Banyuwangi semakin genjot ekonomi kreatif buat tingkatkan daya saing
Banyuwangi semakin genjot ekonomi kreatif buat tingkatkan daya saing. Selama lima tahun terakhir perekonomian berbasis kerakyatan di Banyuwangi, Jawa Timur terus menggeliat. Pengembangan ekonomi kreatif daerah dilakukan melalui 3C: connect, collaborate dan commerce.
Selama lima tahun terakhir perekonomian berbasis kerakyatan di Banyuwangi, Jawa Timur terus menggeliat. Pendapatan per kapita masyarakat Bumi Blambangan meningkat drastis dari Rp 14,7 juta per orang per tahun di 2010, naik menjadi Rp 33,7 juta per orang per tahun di Tahun 2015.
Meski demikian, kabupaten berjuluk The Sunrise of Java ini belum merasa puas. Geliat ekonomi masyarakat terus digedor. Dengan menggandeng Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Banyuwangi terus mendorong gerak ekonomi masyarakatnya di bidang industri kreatif berbasis desa.
Selanjutnya, usai penandatanganan kerja sama, Bekraf mengelar Focus Group Discussion (FGD) bersama stakeholder terkait pengembangan ekonomi kreatif. Di acara bertema Penta Helix ini, juga hadir para pelaku ekonomi kreatif, pemerintah, socio-preneur (komunitas), akademisi dan sejumlah media.
Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, mengatakan FGD ini untuk menyamakan persepsi antar pelaku ekonomi kreatif. Untuk itu, FGD juga mengundang Bandung Creative City Forum (BCCF), agar tindak lanjut tentang tujuh poin pengembangan dan fasilitas ekonomi berbasis desa bisa terwujud.
Tujuh point itu antara lain; riset, edukasi dan pengembangan ekonomi kreatif, akses permodalan, infrastruktur, pemasaran, regulasi, dan hubungan antar lembaga dan wilayah.
BCCF adalah sebuah forum terdiri dari individu, komunitas, dan masyarakat kreatif di Kota Bandung. "Pemkab sudah banyak melakukan promosi, membuat beragam even sebagai upaya menarik wisatawan hadir di Banyuwangi. Kini tugas para pelaku ekonomi untuk bersaing meningkatkan kualitas produknya," terang Anas, Rabu (12/10).
Orang nomor satu di Tanah Blambangan ini menginginkan para stakeholder khususnya antar pelaku ekonomi bersinergi mengembangkan sentra kriya Banyuwangi.
Masih kata Anas, pihaknya juga tengah membangun pasar terminal pariwisata terpadu. Kelak, semua kendaraan pariwisata akan berhenti di kawasan tersebut. "Selain itu, di lokasi ini akan dikembangan pasar kerajinan Banyuwangi. Saya ingin agar semua pengrajin bisa bersinergi menjual produk kreatifnya di tempat tersebut," papar Anas.
Hasil FGD nantinya, lanjut Anas, akan ditindaklanjuti bersama sejumlah deputi Bekraf, dan oleh masing-masing SKPD terkait. "Salah satu bentuk tindaklanjut tersebut akan ditentukan skala prioritas subsektor ekonomi kreatif di Banyuwangi yang akan dikembangkan. Skala prioritas tersebut akan dilaksanakan dalam skala desa," tandas Anas.
Sementara Direktur Hubungan Antar Lembaga Dalam Negeri Bekraf, Hassan Abud, mengatakan ekonomi kreatif merupakan sektor penggerak yang menciptakan daya saing bagi sektor lainnya maupun bangsa.
Salah satu tahapan dalam mengupayakan kerjasama pengembangan ekonomi kreatif daerah dilakukan melalui 3C: connect, collaborate dan commerce. "Atau dengan keterhubungan, kolaborasi dan komersialisasi semua pemangku kepentingan, mulai dari tingkat lokal hingga nasional," kata Hassan.
"Dalam FGD ini, kita bersama-sama akan memetakan ekonomi kreatif di banyuwangi, termasuk bagaimana ekosistem maupun potensi dan permasalahan di sini," tandasnya.