Asyik Pacaran, Sepasang Kekasih Jatuh ke Jurang Kawasan Wisata Rembangan
"Entah mungkin mau bercanda atau mau selfie. Karena di situ kan pemandangannya indah sekali, jadi mungkin bagus buat selfie," tutur Aryanto, kakak korban laki-laki saat ditemui di Rumah Sakit Daerah (RSD) Subandi Jember, Rabu (8/1).
Pengalaman tak menyenangkan menimpa dua sejoli muda. Hendak berwisata ke kawasan wisata Rembangan di Jember, Jawa Timur, keduanya justru terjatuh di satu titik di jalur menuju puncak.
Pasangan tersebut bernama Lasmini (21) warga Dusun Sumberlangon, Kelurahan Slawu, Kecamatan Patrang dan Yanto (20), pria asal Kelurahan Bintoro, Kecamatan Patrang, Jember.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Ke mana tembakau dari Jember diekspor? Tembakau-tembakau dari Jember serta beberapa daerah lain di Hindia Belanda diekspor ke luar negeri.
-
Apa yang ditinjau oleh Jokowi di Kabupaten Keerom? Presiden Joko Widodo (Jokowi) meninjau langsung ladang jagung yang ada di kawasan food estate, Desa Wambes, Kecamatan Mannem, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua.
-
Kapan puncak kemarau di Jawa Tengah? “Jadi kalau kita lihat di data saya, rata-rata dari ketersediaan kabupaten/kota baru sepertiga atau 45 persen yang baru digunakan. Sedangkan kita masa puncaknya pada Agustus dan September. Diharapkan pada November sudah mulai ada hujan. Artinya kalau kita petakan dengan permintaan masyarakat nantinya Insya Allah masih mencukupi. Itu baru sumber yang disiapkan oleh pemda setempat melalui BPBD,” kata Kalakhar BPBD Jawa Tengah, Bergas Catursasi Penanggungan, mengutip YouTube Liputan6 pada Kamis (24/8).
-
Kapan wabah kelaparan terjadi di Semarang? Pada tahun 1901, muncul wabah kelaparan di Semarang dan Demak.
-
Kapan gempa Jogja terjadi? Peristiwa gempa bumi yang terjadi pada tahun 2006 menyisakan pengalaman traumatik bagi sebagian warga Yogyakarta, khususnya mereka yang tinggal di Kabupaten Bantul. Guncangan gempa yang begitu kuat menyebabkan banyak rumah runtuh.
Mereka berdua terperosok ke tebing jurang, di jalur tanjakan, tepatnya di Dusun Rayap, Desa Kemuning Lor, Kecamatan Arjasa, Jember.
"Entah mungkin mau bercanda atau mau selfie. Karena di situ kan pemandangannya indah sekali, jadi mungkin bagus buat selfie," tutur Aryanto, kakak korban laki-laki saat ditemui di Rumah Sakit Daerah (RSD) Subandi Jember, Rabu (8/1).
Menurut Aryanto, adiknya memang berpamitan kepada keluarganya untuk pergi berwisata di Rembangan yang terkenal sejuk itu. Di salah satu titik tanjakan, tepatnya di depan sebuah Villa, pasangan muda-mudi ini memarkirkan motor dan duduk sejenak.
Entah kebetulan, mereka berdua duduk di tepi jurang yang memang minim pengaman atau pagar pembatas. Diduga kurang berhati-hati, Lasmini, terjatuh lebih dulu ke tebing jurang. Mendapati hal itu, spontan Yanto bermaksud menolong. Namun, nahas, dia malah ikut terperosok jatuh ke tebing.
Warga yang melihat dan mendengar teriakan kedua korban, ramai-ramai menolong. Usai membawa korban ke rumah sakit, sempat beredar kabar jika pasangan kekasih itu sedang berusaha bunuh diri dengan terjun ke jurang.
"Tidak mungkin itu (bunuh diri, red). Keduanya memang pacaran. Istilahnya kalau lagu dangdut, pacaran dua langkah," kata Aryanto, setengah bercanda.
Bantahan bahwa peristiwa ini bukan upaya bunuh diri juga dibenarkan polisi. "Tidak sengaja terpeleset. Mereka hanya luka-luka lecet, memar, dan traumatik di kaki, tangan, leher, punggung dan dada. Tidak ada luka serius," jelas AKP Eko Basuki, Kapolsek Arjasa ketika dikonfirmasi terpisah.
Jurang tempat korban terjatuh memang cukup dalam, yakni sekitar 30 meter. Sekitar dua tahun yang lalu, bahkan sudah pernah terjadi longsor akibat banjir bandang.
Sebagai antisipasi, polisi sejak dua tahun terakhir telah meminta pemerintah untuk membangun atau memperkokoh dinding pembatas di beberapa titik rawan sepanjang jalur menuju puncak kawasan Wisata Rembangan, di bangun dinding penahan yang lebih kokoh.
"Kami sudah usulkan ke Pemkab Jember agar ini diperhatikan. Tapi sampai sekarang belum ada tindakan apapun," ujar Eko.
Pentingnya dinding pembatas di tepi jurang itu, selain agar tidak ada orang yang jatuh, juga untuk mencegah akses jalan terputus seperti ketika terjadi banjir bandang dua tahun yang lalu.
"Akses jalan dari Dusun Rayap (puncak Rembangan, red) ke daerah luar (di lereng bawahnya, red) cuma satu jalur itu saja, tidak ada jalur alternatif. Kalau sampai jalan itu terputus, maka sekitar 7 ribu penduduk yang ada di atasnya, aksesnya akan terputus juga," sambung Eko.
Sembari menunggu upaya pemerintah, kepolisian juga sudah melakukan upaya pencegahan. "Kita menyarankan agar kendaraan berat tidak lewat sana. Juga memasang rambu-rambu agar kendaraan yang lewat lebih hati-hati," pungkas Eko.
(mdk/rnd)