Analisa pengamat soal pelibatan wanita dan anak dalam teror bom di Surabaya
Analisa pengamat soal pelibatan wanita dan anak dalam teror bom di Surabaya. Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia, Solahudin menilai, salah satu tujuan kelompok teroris ini mengajak perempuan dan anak-anak ialah untuk memprovokasi kelompok ekstremis lainnya.
Dalam aksi teror bom di Surabaya akhir dan awal pekan kemarin, ada keterlibatan perempuan dan anak-anak serta remaja. Sebelumnya dalam beberapa aksi teror di Indonesia, pelakunya adalah laki-laki dewasa.
Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia, Solahudin menilai, salah satu tujuan kelompok teroris ini mengajak perempuan dan anak-anak ialah untuk memprovokasi kelompok ekstremis lainnya. Mereka ingin menunjukkan dan membuktikan bahwa perempuan dan anak-anak saja berani melakukan aksi tersebut, harusnya laki-laki dewasa juga demikian.
-
Kapan Pertempuran Surabaya terjadi? Tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan, terutama orang-orang yang terlibat dalam peristiwa Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945.
-
Kapan Kirab Kebo Bule di Surakarta diadakan? Surakarta memiliki tradisi pada perayaan malam 1 Suro atau bisa disebut malam tahun baru Hijriah.
-
Kapan Prabowo tiba di Sumatera Barat? Calon Presiden (Capres) nomor urut 2 Prabowo Subianto tiba di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Padang Pariaman pada Sabtu (9/12) pagi.
-
Kapan Sujiwo Tejo tampil di acara Jagong Budaya di Bojonegoro? Budayawan Sujiwo Tejo menyemarakkan acara Jagong Gayeng bertemakan "Budaya Rasa Melu Handarbeni" di Pendopo Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojoengoro, akhir pekan lalu.
-
Kapan pertempuran hebat di Surabaya terjadi? Pada hari ini tepat 78 tahun yang lalu terjadi pertempuran besar di Surabaya yang menewaskan sekitar 20.000 rakyat setempat.
-
Kenapa Soetomo berpesan untuk dimakamkan di Surabaya? Ia ingin dimakamkan di Surabaya agar senantiasa dekat dengan masyarakat kota itu.
"Provokasi kepada jaringan-jaringan kelompok ekstremis itu sendiri. Bahasa sederhana, anak-anak saja berani, perempuan saja berani, masa lu kagak berani. Kira-kira begitu pesannya," kata Solahudin, dalam acara diskusi Forum Merdeka Barat 9 di Kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta Pusat, Rabu (16/5).
Selain itu, perempuan dan anak-anak juga sulit diidentifikasi sebagai pelaku teror sehingga lebih mudah menembus pengamanan. Perempuan dan anak-anak jarang dicurigai sebagai pelaku teror, apalagi melibatkan satu keluarga sebagaimana pelaku bom bunuh diri di Surabaya.
Solahudin mengatakan, pelaku bom bunuh diri di Surabaya, Dita Oepriarto telah diawasi aparat selama empat bulan tapi tak ditemukan hal-hal mencurigakan. Polisi pun berhenti mengawasi. Namun ia kemudian beraksi di tiga gereja dan menewaskan 14 orang.
Solahudin mengatakan pelibatan perempuan dan anak-anak juga untuk mendapatkan ulasan atau pemberitaan media. Tujuannya ialah menakuti masyarakat dengan aksi tersebut.
"Untuk mendapat coverage media agar menghasilkan rasa takut," kata dia.
Dengan pemberitaan media yang masif tujuan para teroris dalam menyebarkan rasa takut makin meluas. Teroris, kata Solahudin, butuh media untuk menyebarkan rasa takut. Para teroris paham dengan pola kerja media.
"Teroris tahu dan mengerti media values dan itulah kenapa mereka memakai anak-anak dan perempuan. Kalau laki-laki dewasa meledakkan diri biasa, semua pelaku bom bunuh diri di Indonesia laki-laki dewasa. Kalau pelaku ibu dan anak-anak itu luar biasa. Baru dapat coverage (pemberitaan) yang luas. Media asing juga meliput kasus tersebut karena ini punya news value yang tinggi. Apakah itu dilakukan secara sengaja? Tentu," kata dia.
Baca juga:
Dita bomber gereja Surabaya, sejak SMA ngekos dan tinggal terpisah dari orang tua
Penjelasan Moeldoko soal TNI dilibatkan berantas teroris
Pasca aksi teror, 12 negara layangkan travel advice ke RI
Kemensos jamin pendidikan anak korban dan pelaku terorisme
LPSK dan KPAI pastikan anak pelaku teror bakal diasuh orang yang tepat
Rekrutmen jaringan teroris di Indonesia dilakukan secara tatap muka
Aksi teror kembali terjadi, pemerintah klaim investasi masih positif