Anak Wiji Thukul: Kami lakukan perlawanan lewat seni
Fitri mengaku pernah mendapat intimidasi dalam perjuangannya mencari keberadaan ayahnya.
Para keluarga korban penculikan aktivis tahun 1998 mendesak pelaku pelanggaran HAM segera disidang. Mereka juga menuntut agar kabar 13 aktivis yang masih hilang dibuka.
Anak Wiji Thukul, Fitri Nganti Wani mengaku terus melakukan perlawanan agar mengetahui di mana keberadaan ayahnya. Namun, dia punya cara lain untuk melakukan hal tersebut.
-
Siapa yang berhak atas HAM? Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada semua manusia, tanpa memandang ras, jenis kelamin, kebangsaan, suku, bahasa, agama, atau status lainnya.
-
Apa aja contoh pelanggaran HAM berat? Beberapa contoh kasus pelanggaran HAM berat di Indonesia adalah: Kasus pembantaian etnis Tionghoa di Jakarta pada tahun 1998 yang menewaskan ratusan orang dan menyebabkan pemerkosaan massal terhadap perempuan-perempuan Tionghoa.
-
Siapa aja yang bisa jadi korban pelanggaran HAM? Ketika hak-hak ini dilanggar oleh pemerintah, individu, atau kelompok lain, maka terjadilah pelanggaran Hak Asasi Manusia.
-
Di mana HAM dijelaskan? Dilansir dari situs resmi United Nations, Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada semua manusia, tanpa memandang ras, jenis kelamin, kebangsaan, suku, bahasa, agama, atau status lainnya.
-
Bagaimana HAM ditegakkan di Indonesia? Dalam proses menegakkan HAM, Indonesia memiliki undang-undang yang mengatur terkait masalah hak asasi manusia.
-
Mengapa para aktivis mendesak Presiden Jokowi terkait pelanggaran HAM? Mereka mendesak segera diadilinya pihak-pihak yang diduga terlibat dalam sejumlah kasus kekerasan dan pelanggaran berat HAM.
"Saya cenderungnya (lakukan perlawanan), saya kan keluarga seniman. Saya senang melakukan perlawanan lewat seni. Karena kemampuan saya di situ," kata Fitri di bilangan Cikini, Jakarta, Senin (23/6).
Fitri mengaku pernah mendapat intimidasi dalam perjuangannya mencari keberadaan ayahnya. Namun, ancaman itu tidak pernah dihadapi langsung.
"Kalau saya bukan didesak untuk agar tidak ngomong, tapi ya diintimidasi untuk tidak ngomong lagi. Tapi itu lewat media sosial," ujarnya.
Bersama Ikatan Orang Hilang Indonesia (IKOHI), Fitri membantah sengaja mengaungkan isu penculikan jelang pelaksanaan pilpres. Sebab, perjuangan mencari keberadaan ayahnya dan 13 aktivis selalu dilakukan.
"5 tahunan (Pileg dan Pipres) ini saya nggak gubris, jadi saya setiap saat gaungkan ini," jelasnya.
Untuk diketahui, sejumlah aktivis pro-demokrasi dihilangkan paksa oleh alat-alat negara menjelang pelaksanaan Pemilu 1997 dan Sidang Umum MPR 1998.
Selama periode itu, Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) mencatat 23 orang telah dihilangkan. Dari jumlah itu, satu orang ditemukan meninggal (Leonardus Gilang), 9 orang dilepaskan penculiknya dan 13 lainnya masih hilang hingga hari ini.
Mereka yang belum kembali adalah Wiji Thukul, Petrus Bima Anugrah, Herman Hendrawan, Suyat, Yani Afri, Sonny, Dedi Hamdun, Noval Al Katiri, Ismail, Ucok Siahaan, Hendra Hambali, Yadin Muhidin dan Abdun Nasser.
(mdk/dan)