masuk farmasi dibanding polisi tampaknya bisa dimengerti Badrodin Haiti. Dia bahkan bangga putranya mampu lulus program pascasarjana. Badrodin juga menyerahkan kepada anaknya terkait masa depan bakal dipilih.
"Selanjutnya pilihan kepada anak saya apakah dia mau melanjutkan studinya atau kerja tempat lain dia yang menentukan. Kalau benar-benar ingin kerja ya silakan," kata Badrodin.