Atasi kejahatan siber, Indonesia butuh 10 ribu tenaga ahli
Mewujudkan 10 ribu tenaga ahli keamanan siber sangat mungkin dicapai dengan mengoptimalkan segala sumber daya yang ada.
Indonesia setidaknya masih perlu 10 ribu tenaga ahli di bidang keamanan siber. Hal itu untuk mengantisipasi serangan siber yang terus meningkat di Indonesia.
Hal ini ditegaskan oleh Kepala Badan Pendidikan dan Latihan Kementerian Pertahanan Mayjen TNI Hartind Asrin, sesaat setelah membuka acara kompetisi Hacker nasional Cyber Jawara, di Kuta, Selasa (26/9) Bali.
"Keamanan siber adalah prioritas ketiga dalam upaya bela negara setelah ancaman radikalisme plus terorisme dan narkoba," ucap Mayjen Asrin.
Menurut dia, mewujudkan 10 ribu tenaga ahli keamanan siber sangat mungkin dicapai dengan mengoptimalkan segala sumber daya yang ada.
"Kompetisi Hacker nasional Cyber jawara adalah salah satu cara untuk menemukan potensi-potensi yang dimiliki generasi muda Indonesia. Kami sendiri di kemenhan juga fokus menyiapkan tim yang fokus menghadapi ancaman siber," jelasnya.
Sementara, Rudi Lumanto, Ketua Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure (ID-SIRTII) atau Tim Monitoring ancaman Serangan Siber menyampaikan bahwa perkiraan para pakar di dunia, setidaknya dibutuhkan satu juta ahli di bidang keamanan siber untuk menghadapi serangan dan tindakan kejahatan di dunia maya.
"Di Indonesia sendiri mungkin jumlahnya baru ratusan atau paling optimis sekitar seribu-an lah mereka yang telah memiliki sertifikasi internasional di keamanan siber," jelasnya.