BKSDA Sumsel Catat 38 Satwa Gagal Diselundupkan Mati, 11 Kena Flu Burung
Kepala BKSDA Sumsel Ujang Wisnubarata menjelaskan, 76 ekor yang tersisa tidak sepenuhnya dapat dikembalikan ke habitatnya
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan mengembalikan puluhan satwa dilindungi yang gagal diselundupkan ke Thailand. Dari awalnya sebanyak 114 ekor, kini hanya tersisa 76 ekor saja.
Pengiriman dilakukan melalui Terminal Kargo Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, Selasa (5/10). Rencananya akan transit di Cengkareng dan kemudian disebar ke Papua, Papua Barat, dan Maluku.
-
Mengapa program konservasi hewan langka di Bali Safari Marine and Park penting? Program konservasi ini bertujuan untuk mengembangkan penelitian ilmiah yang mendukung pelestarian satwa liar dan juga memperkenalkan pengunjung pada berbagai jenis satwa yang ada di Indonesia, termasuk yang terancam punah.
-
Untuk apa tulang-tulang hewan diletakkan di tempat tersebut? Tampaknya mereka berkumpul untuk melakukan ritual khusus dalam suatu kegiatan dengan cara menaruh tanduk-tanduk dan tengkorak hewan sebagai bagian dari ritual ritual ini.
-
Kapan tulang hewan berisi biji henbane hitam ditemukan? Tulang tersebut berasal dari antara tahun 70 dan 100 Masehi berdasarkan model keramik dan bros kawat yang ditemukan di lubang berlumpur yang sama.
-
Bagaimana cara penari Turuk Langgai menarik perhatian binatang? Sementara itu, kaki penari juga dihentakkan ke tanah yang bertujuan untuk menarik perhatian binatang.
-
Hewan apa yang ditemukan di sungai Desa Kebonagung? Awalnya saat sedang berburu, seorang pemuda di Desa Kebonagung Kecamatan Sulang, Rembang, memergoki adanya kucing hutan di pinggir sungai yang terletak di sebelah barat desa. Namun saat dikejar, kucing hutan itu masuk bersembunyi di dalam lubang. Karena penasaran dengan keberadaan kucing hutan, empat pemuda desa mendatangi lagi lokasi tersebut Minggu (10/9) dini hari. Saat menyusuri pinggir sungai yang mengering akibat musim kemarau, mereka justru melihat sorot mata yang mencurigakan mengambang di permukaan air Dimas Gilang Saputra, salah seorang pemuda itu, menuturkan bahwa hewan itu adalah buaya.
-
Hewan apa yang meniru ular berbisa? Gurita peniru mampu menyerupai ular laut berbisa atau ikan singa berbisa, memberikan perlindungan lebih lanjut dari ancaman predator.
Kepala BKSDA Sumsel Ujang Wisnubarata menjelaskan, 76 ekor yang tersisa tidak sepenuhnya dapat dikembalikan ke habitatnya. Sebab, 11 ekor di antaranya terinfeksi flu burung berdasarkan PCR Avian Influenza (PCR-AI) oleh Balai Veteriner Lampung.
"Dari 114 ekor, 38 ekor di antaranya mati dan 11 terinfeksi flu burung," ungkap Ujang, Selasa (5/10).
Hewan-hewan yang terinfeksi adalah burung Nuri Ara Besar. Guna menghindari virus tersebut berdampak ke manusia, burung-burung tersebut langsung dimusnahkan.
"Langsung kita musnahkan agar tidak membahayakan manusia dan menular ke hewan lain," ujarnya.
Dia mengatakan, kerugian negara dari penyelundupan itu mencapai Rp1,3 miliar berdasarkan harga di pasar internasional. Sementara harga pasar gelap lokal sekitar Rp300 juta.
"Pasar gelap internasional harganya naik tiga kali lipat, itu dari informasi yang kami gali," kata dia.
Sementara 65 ekor satwa dilindungi yang disebar beragam macam. Yakni 33 ekor yang dikirim ke Papua seperti dua jenis ayam Mambruk Viktoria dengan sebaran habitat Jayapura, Biak, pulau Yepen hingga Nabire. Lalu tiga ekor Kasturi kepala hitam dengan sebaran Bovendigul, Asmat hingga Mimika. Dua ekor Kakak Tua Raja, 17 ekor Soa Payung dengan habitat Merauke, dan 9 ekor Kadal Panama (tidak dilindungi).
Tujuan Papua Barat dikirimkan empar ekor Nuri Hitam dengan habitat di sepanjang pesisir hingga Semenanjung Onin. Sementara tujuan Maluku, ada 13 Kasturi Ternate dengan habitat di Maluku Utara, enam ekor Kakak Tua Maluku dengan sebaran Maluku selatan, dan sembilan ekor kadal Panama (tidak dilindungi).
"Semua hewan itu endemik Indonesia Timur. Kita kembalikan ke habitatnya agar tidak punah," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, polisi mengungkap penyelundupan ratusan satwa beragam jenis yang dilindungi asal Papua ke Thailand. Pengungkapan kasus ini berawal dari kecurigaan petugas terhadap mobil jenis HiAce nomor polisi terparkir di pinggir Jalan Soekarno Hatta Palembang beberapa waktu lalu. Penggeledahan pun dilakukan karena pengemudinya tidak berada di tempat.
Petugas menemukan beragam jenis satwa dilindungi. Seperti burung kakaktua raja sebanyak 6 ekor, kakatua jambul orange (7 ekor), burung buri kepala-hitam (10 ekor dan 1 sudah mati), burung mambruk (2 ekor), nuri mazda (22 ekor), nuri hitam (17 ekor), dan nuri bayan (22 ekor).
Kemudian kadal Panama (20 ekor), soa payung (20 ekor), sugar glider (7 ekor), bajing (6 ekor dan 1 albino) dan garangan (2 ekor). Hewan-hewan itu dikurung dalam sangkar di bagian belakang mobil.
Baca juga:
Hendak Kirim Sisik Trenggiling, Dua Penjual di Jambi Disergap di SPBU
Hendak Diselundupkan ke Thailand, 118 Burung Asal Papua Diamankan Polisi
BKSDA Sumsel Temukan 31 Satwa Korban Perdagangan Ilegal Mati
Penyelundupan 2.044 Burung dari Palangka Raya ke Jawa Digagalkan