Catatan Sejarah Gempa dan Tsunami di Bali Hingga 2019
Terjadinya gempa bumi yang berkekuatan 5,8 magnitudo di Bali, pada Selasa (16/7) lalu, menambah daftar sejarah gempa bumi di Bali dan ada juga yang menimbulkan tsunami.
Terjadinya gempa bumi yang berkekuatan 5,8 magnitudo di Bali, pada Selasa (16/7) lalu, menambah daftar sejarah gempa bumi di Bali dan ada juga yang menimbulkan tsunami.
Kabid Manajemen Operasi Seismologi Teknik, Geofisika Potensial dan Tanda Waktu, BMKG Ariska Rudyanto menjelaskan, di Bali ada tiga sumber utama potensi gempa yang memicu tsunami yang pernah terjadi yaitu berada di bagian utara laut Bali, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng dan bagian selatan Bali.
-
Bakat apa yang dimiliki Gempi? Gempita Nora Marten saat ini telah menginjak usia 9 tahun. Bagi mereka yang telah mengikuti perjalanan hidupnya sejak bayi hingga sekarang, tentu tidak percaya melihatnya tumbuh sebesar ini. Walaupun usianya masih muda, Gempi menunjukkan bakat yang luar biasa.
-
Apa dampak yang ditimbulkan gempa di Gianyar? Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali mencatat kerusakan ringan dampak gempa berkekuatan 4.9 magnitudo di Kabupaten Gianyar. Getaran gempa sempat membuat penghuni hotel berhamburan meninggalkan gedung."Kerusakan ringan, tembok retak dan genteng jatuh," kata Kepala BPBD Made Rentin dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (7/9).
-
Kapan Gempi menunjukkan bakat berenang? Hal ini dapat dilihat dari unggahan Gisel beberapa waktu yang lalu. Di dalam gambar-gambar itu, Gempi sedang menjalani pelajaran berenang.
-
Kapan gempa di Gianyar terjadi? Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali mencatat kerusakan ringan dampak gempa berkekuatan 4.9 magnitudo di Kabupaten Gianyar. Getaran gempa sempat membuat penghuni hotel berhamburan meninggalkan gedung."Kerusakan ringan, tembok retak dan genteng jatuh," kata Kepala BPBD Made Rentin dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (7/9).
-
Di mana gempa Bantul berpusat? Gempa bumi yang berpusat di Kabupaten Bantul menjadi sebuah alarm pengingat tentang keberadaan zona subduksi yang masih aktif di wilayah selatan Pulau Jawa.
-
Apa yang terjadi di Batang akibat gempa? Gempa itu menyebabkan kerusakan pada sejumlah bangunan. Hal itu terlihat dari sebuah video amatir warga. Tak hanya rusak, sejumlah warga tampak panik.
"Ada tiga sumber utama potensi gempa dan tsunami di Bali," kata Ariska di Kantor BMKG Wilayah III Denpasar, Kuta, Bali, Senin (22/7).
Ariska menjelaskan, dari catatan sejarah kolonial Belanda, gempa diikuti tsunami pernah terjadi di Bali Utara, diperkirakan tanggal 22 tahun November 1815 yang dengan berkekuatan Magnitudo 7.
"Pertama itu di utara Bali, namanya ada Sesar Naik flores. Menurut catatan sejarah dari kolonial Belanda ada ribuan orang meninggal di utara Bali," ujarnya.
Kemudian, gempa kedua pada tanggal 13 Mei 1857 wilayah Bali Utara kembali diguncang gempa bumi berkekuatan M = 7,0. Gempa bumi kuat dengan episenter di laut ini dilaporkan memicu tsunami yang menyebabkan sebanyak 36 orang meninggal dunia.
Selanjutnya pada tahun tangga 14 Juli tahun 1976 berkekuatan M=6,5 populer disebut sebagai gempa di Seririt. Gempa yang dipicu oleh aktivitas sesar ini menyebabkan kerusakan parah di Buleleng dan Negara, Kabupaten Jembarana.
Dari catatan sebanyak 573 orang meninggal dunia di Buleleng, Jembrana, dan Tabanan. Sementara 4.000 orang lainnya luka-luka dan sekitar 450.000 orang kehilangan tempat tinggal.
"Gempa bumi ini dilaporkan memicu tsunami kecil di pantai utara Bali," ujar Ariska.
Selanjutnya, gempa pada tanggal 21 Januari tahun 1917 yang terjadi di tenggara Pulau Bali. Gempa ini dikabarkan menyebabkan longsoran hebat di sejumlah wilayah di Bali. Sebanyak 1.500 orang dikabarkan meninggal. "Gempa ini memicu tsunami di Kabupaten Klungkung dan Benoa setinggi 2 meter," jelas Ariska.
Lalu, gempa bumi yang terjadi pada tanggal 13 Oktober tahun 2011 di bagian selatan Bali dengan kekuatan 6,8 Magnitudo. Episenter terletak di 143 km arah barat Nusa Dua. Gempa ini juga dirasakan di Yogyakarta, Mataram dan Malang. Puluhan orang dikabarkan mengalami luka-luka.
"Ini tidak menimbulkan tsunami tetapi menimbulkan beberapa kerusakan banyak bangunan di Denpasar, Kuta dan Nusa Dua bahkan melebar atau meluas sampai ke Banyuwangi sampai Jember ada banyak kerusakan ringan," ujarnya.
©2019 Merdeka.com/Moh Kadafi
Kemudian, masih pada pusat yang sama, tahun 2019, Selasa (16/7) lalu, gempa kembali terjadi dengan magnitudo 5,8. BMKG mencatat sebanyak 14 kali gempa susulan dengan magnitudo 2,4 hingga 3,5. "Gempa bumi ini merupakan bagian dari rangkaian gempa bumi Bali akibat aktivitas subduksi lempeng Indo-Australia," ujar Ariska.
Ariska juga meminta masyarakat tetap tenang dan selalu waspada. Terutama, dalam diri kita sendiri, keluarga dan Pemerintah.
"Mari kita bersama-sama mewaspadai ini. Harus terus diupayakan dan ditanamkan bahwa kita bisa selamat dari kira sendiri," ujar Ariska.
"Ibaratnya sama dengan di jalan, di jalan itu kita ketabrak bisa mati. Itu potensi tertinggi. Tapi kalau kita siap siaga mau ke tabrak pun kita aman. Hal-hal seperti itu yang sebenarnya kita harus tanamkan ke masyarakat," ujar Ariska.
Baca juga:
Gubernur Bali Prioritaskan Renovasi Bangunan Sekolah yang Rusak Akibat Gempa
Gempa Bali Rusak 48 Bangunan, 10 Orang Luka dan Kerugian Ratusan Juta Rupiah
Tebing di Ungasan Longsor dan Menimbun Ekskavator Akibat Gempa 6 Magnitudo Landa Bali
36 Bangunan di Badung Rusak Akibat Gempa, Kerugian Diperkirakan Capai Rp600 Juta
Gempa Bali Sebabkan Sejumlah Bangunan di Jawa Timur Rusak
Dinas Pariwisata Tegaskan, Bali Aman Dikunjungi Pascagempa