Awal Mula Es di Puncak Jaya Wijaya Cair hingga Terancam Punah
Dia menyebut, secara umum pencairan es di dunia terjadi mulai tahun 1850, saat awal revolusi Industri.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi es di Puncak Jaya Wijaya, Papua akan mencair hingga punah pada 2025. Fenomena ini merupakan dampak dari perubahan iklim.
Koordinator Bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Klimatologi BMKG, Dr Donaldi Permana mengungkap awal mula es di Puncak Jaya mencair. Dia menyebut, secara umum pencairan es di dunia terjadi mulai tahun 1850, saat awal revolusi Industri.
-
Siapa Panglima Jukse Besi? Andi Sumpu Muhammad yang diberi gelar Panglima Jukse Besi, dikenal dengan kesaktiannya.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Kapan Desa Panggungharjo dibentuk? Desa Panggungharjo dibentuk berdasarkan maklumat monarki Yogyakarta tahun 1946 yang mengatur tentang tata kalurahan saat itu.
-
Siapa Mbah Joget? Dilansir dari kanal YouTube Tri Anaera Vloger, Mbah Joget sendiri merupakan seorang penari atau ronggeng pada masa kolonial Belanda.
-
Kapan HUT Kodam Jaya diperingati? Setiap tanggal 24 Desember diperingati HUT Kodam Jaya.
-
Kapan P.K. Ojong meninggal? Sebulan kemudian, Ojong meninggal dunia pada 31 Mei 1980.
Saat itu, luas es di Puncak Jaya diestimasi sekitar 20 Km persegi. Dalam 20 tahun terakhir atau pada 2002, luas es Puncak Jaya terus menipis menjadi 2 Km persegi. Kemudian menjadi 1,8 Km persegi pada 2005, 0, 6 Km persegi pada 2015, 0,46 Km persegi pada Maret 2018, dan 0,34 Km persegi pada Mei 2020.
"Di sisi lain, pengukuran pertama tebal es dilakukan oleh tim BMKG bekerja sama dengan The Ohio State University (USA) pada tahun 2010 dengan tebal es 32 meter. Kemudian 27 meter pada 2015, 22 meter pada 2016 (dikarenakan EL Nino Kuat) dan 8 meter pada 2021," jelasnya kepada merdeka.com, Selasa (22/3).
Menurut Donaldi, selain Puncak Jaya tidak ada gunung lain di Indonesia yang memiliki es. Namun sebelumnya pernah ada es di Mt Wilhelm, Papua Nugini dan Gunung Kinabalu, Malaysia.
Pencairan es di Puncak Jaya tentu memberikan dampak. Di antaranya, berkontribusi terhadap peningkatan tinggi muka laut (sea level rise) walaupun mungkin tidak signifikan karena luasan es yang tidak terlalu besar.
Dampak lainnya, secara budaya, terdapat suku lokal di sekitar Puncak Jaya yang menganggap es Puncak Jaya sebagai tempat yang sakral. Dengan hilangnya es, akan berdampak terhadap suku lokal tersebut.
"Dampak lainnya yang mungkin adalah terhadap kehidupan flora dan fauna disekitar es Puncak Jaya, namun hal ini masih belum dieksplorasi lebih jauh," ucapnya.
Donaldi mengatakan dampak pencairan es ini akan dirasakan di sekitar wilayah Puncak jaya. Seperti kemungkinan memicu kenaikan tinggi muka laut di wilayah laut.
Sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkap prediksi es di Puncak Jaya Wijaya, Papua akan hingga hilang pada 2025.
"Diprediksi tahun 2025 es itu sudah punah, sudah tidak ada di Puncak Jaya wijaya lagi," ujar Dwikorita dalam rapat dengan Komisi V DPR RI, Senin (21/3).
Saat ini, kondisi area es di Puncak Jaya Wijaya hanya tinggal 1 persen. Dari 200 Km³ (kubik) menjadi 2 Km³. Selain ditandakan pencairan es di Puncak Jaya Wijaya, perubahan iklim terlihat dari temperatur yang semakin melompat. Seperti di Jakarta dalam 100 tahun suhu udara meningkat 1 derajat Celcius.
"Padahal kesepakatan global itu dibatasi 1, derajat celcius nanti di tahun 2030. Ini data di tahun 2010. Jadi betapa melampauinya. Maaf ini data tahun 2016," ungkap Dwikorita.
"Jadi ini mendahului tahun 2030, jadi sudah hampir mencapai 1,5," imbuhnya.
Selain itu, kata Dwikorita, banjir di Jakarta menunjukkan kenaikan frekuensi pada dekade terakhir. Hal ini dampak terjadinya perubahan iklim.
"Dan juga banjir Jakarta menunjukan data terakhir menunjukan frekuensi banjir meningkat pada dekade terakhir bersesuaian dengan intensitas curah hujan harian yang tinggi tahunan," jelas Dwikorita.
(mdk/eko)