Arkeolog ini percaya Suku Mante masih ada di hutan belantara Aceh
Menurut arkeolog dan sejarawan ini, suku ini mulanya berasal dari belantara hutan Jantho, Kabupaten Aceh Besar. Kemudian setelah masuknya Islam, ada sebagian suku Mante ini memeluk Islam sekitar abad ke 13. Sebagiannya lagi memilih melarikan dari dan tidak mau memeluk agama Islam.
Keberadaan suku Mante di Aceh semakin hangat diperbincang, paska tertangkap kamera komunitas motor trail asal Banda Aceh di kawasan hutan Aceh. Keberadaannya pun menjadi kontroversi.
Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (KIP) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Husani Ibrahim meyakini suku Mante masih ada sekarang di Aceh. Suku ini diyakini masih hidup di hutan belantara Aceh, gua-gua dan hutan yang jarang dijamah oleh manusia biasa.
"Masih ada sekarang di hutan. Mereka tinggal di gua-gua dan hutan jarang didatangi manusia biasa," kata Husaini Ibrahim, Senin (27/3) via telepon genggamnya.
Menurut arkeolog dan sejarawan ini, suku ini mulanya berasal dari belantara hutan Jantho, Kabupaten Aceh Besar. Kemudian setelah masuknya Islam, ada sebagian suku Mante ini memeluk Islam sekitar abad ke 13. Sebagiannya lagi memilih melarikan dari dan tidak mau memeluk agama Islam.
Mereka menyebar ke sejumlah belantara hutan di Aceh. Seperti mengungsi ke Kecamatan Tangse, Geumpang di Kabupaten Pidie. Karena hutan Jantho bersambung langsung ke pegunungan Tangse dan Geumpang.
Sehingga suku ini terpecah beberapa kelompok dan terus menyebar mencari belantara hutan yang jauh dari penduduk. Sampai mereka menyebar hingga ke dataran tinggi Gayo, Lukop perbatasan antara Bener Meriah dengan Aceh Tengah.
"Pada saat terjadi Islamisasi di Aceh, mereka ada sebagian menolak dan memilih mengungsi," jelasnya.
Husaini Ibrahim meminta kepada pemerintah agar melindungi suku primitif ini. Karena mereka juga manusia yang memiliki hak hidup selayaknya manusia modern sekarang. Pemerintah, sebutnya lagi harus memfasilitasi dan memberikan tempat yang layak. Meskipun membutuhkan pendekatan khusus, sehingga mereka bisa keluar dari alam liar di belantara hutan Aceh.
"Pemerintah wajib melindungi mereka. Ini juga menjadi daya tarik tersendiri untuk Aceh. Pemerintah harus segera bergerak memfasilitasinya," pintanya.