Batu wajah manusia di Garut bisa menangis & menitikkan air mata
Keberadaan batu mirip kepala manusia itu, sama seperti batu umumnya yaitu akibat letusan Gunung Guntur abad ke-18 & 19.
Batu mirip kepala manusia yang menggegerkan warga Garut diyakini bukan batu biasa. Beberapa warga mengaku kerap mendengar batu tersebut mengeluarkan suara tangisan.
Batu tersebut ditemukan di sekitar Kampung Babakan Tanjung, Kecamatan Tarogong Kaler, Garut, Jawa Barat. Batu berdiameter sekitar 2 meter itu terdapat ukiran seperti dua mata yang menutup, hidung dan mulut. Bila diamat-amati batu tersebut memang akan terlihat seperti wajah manusia.
"Tetangga pernah mendengar suara tangisan dari arah batu dan ada warga yang secara kebetulan melihat batu mengeluarkan air dari arah mata," ujar salah seorang warga, Ikin.
Batu aneh yang mirip kepala ini terletak di daerah kawasan obyek wisata Cipanas Tarogong Garut atau berada di kaki gunung Guntur. Batu aneh yang mirip dengan kepala manusia atau ada yang menyebut kepala bayi ini diberi nama batu menangis oleh warga setempat.
Bukan hanya itu saja, sebagian orang juga sering melihat batu ini mengeluarkan air di bagian batu yang mirip seperti mata, sehingga seolah-olah seperti orang yang sedang menangis dan mengeluarkan air mata.
"Memang warga menyebutnya sebagai batu menangis, tapi itu terjadi karena alami saja," kata Kepala Bidang Kebudayaan dan Kepurbakalaan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Kabupaten Garut, Warjita, kepada wartawan, di Garut, seperti dikutip dari Antara, Senin (15/10).
Namun keberadaan batu mirip kepala manusia itu, kata Warjita, sama seperti batu umumnya yang tersebar di daerah itu akibat letusan Gunung Guntur abad ke-18 dan ke-19.
"Jadi ukirannya tidak ada unsur dibuat atau perbuatan manusia pada zaman terdahulu," katanya.
Penilaian lain oleh dinas di wilayah sekitar batu tidak ditemukan benda-benda lainnya yang memiliki nilai sejarah. Namun untuk memastikan kebenaran batu tersebut disebabkan faktor alam, Warjita akan mengundang tim dari balai arkeolog Bandung untuk dilakukan penelitian.
"Untuk memastikannya kita serahkan ke balai arkeolog Bandung untuk bisa memberikan kepastian kepada masyarakat, bahwa ukiran batu itu terbentuk oleh alam," katanya.