Bagi pengalaman, peraih Nobel Perdamaian 2015 temui Teten Masduki
Teten, sapaan akrab Teten Masduki, mengatakan kontribusi Ouided Bouchamaoui dalam demokrasi pluralistik di Tunisia pada tahun 2011 akan menjadi pengetahuan dan pengalaman berharga bagi Indonesia.
Kepala Staf Kepresidenan, Teten Masduki mengundang peraih Nobel Perdamaian Tahun 2015 asal Tunisia, Ouided Bouchamaoui ke Kantor Staf Kepresidenan, Jakarta. Madame Ouided Bouchamaoui hadir untuk membagikan pengalaman dan pengetahuan tentang perjuangannya membangun perdamaian di Tunisia.
Teten, sapaan akrab Teten Masduki, mengatakan kontribusi Ouided Bouchamaoui dalam demokrasi pluralistik di Tunisia pada tahun 2011 akan menjadi pengetahuan dan pengalaman berharga bagi Indonesia.
"Kontribusinya yakni bagaimana membuat demokrasi bekerja untuk kepentingan rakyat, demokrasi dibangun untuk kesejahteraan publik, mengurangi kesenjangan ekonomi, dan mengurangi tingkat korupsi," ujar Teten di Gedung Bina Graha, Jakarta, Senin (5/12).
Tak hanya itu, Ouided Bouchamaoui juga menjadikan kelompok-kelompok bertikai di Tunisia bisa duduk bersama untuk membicarakan masa depan mereka. Termasuk mengajak buruh untuk mencari titik temu dengan kelompok bisnis.
"Itu dapat menjadi pelajaran menarik," kata Teten.
Teten menambahkan, sebetulnya Indonesia dan Tunisia memiliki kesamaan, yakni kedua negara memiliki penduduk muslim terbesar. Namun bedanya, Indonesia saat ini digempur dengan berbagai persoalan pluralisme sementara Tunisia tumbuh dan berkembang di tengah perdamaian.
"Indonesia saat ini ditantang oleh dunia untuk lebih proaktif melakukan disiminasi Islam yang moderat dan toleran," sebut dia.
Untuk membangun Indonesia damai, Teten mengaku perlu membangun kerja sama dengan berbagai negara. Tidak hanya kerja sama dengan negara yang selama ini bermitra baik, tetapi juga kerja sama dengan negara-negara di kawasan Maghribi seperti Tunisia.
"Potensi untuk menciptakan pasar bersama di kalangan negara-negara muslim, sangat besar," tandas dia.