Bayu guru honorer bergaji kecil, putar otak biar dapur tetap ngepul
Bayu tidak bisa mengandalkan gajinya sebagai guru honorer Rp 300 ribu per bulan dan sering telat dikirim.
Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Ungkapan tersebut mungkin kini menjadi sebuah ironi. Jangankan jasa, terkadang para pendidik ini bahkan tidak mendapatkan gaji yang layak.
Hal itu yang dialami oleh Bayu Prihartanto guru honorer di SD Negeri 4 Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta. Guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan ini hanya mendapatkan honor Rp 300 ribu perbulan. Padahal UMK Kabupaten Gunungkidul saja sebesar Rp 1.235.700.
"Honornya saja itu dari Sekolah Rp 200 ribu, dari Kabupaten Rp 100 ribu. Jadi total Rp 300 ribu. Itu pun kadang tidak dibayar tiap bulan. Yang dari kabupaten kadang 3 bulan sekali atau 4 bulan," kata Bayu saat ditemui wartawan, Rabu (25/11).
Gaji sekecil itu tentunya tidak bisa diandalkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang sudah berkeluarga dan memiliki seorang anak. Karena tidak bisa mengandalkan gaji sebagai guru, Bayu pun membuka warung penyetan kaki lima untuk menghidupi keluarganya.
"Kalau pagi saya ke pasar belanja, terus langsung ngajar, kalau malam jualan penyetan. Kalau nggak begitu mau makan apa saya, istri dan anak saya," ungkapnya.
Nasibnya sebagai guru honorer tidak memungkinkan untuk mengikuti sertifikasi. Meski sudah mengajar sejak tahun 2006, dia tidak bisa ikut sertifikasi karena belum berstatus PNS.
"Kalau sertifikasi kan tidak bisa, jadi harus cari cara lain untuk bisa dapat tambahan uang," tambahnya.
Dia pun hanya bisa pasrah dengan kondisi sebagai guru honorer. Dia hanya berharap pemerintah bisa memberikan perhatian lebih pada guru honorer seperti dirinya.
"Saya cuma bisa berharap saja dan berusaha mencari solusi sendiri," tandasnya.