Belajar di Tengah Ancaman Bahaya
Sejak Sabtu (2/11), 36 pelajar SD Negeri 2 Kadupandak, Dusun Sukamandi, Desa Kadupandak, Kecamatan Tambaksari, Kabupaten Ciamis terpaksa belajar di tenda darurat. Hal tersebut dilakukan karena bangunan sekolah rawan ambruk, dan saat ini sejumlah bagian dinding retak.
Sejak Sabtu (2/11), 36 pelajar SD Negeri 2 Kadupandak, Dusun Sukamandi, Desa Kadupandak, Kecamatan Tambaksari, Kabupaten Ciamis terpaksa belajar di tenda darurat. Hal tersebut dilakukan karena bangunan sekolah rawan ambruk, dan saat ini sejumlah bagian dinding retak.
Tenda darurat tersebut dibangun sekitar 1 kilometer dari sekolah, merupakan bantuan dari BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Ciamis. Luas tenda untuk sekolah sendiri 5 x 10 meter. Di dalamnya sejumlah kursi dan meja dijajarkan. Setidaknya ruang sekolah darurat tersebut bisa menampung 23 siswa.
-
Apa yang dilakukan Ria Ricis di sekolahnya? Ria Ricis baru-baru ini membagikan momen mengajarnya di sekolah sendiri di Instagram.
-
Mengapa kepala sekolah SDN 1 Cibeureum dipecat? Agar mendapat efek jera, Nopi Yeni selaku kepala sekolah diketahui telah dipecat dan diberikan sanksi yang sesuai.
-
Di mana Sekolah Gendhis? Sekolah Gendhis berada di Magelang, Jawa Tengah.
-
Apa yang dilakukan dosen muda ini di kelas? Sebelum masuk ke kelas, dosen muda bernama Akbar ini memang sudah berkenalan dengan mahasiswanya yang masih baru. Saat masuk ke kelas, mahasiswanya pun bertanya apakah ia kakak tingkat.
-
Kapan kaki seribu sering terlambat sekolah? Soalnya kakinya banyak, jadinya kalau pakai sepatu kelamaan.
-
Kenapa ucapan kelulusan sekolah dianggap penting? Ucapan tersebut juga menjadi penyemangat untuk membantu mereka ketika mereka memulai tahap kehidupan selanjutnya.
Tidak hanya tenda yang digunakan untuk ruang belajar, masjid terdekat pun digunakan untuk kegiatan belajar mengajar (KBM). Masjid digunakan KBM kelas 1 dan 2, sisanya belajar di tenda. Para siswa menggunakan sajadah masjid sebagai alas, dan untuk menulis menggunakan meja setinggi 30 sentimeter.
KBM di dalam masjid berjalan normal sebagaimana di dalam kelas, suasananya pun cukup kondusif meski dua siswa kelas 1 dan sebelas siswa kelas 2 belajar bersamaan. Namun suasana berbeda dirasakan saat KBM di dalam tenda, karena pelajar kelas 3 sampai 6 harus belajar dalam satu ruang tanpa sekat. Alhasil, tentunya KBM tidak fokus karena beda kelas beda pelajaran.
Tidak fokusnya siswa dalam belajar pun kemudian ditambah dengan suasana pengap di dalam tenda. Meski cuaca di sana pada umumnya terasa sejuk, karena ruangnya cukup sempit menjadikan para siswa gerah.
"Sejak Sabtu saya harus belajar di dalam tenda darurat. Tidak nyaman belajarnya. Kalau siang sangat gerah. Pernah juga pas hujan kita kebasahan karena tendanya bocor. Karena alasnya tanah jadi juga sepatu kotor," kata Adit Wahyu (10), siswa kelas 3.
Meski harus belajar di tempat yang kurang nyaman, Adit mengaku tetap semangat dan akan serius dalam belajar untuk menggapai cita-citanya menjadi seorang dokter. Namun dia berharap agar sekolahnya bisa segera diperbaiki sehingga bisa belajar dengan fokus, aman dan nyaman.
Siswa lainnya, Andri Aryanto (11) mengaku tidak bisa fokus belajar di tenda darurat. "Setiap mau fokus belajar selalu saja terganggu dari kelas pinggir yang juga sedang belajar. Berisik banget. Kalau semangat mah tetap semangat, tapi semoga di tahun baru nanti sudah bisa belajar di kelas yang baru," katanya.
Widia (9) salah seorang siswa yang belajar di dalam masjid mengaku merasa cepat pegal ketika belajar, karena harus duduk di atas lantai masjid beralas sajadah.
"Lebih enak belajar di dalam kelas daripada belajar di masjid. Di masjid juga tidak ada papan tulis, belajarnya sambil mendengarkan saja jadinya," ucapnya.
Dinding Kelas Retak Sejak Dua Tahun Lalu
Salah seorang guru SDN 2 Kadupandak, Trisno mengungkapkan bahwa dinding dan lantai bangunan sekolah sudah retak sejak dua tahun lalu. Di musim kemarau, retakan semakin menjadi dan parah.
"Dinding pembatas sampai ada yang roboh. Kalau kelas ada dua ruangan yang parah rusaknya dan berpotensi roboh. Dua ruang kelas lainnya rusak sedang," ungkapnya.
Kondisi sekolah dari luar sudah tampak di salah satu sisi dindingnya yang cembung. Di bagian selasar sekolah, tiang-tiang yang seharusnya sejajar sudah bengkok. Keramik lantai pun sudah menggelembung dan sebagian sudah pecah.
"Memang sudah sejak dua tahun terakhir kalau hujan dari bawah keramik keluar air di seluruh kelas sehingga menjadikan tempat belajar becek. Atap juga sempat bergeser tapi sudah diperbaiki," sebutnya.
Ia mengungkapkan bahwa pemindahan KBM ke masjid dan tenda darurat dilakukan setelah Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis datang memeriksa. Setelah dimusyawarahkan, hasilnya disepakati KBM dipindahkan sementara dengan alasan bangunan berpotensi roboh semua.
"jadinya gedung sekolah diminta untuk ditinggalkan. Takut ada apa-apa," ungkapnya.
Trisno mengatakan, selama proses KBM di dalam tenda darurat, bukan hanya para siswa yang merasa tak nyaman, namun juga guru. Guru menjadi tidak konsentrasi dalam memberikan materi karena satu sama lain saling mengganggu.
Trisno mengungkapkan bahwa bangunan sekolah dibangun tahun 1964. Sekolah tersebut terakhir renovasi tahun 2014, itu pun hanya perbaikan atap bangunan kelas saja. "2018 pernah mengajukan rehabilitasi namun tidak ada realisasi sampai sekarang," ungkapnya.
Ia menjelaskan bahwa dengan kondisi siswa saat ini yang sedikit, sempat muncul wacana penggabungan SDN 2 Kadupandak dengan SDN 3 Kadupandak. Setiap tahunnya jumlah siswa memang kian berkurang, namun dalam musyawarah yang dilakukan dengan masyarakat wacana tersebut ditolak.
"Lokasi sekolah cukup strategis untuk warga Dusun Sukamandi dan Walahar. Kalau harus dimerger ke SDN 3 Kadupandak, yang berasal dari Walahar nanti harus jalan kaki 3 kilometer kalau mau sekolah," jelasnya.
Bupati Janjikan Perbaikan
Bupati Ciamis Herdiat Sunarya disebut Trisno sudah datang ke masjid dan tenda darurat. Dalam peninjauan itu, Herdiat menjanjikan akan mengupayakan perbaikan sekolah atau relokasi dalam waktu dekat.
Walau sudah mendapatkan janji dari sang Bupati, Trisno mengaku belum tahu akan sampai kapan harus melakukan KBM di masjid dan tenda darurat.
"Kita hanya menunggu arahan. Kemarin waktu hasil musyawarah, dekat dengan sekolah, ada masjid, dirikan tenda. Mungkin nanti akan koordinasi dengan desa untuk langkah selanjutnya," kata dia.
Salah satu orang tua siswa, Dina Rohaeti (30) mengaku prihatin dengan kondisi tempat belajar anaknya saat ini. Selama ini anaknya memang selalu nampak semangat, namun terkadang anaknya juga mengeluh juga karena gerah saat belajar dan ketika hujan tiba terkena tetesan air dari atas tenda.
"Kita inginnya secepatnya ada relokasi biar anak-anak juga belajarnya fokus. Kalau anak saya sih selama di sini tetap semangat," kata dia.
Tanah Sekolah Labil dan Rawan Longsor
Herdiat Sunarya mengatakan bahwa Pemkab Ciamis akan secepatnya melakukan relokasi. Menurut dia, kondisi tanah di SDN 2 Kadupandak tempat berdirinya bangunan sekolah sangat labil dan berpotensi terjadi longsor ketika musim hujan atau terjadi gempa.
"Mudah-mudahan dalam waktu singkat bisa kita segera selesaikan," katanya.
Menurut Herdiat, di Kecamatan Tambaksari bukan hanya sekolah yang berpotensi mengalami longsor, rumah penduduk juga dalam kondisi serupa. Namun meski demikian ia berjanji akan menangani masalah itu secepatnya.
"Insya Allah kita akan tangani. Kita usahakan rumah penduduk juga dapat direlokasi, di samping fasilitas umum," ucapnya.
Untuk sementara, ia mengimbau warga untuk selalu waspada memasuki musim hujan. Jika memang sudah rawan bencana, warga diimbau untuk segera mengungsi sebelum ada instruksi dari pemerintah.
(mdk/cob)