Beredar surat protes kepada Presiden Jokowi di Riau
Tidak jelas siapa yang pertama mengirim pesan berantai itu. Yang jelas broadcast nada protes itu kini sudah menyebar.
Beredar surat di media sosial melalui broadcast yang menyatakan protes atas ketidakpedulian pemerintahan pusat terhadap kondisi Riau yang sudah terlalu parah diselimuti asap. Dalam pesan berantai itu, masyarakat Riau menilai Presiden Joko Widodo terlalu sibuk mengurus konflik internal Istana, padahal kabut asap sudah sangat menyengsarakan Riau, ditambah lagi harga sawit dan karet yang merupakan mata pencaharian warga anjlok drastis.
Tidak jelas siapa yang pertama mengirim pesan berantai itu. Yang jelas broadcast nada protes itu kini sudah menyebar dari ponsel ke ponsel.
Pantauan merdeka.com, Kamis (3/9) pesan berantai itu juga masuk ke grup BBM wartawan. Dan keberadaannya terus menyebar.
Berikut pesan berantas bernada protes kepada presiden Jokowi tersebut:
SURAT RIAU UNTUK INDONESIA
dear Yth. presiden RI bapak Joko Widodo.
Titik api di sekitar kami bukanlah simbol kemarahan Allah, tapi simbol keserakahan dan bukti ketidakpedulian negara terhadap daerah.
Bapak mau kesini sekarang ? bandara ditutup pak, lagipun tak ada anak sekolah ynag menyambut bapak, sekolah di liburkan.
Mau menempuh jalan darat? bahaya pak, asap tebal tidak bagus untuk kesehatan bapak dan ibu Iriana. Biarkan saja seperti ini agar riau menjadi lahan sawit dan bisa ditanam tanaman industri, kami ikhlas mati pelan-pelan karena ISPA, karena ketidakberdayaan kami di sini. Kami pasrah, mungkin ini kehendak Allah.
Bagi saudara/i kami di daerah lain, kami sangat berterima kasih atas doa yang selalu kalian panjatkan, mohon maaf karena kiriman asap riau kelian jadi terganggu. Berita dari berbagai media katanya Pekanbaru sudah tidak layak huni lagi karena 5% udara yg bersih yang bisa di hirup. Innalillah ~..Pray for Riau..
Pemerintah pusat sudah tidak peduli pada kami. Hari ini puncaknya 6 juta rakyat Riau terkena kanker paru-paru, terutama anak-anak. Sepertinya lebih peduli pada kekisruan internal ditubuh istana dari pada nasib 6 juta rakyat Riau.
Padahal Riau salah satu penyumbang devisa terbesar negara. Tolong sebarkan karena media TV dan Koran tidak banyak memberitakan, terlalu sibuk dengan pemberitaan kepentingan pribadi dan kelompok semata didalam istana.
Belum lagi usai bencana asap kami sudah dihadapkan lagi pada menurunnya hasil pertanian karet dan sawit yang ditambah harga penjualan nya yang menurun derastis sampai titik terparah.
Semoga pemerintahan pusat dan daerah bisa melihat sedikit bencana yang kami hadapi dan memberikan solusi jalan keluarnya. Hanya doa yg bisa kami harapkan, sebelum rakyat Riau mati pelan-pelan & lari disini
#anak bangsa yang sengsara