Arkeolog Catat Sejumlah Penemuan Penting di Situs Srigading, Malang
Bangunan candi tersebut diperkirakan memiliki bagian tubuh dan atap yang kemudian runtuh.
Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur mencatat ada sejumlah temuan penting pada saat melakukan ekskavasi tahap dua di situs Srigading, di Desa Srigading, Kabupaten Malang.
Arkeolog BPCB Jawa Timur Wicaksono Dwi Nugroho di Kabupaten Malang, Sabtu (26/2) mengatakan bahwa berdasarkan hasil ekskavasi tahap kedua, dipastikan bahwa situs Srigading yang berada di Kecamatan Lawang itu merupakan bangunan candi yang dibangun pada abad ke-10 Masehi dan berorientasi atau mengarah ke timur.
-
Bagaimana bentuk makam di Situs Arkeologi Margham? Makam tersebut memiliki ruangan berukuran panjang 1,6 meter dan lebar hingga 96 sentimeter, berisi kerangka yang dikelilingi oleh beberapa hadiah penguburan, termasuk mangkuk batu lunak, inti batu api, dan cangkir kecil yang terbuat dari perunggu, selain 10 mata panah perunggu.
-
Apa yang ditemukan oleh sukarelawan di situs arkeologi? Sukarelawan yang terlibat dalam penggalian di situs arkeologi menemukan patung kepala wanita Romawi kuno dengan ukiran khas.
-
Apa yang ditemukan arkeolog di lokasi penggalian? Artefak yang ditemukan termasuk koin Romawi dan tembikar dari Zaman Besi dan Perunggu.
-
Di mana situs arkeologi dengan rumah kosong dan terowongan tersembunyi berada? Rumah kosong ini berada di situs arkeologi Distre, Prancis barat, berasal dari sekitar abad ke-10 sampai ke-12.
-
Dimana lokasi situs arkeologi yang dicari oleh para arkeolog? Sebuah tim peneliti saat ini tengah berburu situs arkeologi bawah air yang kemungkinan terletak di lepas pantai Teluk Meksiko.
-
Bagaimana bentuk terowongan yang ditemukan di situs arkeologi? INRAP menyampaikan, beberapa bagian dalam terowongan sangat sempit dan ada bagian yang ditutup, sementara pada bagian lainnya cukup tinggi, memungkinkan orang bisa berdiri di dalamnya.
"Dalam ekskavasi tahap dua ini, kami mendapati adanya tangga yang menandakan bahwa candi ini menghadap ke timur atau 120 derajat dari utara kompas dan mengarah ke Gunung Semeru," katanya.
Wicaksono menjelaskan, pada bangunan candi tersebut diketahui memiliki profil kaki berukuran 8x8 meter dan pondasi 10x10 meter. Bangunan candi tersebut diperkirakan memiliki bagian tubuh dan atap yang kemudian runtuh.
Menurut dia, pada saat melakukan ekskavasi tahap kedua, ada sejumlah temuan, di antaranya batu ambang pintu, batu relung, sejumlah relief yang dibentuk dari batu bata dan dua buah arca.
Ia menjelaskan berdasarkan pengamatan awal salah satu arca tersebut ditengarai merupakan arca Agastya. Namun, dengan adanya penemuan arca kedua, diperkirakan arca tersebut merupakan arca penjaga candi, yakni Mahakala dan Nandiswara.
"Dua temuan arca ini sangat menarik, yang kemungkinan merupakan arca penjaga candi, yaitu Mahalaka dan Nandiswara. Nandiswara, sebelumnya saya duga itu adalah Agastya, karena ditemukan di sisi selatan," katanya.
Namun, dalam proses ekskavasi tahap kedua juga ditemukan arca lain yang berada tidak jauh dari dinding bangunan di sisi timur, sehingga kesimpulan sementara, dua arca tersebut merupakan Mahakala dan Nandiswara.
"Tapi kemungkinan arca Nandiswara itu jatuh agak jauh dan menjadi pemikiran bahwa jatuhnya arca ini berbarengan dengan reruntuhan yang menandakan tubuh bangunan itu agak tinggi," katanya.
Secara fungsi, lanjutnya, dikarenakan candi tersebut menghadap ke arah timur, maka bisa disimpulkan bahwa bangunan tersebut merupakan tempat peribadatan yang beraliran Hindu Siwaistis. Hal itu diperkuat dengan ditemukannya yoni dan lingga.
"Secara fungsi, candi ini karena menghadap ke timur, memang untuk bangunan suci atau bangunan peribadatan yang beraliran Hindu Siwaistis," ujarnya.
Proses ekskavasi tahap kedua dilakukan BPCB Jawa Timur pada 21-26 Februari 2022. Pada proses ekskavasi tahap kedua tersebut, BPCB Jawa Timur mengerahkan kurang lebih 25 orang, termasuk masyarakat sekitar, untuk membuka sisi timur dari bangunan itu.
Saat ini, bagian sisi timur bangunan tersebut telah terbuka dan menunjukkan adanya tangga atau pintu masuk dari candi itu yang merupakan salah satu poin penting untuk mengetahui orientasi bangunan yang diperkirakan masih terkait dengan prasasti Linggasutan.
(mdk/ded)