Asal usul Lenteng Agung, bermula dari Klenteng Agung
Sikap warga yang menolak lurahnya mengingkari sejarah Lenteng Agung yang menghormati keberagaman.
Kelurahan Lenteng Agung menjadi perbincangan menyusul demonstrasi sekelompok warganya atas kepemimpinan Lurah Susan Jasmine Zulkifli. Mereka menolak Lurah Susan, salah satu alasannya beda keyakinan dengan mayoritas warga setempat.
Sikap yang dipertontonkan sebagian warga tersebut seakan mengingkari kenyataan bahwa asal-usul Lenteng Agung tak lepas dari keberagaman keyakinan.
Menurut sejarawan Betawi Alwi Shahab nama daerah Lenteng Agung berasal dari Klenteng yang diagungkan oleh etnis Tionghoa yang tinggal tidak jauh dari daerah tersebut yaitu Pondok Cina.
Awalnya, Belanda yang dulu sering mempekerjakan etnis Tionghoa untuk mendirikan bangunan dan membuat jalan di pinggiran kota Jakarta. Namun, etnis Tionghoa tidak diperbolehkan untuk tinggal di daerah Depok sehingga mereka lebih memilih untuk membuat tenda-tenda dan pondokan untuk tempat tinggal.
"Kemudian, bangsa China membuat tempat peribadatan atau Klenteng di sekitar daerah tersebut dan tidak jauh dari Pondok Cina. Klenteng itu besar dan diagungkan oleh etnis China pada saat itu jadi dinamakan Klenteng Agung," ujar Alwi kepada merdeka.com di Jakarta, Kamis (02/10).
Alwi menegaskan jarak antara Pondok Cina dan Lenteng Agung tidak begitu jauh sehingga memudahkan untuk para etnis Cina beribadah di sekitar daerah tersebut. Apalagi, dahulu daerah tersebut didominasi oleh etnis China sebelum akhirnya menikah dengan warga asli Lenteng Agung. "Itu sejarah nama daerah Lenteng Agung sendiri," tegas dia.
Dia menambahkan Pondok Cina dan Lenteng Agung sangat berhubungan erat sehingga dua daerah ini tidak dapat dipisahkan. Kemudian, di daerah Depok lebih banyak penduduk yang berbangsa Belanda sehingga etnis China tidak diperbolehkan berada dan masuk ke daerah Depok.
"Jarak dua daerah itu kan juga tidak terlalu jauh sekitar 3 kilometer (km) sehingga dua daerah itu berhubungan erat," pungkas dia.