Anak tewas jadi ABK di kapal asing, orangtua Bayu kecewa sikap PJTKI
Mereka minta pemerintah tidak menyetujui pengiriman ABK, karena peraturan belum jelas.
Jenazah Anak Buah Kapal, Roko Bayu Anggoro (22 tahun), bekerja di kapal Taiwan akhirnya dipulangkan ke kediamannya di Gedangan, Gedangrejo, Karangmojo, Gunungkidul, pada Minggu (7/6) pagi. Roko tewas akibat kekurangan nutrisi saat berlayar ke Senegal pada 3 Mei 2015 lalu.
Ayah Roko, Gunawan Edy Mulyono mengatakan, jenazah anaknya sudah dikubur di pemakaman tak jauh dari rumahnya. Dia kesal karena Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia, Sumber Putra Abadi Jakarta, yang menyalurkan anaknya tidak memberitahukan secara pasti penyebab kematian anaknya.
"Mereka tidak pernah datang ke rumah. Menjelaskan kenapa sampai anak saya meninggal juga tidak. Bahkan dalam surat pemberitahuan tidak pernah memberikan tembusan ke pihak terkait. Yang dikirim itu manusia, bukan barang," kata Edy saat dihubungi merdeka.com, Senin (8/6).
Selama menunggu jenazah anaknya dipulangkan, Edy juga mengaku kesulitan mendapatkan informasi serta kepastian waktu pemulangan. Dia justru mengetahui keberadaan jenazah anaknya melalui seorang staf kedutaan besar di Qatar dan Senegal.
"Informasinya enggak jelas. Pertama kali diberitahu kalau kematian anak saya karena Ebola, bahkan sempat ditolak oleh tetangga. Tetapi kenyataannya berbeda," ujar Edy.
Meski berat menghadapi kenyataan anaknya tewas, tapi dia dan keluarga sudah mengikhlaskan kematian Roko. Dia hanya berharap kejadian itu jangan sampai terulang lagi kepada ABK dari Indonesia bekerja di kapal asing.
"Banyak regulasi yang belum benar. Jangan lagi mengirim ABK kalau belum ada aturan yang jelas. Jangan sampai terjadi seperti yang dialami anak saya," ucap Edy.