Banyuwangi tingkatkan penggunaan TIK untuk layanan publik
"Kalau tidak dibantu TIK, kualitas layanan publik tidak akan optimal," kata Bupati Banyuwangi.
Pemkab Banyuwangi mengoptimalkan penggunaan instrumen teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk meningkatkan pelayanan, termasuk di sektor pariwisata yang menjadi sektor unggulan di kabupaten berjuluk "The Sunrise of Java" tersebut.
"TIK ini bukan untuk gaya, tapi sudah menjadi kebutuhan. Kalau tidak dibantu TIK, kualitas layanan publik tidak akan optimal," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di sela-sela ajang National Broadband Symposium di Jakarta, Rabu (5/11) malam.
Dia mengatakan, infrastruktur TIK menjadi perhatian penting. Bagi Banyuwangi, infrastruktur tidak hanya jalan, jembatan, pelabuhan, jalur kereta api, dan bandara; tapi juga infrastruktur teknologi informasi.
Anas memberi contoh simpel, yaitu pemasangan sarana akses internet nirkabel atau wifi di Banyuwangi yang kini sudah mencapai sekitar 1.300 titik sejak diluncurkannya program Banyuwangi Digital Society bersama PT Telkom pada 2012. Titik wifi itu tersebar di taman, tempat ibadah, rumah sakit, puskesmas, sekolah, perpustakaan daerah, dan tempat publik lain. Sepanjang awal tahun ini, rata-rata pengakses wi-fi di Banyuwangi mencapai sekitar 170.000 per bulan, meningkat 75 persen dibanding tahun lalu yang mencapai 97.000 pengakses per bulan.
"Pelajar dan mahasiswa mengerjakan tugas dan mencari literatur jurnal di ruang publik sambil bersosialisasi. Pelaku usaha menawarkan produknya atau menerima order dari luar kota lewat internet. Wisatawan bisa enak upload foto selfie-nya di Banyuwangi ke media sosialnya, yang bisa jadi alat pemasaran gratis bagi wisata kami. Itu contoh simpelnya," kata Anas.
Contoh lain aplikasi TIK dalam layanan di Banyuwangi ada di berbagai sektor. Ada jaringan internet dan intranet di Banyuwangi yang menghubungkan desa/kelurahan, kecamatan, dan dinas/badan. Termasuk di dalamnya ada keterhubungan antara Puskesmas dan Rumah Sakit.
"Di bidang layanan publik, kami punya program bayi lahir pulang bawa akta kelahiran. Ada 45 Puskesmas dan 10 Rumah Sakit yang terintegrasi sistem teknologinya. Jadi melahirkan di Puskesmas, sambil proses persalinan, akta kelahirannya juga diproses. Akta kelahiran jadi dalam waktu singkat, lalu hasilnya dikirim lewat PT Pos ke rumah warga. Ini gratis semuanya," ujar Anas.
Di bidang ekonomi, penerapan SMS Gateway dan instrumen TI lainnya memberi stimulus bagi dunia usaha. Investasi pun meningkat. Perizinan usaha naik dari 363 pada 2012 menjadi 5.490 pada 2013 alias naik 1.412 persen.
"Itu yang membuat realisasi investasi kami naik lebih dari 170 persen dari Rp 1,19 triliun pada 2012 menjadi Rp 3,24 triliun pada 2013," jelasnya.
Selain itu, ada penerapan Indipreneur klinik UMKM secara online dan komunitas pemuda wirausaha baru untuk meningkatkan dunia usaha, khususnya usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Adapun di bidang wisata, promosi dilakukan dengan pembuatan sistem operasi berbasis Android. "Dana promosi wisata kami sangat minim, karena itu kami optimalkan internet. Ada android, kita juga pakai social media. Hasilnya tingkat kunjungan wisatawan naik 100 persen untuk turis asing, dan ada kenaikan sekitar 35 persen untuk turis lokal," kata alumnus "Transformation Leadership Program" di Harvard Kennedy School of Government, AS, tersebut.
Di bidang kesehatan ada program Sistem Informasi Jaringan Elektronik Mendukung Pelayanan Optimal Kesehatan Banyuwangi atau Si Jempol Wangi yang memudahkan pelayanan di rumah sakit. Selain itu, ada One Call Service 118 untuk layanan ambulans gawat darurat dari semua Puskesmas dan Rumah Sakit di Banyuwangi.
"Kami ingin teknologi ini menjadi pilar bagi pengembangan Banyuwangi ke depannya. Memang saat ini masih belum ideal, tapi kami mengarah ke sana. Meski kami ada di ujung timur Pulau Jawa, kami ogah kalah dalam penerapan TIK," pungkas Anas.