Bahaya, perokok di Indonesia ternyata paling aktif
Apabila tidak ada perlindungan dan pencegahan, hal ini dapat mengakibatkan kematian bagi perokok.
Dari data Global Adult Tobacco Survey (GATS) tahun 2011, perokok di Indonesia ternyata paling aktif. Apabila tidak ada perlindungan dan pencegahan, hal ini dapat mengakibatkan kematian bagi perokok.
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan, konsumsi rokok di Indonesia secara signifikan disebabkan tingkat pertumbuhan populasi meningkat dan harga rokok murah. "Untuk meningkatkan perlindungan pada masyarakat Indonesia terhadap berbahaya merokok pemerintah mengeluarkan Permenkes No. 28 tahun 2013 perusahaan wajib mencantumkan dari lima gambar bahaya merokok pada bungkus rokok," ujar Tjandra di Bundaran HI, Jakarta Pusat, Minggu, (2/2).
Untuk mensosialisasikan kepada masyarakat tentang bahaya rokok, kata dia, kebiasaan perokok dapat dicegah dengan cara melalui media massa mengenai bahayanya rokok. "Oleh karena itu, melalui media dan iklan-iklan, kita akan kampanyekan bahaya rokok bukan saja dirinya tapi bagi orang lain juga akan terkena dampaknya," katanya.
Sementara itu, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau (Komnas PT) Prijo Sidipratomo menegaskan, kesehatan sangatlah berharga. Karena itu, sudah waktunya Indonesia harus diingatkan kembali akan bahaya rokok aktif maupun pasif.
"Sudah waktunya kita proaktif mendukung aksi konkret dengan cara melindungi kesehatan kita. Dan membangun kesadaran mereka bahaya merokok, juga memberikan motivasi untuk berhenti rokok," katanya.
Dalam survei GATS, 86 persen orang dewasa perokok aktif dapat menyebabkan penyakit serius. 67,4 Persen laki-laki dan 4,5 persen perempuan, atau rata-rata 36,1 persen orang dewasa di Indonesia tetap mengonsumsi tembakau dengan merokok atau mengonsumsi tanpa asap.